Janji Terakhir Ayahku

22 3 0
                                    

Sore itu, Nia termenung menatap langit senja. Ia galau memikirkan ulangan besok, meskipun sudah belajar dengan keras namun, tetap saja dirinya khawatir tidak bisa mendapatkan nilai yang bagus.

Nia gadis berumur 10 tahun, berkulit sawo matang dan berambut ikal itu boleh dibilang sangat cantik, namun meskipun begitu ia tak terlalu memusingkan soal penampilan. Bukan karena ia tak peduli dengan penampilannya tetapi, karena menurut Nia penampilan bukan patokan dalam menilai kita namun, akhlaq yang menjadi patokannya.

“Uhuk...uhuk...uhuk...,” Suara batuk ayah mengagetkan Nia yang sedang melamun di teras rumah, lalu Niapun berbalik melihat ayahnya berdiri di depan pintu.

"Nia?" Panggil sang ayah.

"Ada apa ayah?” Jawab Nia sambil tersenyum.

"Apa kamu sudah belajar untuk ujian besok?" Tanya sang ayah.

"Tentu saja sudah yah tapi..., aku khawatir kalau nilai ujian ku jelek" Jawab Nia sambil menundukkan kepala.

"Lho kenapa kamu berpikir begitu? Berprasangka buruk terhadap diri sendiri itu tidak baik nak," Tanya ayah sembari menasihati.

"Aku tahu yah ta...ta...tapi, aku bukanlah anak yang pintar di kelas, aku merasa UKK tahun ini akan terasa berat karena banyak sekali anak-anak pintar di kelasku, aku jadi minder yah," Jawab Nia terbata-bata sembari memainkan jemari mungilnya.

"Huft...,” Ayah menghela nafasnya.

“Uhuk...uhuk...uhuk...,” Ayah kembali terbatuk-batuk selama beberapa saat.

"Tidak usah dipaksakan yah, lebih baik ayah istirahat, ayah masih sakit parah" Ucap Nia kepada ayah sembari membawanya masuk kedalam rumah.

"Tidak apa nak, ayah baik-baik saja kok,” Ucap ayah.

"Nak, sebenarnya nilai itu tidak penting. Yang penting adalah kejujuran mu, tidak masalah jika nilai mu jelek yang penting itu hasil kerja keras mu sendiri bukan hasil menyontek dari temanmu,” Ucap ayah menasihati sang anak.

"Iya ayah,” Jawab Nia dengan nada datar tak seperti biasanya.

"Oh ya, ayah akan memberikan mu hadiah jika kamu berhasil menjalani UKK tahun ini dengan baik,” Ucap sang ayah dengan senyum tulusnya.

"Tidak perlu ayah, Nia melakukan ini demi kebaikan Nia sendiri dan untuk membahagiakan ayah. Lagian Nia tidak mau merepotkanmu yah,” Tolak Nia dengan nada tegas.

"Tidak apa-apa nak, ayahmu ini ikhlas memberi mu hadiah jika kamu berhasil melalui UKK tahun ini dengan baik, sudahlah nak sana bantu ibumu memasak di dapur,” Suruhnya kepada anaknya.

"Baik yah,” Jawab Nia dan melangkah menjahui sang ayah.

Nurrohman, ayah Nia yang sangat baik hati dan sangat menyayangi anak semata wayangnya itu, Ia bahkan rela bekerja walau dalam keadaan sakit demi sesuap nasi untuk keluarganya.

Namun saat ini, sang ayah tidak bekerja lagi dikarenakan permintaan Nia yang tidak mengizinkan ayahmya bekerja dalam keadaan sakit.

Sudah 2 minggu ini sang ayah sakit, sudah 2 minggu pula ibu dan Nia merawat sang ayah dengan penuh kasih sayang. Ibu yang merawat ayah disaat pagi, siang dan sore sedangkan Nia merawat ayah pada saat malam hari karena, pagi sampai sore Nia ada disekolah untuk menuntut ilmu.

Pagi ini Nia bangun dengan perasaan yang lebih baik dan semangat yang membara tak lupa juga sifat optimis yang ia pancarkan lewat netra dan senyum manis khasnya.

"Aku harus bisa menjalani UKK tahun ini dengan baik,” Ucap Nia dalam hati sembari memberi semangat kepada diri sendiri.

Setelah selesai membereskan tempat tidur ia langsung bergegas mandi dan sarapan lalu berpamitan dengan kedua orangtuanya Nurrohman dan Reti ibu Nia.

"Ayah Ibu, doakan Nia agar dapat dilancarkan segala urusan dan dalam mengerjakan UKK tanpa hambatan dan masalah sedikit pun supaya Nia bisa mendapatkan nilai yang memuaskan,” Ucap Nia sebelum berangkat kesekolah.

"Aamiin...,” Ucap ibu sembari mengelus kepala Nia.”Tentu saja nak, kami akan selalu mendoakan yang terbaik buatmu,” sambung ibu reti dengan senyum yang tak luput dari bibirnya.

"Makasih ayah ibu, Nia berangkat dulu. Assalamu’alaikum,” Ucap Nia.
"Wa’alaikumsalam"  Jawab ayah dan ibu kompak.

Nia bergegas pergi ke sekolah ia berangkat dengan sepeda onthel miliknya, sepeda itu merupakan hadiah pemberian ayahnya tahun kemarin karena ia berhasil menjuarai lomba baca puisi.

Nia bersekolah di SDN 271 Kecamatan Ayar, jarak rumahnya ke sekolah tidak lah terlalu jauh hanya sekitar 1 km.Setiap hari ia berangkat ke sekolah menggunakan sepeda onthel bekas pemberian dari ayahnya.

Setibanya di sekolah ia bergegas menuju kelas, 15 menit sebelum bel masuk berbunyi ia menyempatkan waktunya untuk membaca kembali materi yang akan di ujikan.

Setiap hari ia berangkat lebih awal ke sekolah agar tidak terlambat ujian.
Tidak terasa 5 hari sudah Nia menjalani ujian kenaikan kelas tanpa kesulitan yang berarti, jika Nia berhasil memperoleh nilai UKK yang bagus maka bisa dipastikan ia bisa naik ke kelas 5 karena nilai harian Nia selalu mendapatkan nilai bagus.

"Alhamdulillah akhirnya selesai juga,” Ucap Nia penuh syukur karena telah menyelesaikan UKK dengan lancar.

Kringg....
Bel pulang sekolah pun berbunyi, Nia langsung pulang kerumahnya seperti biasa menggunakan sepeda onthel pemberian ayah nya.

Sesampainya di rumah ia terkejut melihat bendera kuning di dekat rumahnya, seketika ia terpikirkan tentang ayahnya.

"Ayah!,oh tidak apa yang terjadi dengan ayah!" Ucap Nia dengan nada cemas.

Ia bergegas berlari menuju rumah nya yang tinggal beberapa meter lagi melewati para pelayat yang berdatangan ke rumahnya.

Sesampainya di rumah ia melihat tubuh kaku berselimutkan kain dan dikelilingi orang-orang yang mengaji mendoakannya ya itu ayah Nia!

"Ibuuuuu..., Apa yang terjadi dengan ayah?" Teriak Nia sambil menahan isak tangis.

"Nak ayahmu..., telah tiada,"  jawab ibu dengan nada sedih.

" Tidakkk......ayah.....," Nia berlari mendekati jenazah ayahnya.

"Ayah maafkan aku, kau tidak bisa melihat nilai ulangan ku maaf yah aku gagal membahagiakan mu,” Ucap Nia yang masih menahan isak tangis pada dirinya.

Sekuat mungkin ia tahan agar tidak menangis depan ayah walau sudah berpulang kesisi Allah.

"Sudahlah nak kita ikhlaskan saja kepergian ayahmu, semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di sisa-Nya,” kata ibu.

“Aamiin," jawab Nia masih dengan nada sedih.

Tiba-tiba ibu mengambil sebuah kotak kecil semacam tempat perhiasan, seraya berkata:
"Nak, ambilah ini" Ucap ibu

"Ini apa bu?"  Jawab Nia heran.

"Ini hadiah terakhir dari ayah mu yang telah dia janjikan" balas ibu dengan tatapan sendu melihat sang anak.

Nia menerima lalu membuka kotak itu, seketika ia terkejut sekaligus terharu melihat hadiah terakhir dari ayahnya ternyata adalah kalung yang terbuat dari sisik ikan yang diikatkan dengan tali alakadarnya.

Kali ini Nia sudah tak dapat membendung air matanya, ia mengais sampai air matanya mengalir deras, setelah bisa tenang dan menerima kenyataan,Nia pun berkata di hadapan jenazah ayahnya
"Yah,aku berjanji akan menjadi manusia yang berguna untuk bangsa,negara dan agama, aku akan mewujudkan harapan mu yah, aku berjanji akan menjadi manusia yang sukses.”

[Tamat]


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JANJI TERAKHIR AYAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang