Malam sudah semakin larut. Jam antik di ruang tengah telah berdentang sebelas kali. Sop sayur dan soto daging sudah dipanasi dua kali oleh Wina, namun suaminya tak kunjung pulang.
Berkali kali Wina menepis rasa curiga yang mulai merayap di sukmanya beberapa waktu terakhir ini. Dia mulai menaruh prasangka yang tidak tidak pada suaminya itu. Semuanya bukan tanpa alasan. Suaminya beberapa bulan terakhir hampir tiap hari pulang malam. Lalu terhitung di lima jari dia menemukan jas suaminya bercampur dengan aroma parfum yang bukan milik suaminya. Dan pernah juga dia menemukan noda merah di kerah kemeja suaminya itu sekitar tiga kali. Namun, dia berusaha menutup mata dari semua itu.
Dia hanya berpura pura tidak tahu bukan tanpa tujuan. Dia tak ingin prasangkanya justru menghancurkan hubungan mereka. Anggoro suaminya itu adalah type yang tidak suka dicurigai. Wina yakin jika dia hanya menduga duga tanpa bukti yang jelas lalu sembarangan menuduh Anggoro maka jangan salahkan jika pria itu berubah jadi beringas. Dia takkan memberi ampun jika malah kita yang menuduhnya pada hal yang tidak benar dan tidak jelas.
Dengan begitu, Wina hanya akan mendiami dan mengendapkan perasaan curiga serta bukti awal ini. Jika kecurigaannya terus bergulir, maka bukan tak mungkin Wina akan menyelidikinya lalu membawa bukti bukti tak terbantahkan ke hadapan Anggoro hingga pria itu tak bisa lagi mengelak. Jika sudah demikian, Anggoro takkan berkutik. Dia pasti mati kutu di depan Wina yang sangat dicintainya itu.
Wina terhenyak, suaminya kini telah ada di depannya tak jauh darinya. Dia bertanya dalam hati sejak kapan suaminya ada di sana? Nampaknya lamunan tentang kecurigaan itu membawanya jauh dari alam sadarnya.
"Belum tidur, Na?," lelaki tampan itu mengendorkan dasinya sementara Wina beranjak dari sofa ruang tamu mereka lalu mencium punggung tangan suaminya itu.
"Belum mas, " jawab Wina sejurus kemudian. Pria itu berlalu tanpa berkata apapun pada istrinya menuju kamar mereka. Wina hanya menghela nafasnya pelan. Dia berkata dalam hati bahwa suaminya itu hanya lelah maka dia merasa hawa dingin yang dihadirkan dari sikap suaminya itu tak lain tak bukan karena kelelahan yang mendera dirinya.
Wina menuju ruang makan mereka untuk membereskan meja makannya dan menyimpan kembali masakan yang dimasaknya tadi. Sudah jelas jika Anggoro melewatkan lagi dan lagi makan malam masakannya. Setelahnya Wina berderap menaiki anak tangga menuju kamar menyusul suaminya.
Wina membuka pintu kamarnya dan mendapati kamar itu kosong namun bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi menjawab pertanyaan dalam hatinya di mana lelaki itu. Wina bersegera mengambil piyama tidur suaminya di walk in closet , begitu keluar dari sana, Wina berpas pasan dengan Anggoro yang tengah menyeka rambutnya dengan tangannya. Suaminya sering melakukan itu, dia sering malas mengeringkan rambutnya sendiri. Hingga suaminya itu akan tidur dalam keadaan rambut setengah basah jika saja Wina tak mengeringkannya.
Wina meletakkan piyamanya di kasur lalu mengambil handuk kecil di kamar mandi dan bergegas menghampiri suaminya yang tengah menyentuh piyama yang tadi ditaruh Wina.
"Nanti dulu pake bajunya, Mas. Sini kukeringkan dulu rambutmu, " Wina menarik lengan suaminya untuk menuntunnya duduk di tepi ranjang mewah mereka. Anggoro menurut saja perlakuan Wina. Dia memang sangat senang jika Wina mengeringkan rambutnya karena istrinya itu memijit mijit kepalanya di sela sela kegiatan pengeringan itu. Anggoro merasa rileks dan merasakan hilang segala penat serta pusing yang menderanya setelah berkutat dengan pekerjaan kantor yang semakin hari semakin banyak. Anggoro tak pernah meminta Wina melakukannya sejak pertama mereka berumah tangga, karena istrinya akan melakukan itu tanpa dimintanya sama sekali.
"Sudah selesai, pakai baju gih, Mas, " kata Wina kemudian.
"Hmmm... "
Wina hanya mengernyitkan dahi mendapati respon dingin suaminya itu akhir akhir ini. Ini sudah sekian kali Anggoro tak menanggapi ucapannya. Hanya dengan gumaman seperti barusan, atau dengan jawaban singkat lainnya. Bukan seperti Anggoro yang dikenalnya sejak lama. Anggoro yang hangat, manis dengan perlakuan dan tutur katanya.
Namun, lagi lagi Wina menepis rasa curiganya dengan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa suaminya sedang kelelahan. Perusahaan mereka berkembang pesat beberapa waktu terakhir ini. Hingga Anggoro harus bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi target yang harus dicapai agar perusahaan mereka dapat menggapai puncak kesuksesan lebih besar lagi. Itulah praduga Wina pada suaminya.
Anggoro naik ke ranjang mereka lalu membuka macbooknya mengecek email dari luar negeri yang biasa diterimanya malam seperti ini karena perbedaan waktu antar benua. Persis di bulan ini mereka telah menjalin kerja sama dengan perusahaan properti dari luar negeri. Kerja sama dengan nilai proyek yang berjumlah fantastis.
"Mas...belum tidur? " tanya Wina lembut.
"Belum, " jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari macbook sama sekali.
Lagi lagi Wina merasakan perbedaan pada sikap Anggoro. Jika dulu suaminya itu akan menanggapi pertanyaannya dengan embel embel sayang di belakang jawabnya. Dan tak lupa menatapnya dengan penuh cinta. Namun hal itu jarang ditemuinya kini pada lelaki yang menyandang status suaminya.
Wina memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Keluar dari sana dia melihat suaminya sudah tidur dengan memunggungi Wina. Dia menghela nafasnya pelan, dia tahu hari sudah jam dua belas malam hingga suaminya pasti sudah sangat mengantuk sekarang. Hanya saja, Wina kembali kecewa, kegiatan berbicara sebelum tidur yang biasa mereka lakukan, untuk ke sekian kalinya tidak terwujud. Anggoro semakin menoreh kecewa di hati Wina.
Besok Wina akan berbicara pada suaminya untuk kembali menata kebiasaan kebiasaan romantis mereka demi mengeratkan kembali hubungan mereka yang mulai merenggang. Ya, Wina harus berbicara pada suaminya itu besok, tekad Wina. Menatap punggung suaminya, sejurus kemudian Wina pun menyusul suaminya ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry My Lovely Wife
Lãng mạnBerkisah tentang seorang laki laki bernama Anggoro yang berselingkuh dari istrinya karena tergoda oleh wanita malam yang sering dipakai rekan rekan bisnisnya. Rumah tangga yang tadinya berjalan harmonis mulai bermasalah karena kehadiran orang ketiga...