Bab 2 - Who Did It?

4 1 0
                                    

Langit kelabu menemani perjalananku menuju sekolah. Entah kebetulan atau memang kehendak Tuhan, begitu sampai, hujan mendadak turun cukup deras. Langkahku tertahan di lantai dasar. Berdiri dengan punggung yang bersandar pada pembatas tangga, aku menghela napas pelan. Sepi menjajah atmosfer.

Aku mempertajam pendengaran. Lamat-lamat suara riuh terdengar, sesekali dikaburkan alunan statis hujan. Aku yakin, di sepanjang koridor lantai dua sudah dipenuhi murid yang sibuk membaca kembali kisi-kisi soal ujian. Kebiasaan mereka. Aku tertawa sinis.

Dingin mulai meresap ke serat kain jaket abu-abu yang kukenakan. Memasukkan kedua tangan ke dalam saku tidaklah cukup, bahkan setelah aku mengeratkan ke pemilik tubuh yang payah ini.

"Kali ini, biarkan aku yang mengerjakan ujian," gumamku pada udara kosong.

Seorang guru yang tak sengaja lewat berkerut-kerut menatapku. Aku tersenyum siput dan tergesa-gesa menaiki anak tangga. Benar dugaanku. Lantai dua nyaris dipenuhi tatapan-tatapan yang sebelumnya merendahkanku. Bodohnya, aku masih berjalan dengan kepala tertunduk melewati mereka.

Suara nyaring nan menggema terdengar di penjuru sekolah. Koloni siswa dan siswi di sekitarku berhamburan panik seperti semut yang kejatuhan air di sarangnya. Mereka bergegas memasuki ruangan masing-masing. Tak terkecuali diriku yang dengan mantap berjalan masuk ke ruang ujian, Kelas 12, yang jaraknya beberapa langkah dari tempatku berpijak.

Tanganku yang basah akibat keringat dingin mengepal keras. Menyebalkan. Bahkan saat aku mulai diandalkan di kelas, aku masih saja gugup. Menempati bangku di sudut kanan yang jauh dari meja pengawas pun, tidak mengurangi kerisauan dalam hatiku.

Seorang lelaki berambut setengah memutih berjalan memasuki ruangan dengan map di tangan. Sesuai jadwal, hari ini kami semua harus bersitegang dengan Fisika. Namun, aku akan tetap berusaha untuk melengkapi soal yang diberikan.

Setelah semua soal dibagikan, segera kuguratkan penaku di kolom nama. Aksa Adhikari. Senyum sinis merobek ujung bibirku. Nama yang prestisius, sama sekali tidak cocok dengan Val. Sejurus kemudian, aku mulai membaca dan mencari soal-soal yang mudah untuk dikerjakan.

Terhitung lima menit dari waktu dimulai, belum ada soal yang kujawab. Mulutku menggigit-gigit kecil ujung pulpen. Ini bukanlah soal sulit atau tidaknya menemukan jawaban. Fisika hanyalah rumusan teori semudah mengupas kacang, tapi bagi Val ....

Denyutan mengganggu menjamah sisi kanan kepalaku secara tiba-tiba. Lalu, perlahan menjalar ke bagian belakang. Ketukan hujan di jendela seolah lagu yang menarikku ke dalam kekosongan. Aku lantas memejamkan mata, menetralkan saraf kepala yang denyutnya semakin membabi-buta.

Kedua kakiku seperti ditarik sesuatu. Aku terhenyak kaget bersamaan dengan terbukanya kedua mata. Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Satu kata yang tepat, kacau. Satu-dua murid mulai saling melempar kertas. Beberapa berbisik-bisik, sisanya menggerakkan jari sebagai kode. Sementara itu, Pak Handoko selaku pengawas ujian asyik berbincang dengan pengawas kelas sebelah di luar.

"Sial, situasi ini menjengkelkan," gerutuku.

Jemariku bergerak nyaris mengambil pena yang tergeletak di atas kertas. Ada yang janggal. Posisi tutup benda hitam itu berpindah, menutupi ujung keluarnya tinta. Lantas kusadari sederet kalimat tertera di sebelahnya.

'SORRY, INI SEHARUSNYA GILIRANKU'.

Singkat. Tebal. dan tajam di setiap garis sudutnya. Sontak keningku mengernyit dengan rahang mengeras. Ekor mataku melirik kertas jawaban yang telah terisi keseluruhan. Apa-apaan ini? Sama sekali bukan gaya penulisanku. Hanya satu orang yang patut kucurigai. Dan, aku tahu siapa dia.

"Val, kita sudah sepakat, 'kan?" desisku. Tak peduli dengan tatapan aneh dari siswi yang menoleh heran di sebelahku.

Aku tak perlu kesulitan belajar untuk mendapatkan prestasi yang tinggi. Namun, beberapa bulan ini badanku sering pegal-pegal, mataku mudah lelah seolah habis duduk lama di depan komputer. Buku-buku pelajaran pun berserakan di atas meja belajar seperti habis diacak-acak. Itu semua masuk akal setelah apa yang kuketahui beberapa menit yang lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pygmy_Hunter Games First RoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang