"Ditemukan mayat seorang wanita di dalam tempat sampah pagi ini. Tubuhnya ditemukan sudah di mutilasi serta beberapa bagiannya hilang. Pembunuhan ini menyulitkan polisi untuk mengenali korban karena kondisi tubuh nya yang sudah nyaris hancur. Dengan sidik jari yang tak bisa dikenali lagi. Ini adalah kasus pembunuhan ketiga bulan ini, masyarakat diharap waspada karena pembunuh itu masih berkeliaran di luar sana. Jika ada gerak-gerik mencurigakan silahkan hubungi kepolisian. Kami harapkan bantuannya."
Sana tengah menonton televisi sambil memakan sarapan nya.
"Wahhh... Sudah ada tiga pembunuhan bulan ini. Orang itu pasti sangat berbahaya." Sana berkomentar setelah ia meneguk susu di atas meja.
"Semua korbannya adalah Yeoja. Jadi Appa ingin Sana langsung kembali ke rumah setelah sekolah. Tidak boleh mampir kemana-mana..." ujar pria paruh baya itu sambil mengacak rambut Putri tunggalnya.
"Ne Appa... Kalau begitu, ayo berangkat." Sana berdiri lalu mengembalikan piring dan gelas nya ke dapur.
"Eomma, aku akan berangkat. Annyeong..."
"Hati-hati langsung pulanglah nanti!"
"Ne..."
Sana selalu berangkat diantar oleh ayah nya. Sekalian dengan ayahnya yang berangkat bekerja.
Selain karena arah tempat kerja ayahnya yang sama, Sana adalah hal yang paling berharga untuk kedua orangtua nya. Ya begitulah dirinya sebagai anak tunggal.
Belum lagi Sana menderita penyakit cemas berlebihan, apabila ia tengah ketakutan atau mencemaskan sesuatu secara berlebihan, seluruh organ nya akan bereaksi ke otak dan akan membuat nya pingsan dengan gejala sakit kepala.
Walaupun Sana adalah remaja yang tubuhnya rentang bereaksi berlebihan, ia akan lulus beberapa bulan lagi dengan normal. Sana dan orang tuanya sudah menabung supaya ia bisa masuk ke Universitas favoritnya. Maka dari itu, Sana juga harus rajin belajar dan sekolah dengan benar. Ia harus membanggakan kedua orangtua nya.
* * *
Bel pulang berbunyi, Sana berjalan pulang bersama Jihyo yang notabene nya adalah sahabat sekaligus tetangga nya. Namun ia harus berpisah dengan Jihyo, gadis itu dijemput untuk langsung pergi ke rumah bibi nya dengan jalur berbeda.
Dengan terpaksa, Sana harus berjalan sendirian ketika hari sudah semakin gelap.
Sana bukanlah gadis yang pemberani, tapi ia harus menggunakan jalur tercepat untuk sampai ke rumah walaupun jalanan nya gelap dan sepi.
Ia mencoba membayangkan hal-hal baik, supaya tidak takut.
Tiba-tiba Sana mendengar suara aneh dari gang buntu di depan. Mungkin ini adalah kesalahan terbesar di hidup nya, Sana mendekat lalu mengintip apa yang terjadi disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sana's Oneshoot
FanfictionOneshoot Sana Twice with BoyGroup Members~ #1 marksana