99,9%

909 134 30
                                    

⚠; baku; 2600words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


; baku; 2600words.

_____________________________________________

Jisung bertemu Minho 2 jam yang lalu.



Lebih tepatnya di sebuah pos penjaga komplek yang berada didepan unit tempat Jisung tinggal. Kala itu, Minho hanya duduk dengan tatapan kosong. Dan demi tuhan, Jisung sama sekali tidak peduli apa yang sedang dia lakukan. Namun, ia menyadari bahwa pria yang duduk disampingnya bergelagat aneh semenjak lelaki itu terus menatapnya tanpa berkedip.

Ia pikir karena dirinya terlalu memukau— walaupun Jisung bukan seorang gay, ia tahu tatapan itu adalah tatapan memuja.

Mencoba untuk tak terganggu, ia dikejutkan oleh sesuatu yg sedikit tajam menekan pelan pipi.


Jari telunjuk.


Memberikan tolehan tajam kepada pria aneh tersebut, dan yang terjadi selanjutnya adalah mereka beradu pandang penuh canggung.

"Oh— maaf." ia berucap. Dengan tatapan terusik, seolah Jisung menanyakan apa yg baru saja ia lakukan.


"Pipimu.. Uh... Aku hanya penasaran bagaimana dia bisa tumbuh sebesar itu" Maka yang Jisung lakukan ketika mendengar jawaban itu adalah; mengernyit.

"Ini tidak besar"


"Um.. Itu besar"


"Tidak"


"Besar, aku seperti bisa bermain volly disana"


"Ini bukan lapangan"


"Tapi besar"


"Ck."

Terdengar kasar untuk orang yg baru saja bertemu, karena Jisung yang terlalu kesal— atau Minho yang terlalu aneh. Namun, setelah itu hening menyelimuti mereka berdua.




"Apa yang kamu tunggu?"

Yang kemudian Jisung menoleh. Lagi-lagi pria itu tersenyum. sejujurnya ia enggan menjawab karena ia bukan tipikal orang yang suka berbicara. Tapi ia rasa itu akan sangat tidak sopan bila mengabaikan pertanyaannya.

"Paket."


"Kalau aku tersesat. Tukang bangunan itu berkata jalan pulangku ada di kiri tapi aku malah ke kanan. Dan sekarang aku bahkan tidak tahu ini dimana. Temanku bilang ia akan menjemputku tapi kupikir ia sudah mati karena dia sangat lama"

Dan membuat Jisung menghela napas, jengah mendengar ocehan panjang Minho yang kemudian ia merespon, "Maaf? Kenapa kau menceritakan itu padaku?"


"Maaf tapi aku tidak bisa membiarkan mulutku diam"


Mereka berbicara seperti teman lama. Dan Minho banyak bercerita. Entah itu perihal kucingnya yang sudah seminggu terkena diare, pasta gigi barunya yg terinjak, atau ia yang bangun kesiangan hari ini. Dan Jisung memberi respon yang kelewat membosakan. (karena ia tak pandai menjaga percakapan) seperti 'oh begitu' 'itu keren' atau hanya mengangguk sok paham. Singkatnya, ia malas.

tinggal ーminsung. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang