JS.1

48 42 0
                                    

Perlahan Jane menarik diri dari kerumunan setelah sebuah pesan masuk ke gawainya. Ia meninggalkan acara geladi bersih drama tahunan yang kali ini bertajuk "Perahu Kertas", hanya demi seseorang yang mengiriminya pesan. Baru saja ia membuka pintu teater seorang laki-laki berpakaian serba hitam langsung menyapa pandangannya. Sesaat setelah menyadari keberadaan Jane, laki-laki itu langsung menarik lengan Jane dan membawanya menjauh dari pintu teater.

"Apa kau membawa uangnya?" tanya laki-laki itu setengah berbisik.

Jane pun menjawab seraya berbisik, "Ya."

Jane dapat melihat dengan jelas wajah sumringah laki-laki di depannya, tepat setelah Jane memberikan uang yang diminta. Tangan Jane refleks menahan dada bidang laki-laki itu kala ia hendak meninggalkan Jane begitu saja.

Jane sedikit mendongak untuk menatap netra laki-laki itu, yang sedikit tersembunyi di bawah topi hitam yang dipakainya. Kala Jane hendak mengeluarkan suara, tiba-tiba suara lain menginterupsi.

"Jane?"

Jane menoleh ke sumber suara, sebisa mungkin ia menyembunyikan keterkejutannya. Tepat di depan pintu teater teman-teman sekelasnya tengah memandangnya penuh ingin tahu, atau mungkin penuh kecurigaan. Lantas, Jane menyapa mereka dengan senyum kikuk, membuat alis mereka semakin menekuk.

"Cepat kembali ke dalam!" perintah Anna yang mengenakan gaun pink selutut, ia adalah pemeran utama dalam Drama Perahu Kertas.

Jane hanya mengangguk menanggapinya, bahkan ia enggan untuk tersenyum. Saat teman-teman sekelasnya hendak kembali masuk, saat itu pula Jane bertatapan dengan Geo yang tengah berdiri di sisi pintu. Jane dapat melihat ada rasa kecewa dalam tatapan Geo. Wajar saja, sebab Geo tengah menyaksikan kekasihnya bersama laki-laki lain. Tangan Jane yang masih berada di dada bidang laki-laki itu pun menjadi objek pandangan Geo sekarang, tetapi Jane tak menyadari arah pandangan Geo sebelum laki-laki di depannya berucap, "Singkirkan tanganmu, Manis, atau dia akan salah paham."

Secepat kilat Jane menarik tangannya, tetapi Geo lebih dulu meninggalkannya. Tiba-tiba laki-laki di hadapannya mengelus surainya sambil berujar, "Aku pergi dulu, Manis."

Jane tak lagi memedulikan laki-laki itu, ia justru bergegas memasuki teater. Selain untuk kembali berlatih demi kelancaran hari esok, ia pun harus menjelaskan sesuatu pada Geo.

Selama geladi bersih berlangsung Geo menjaga jarak dengan Jane. Awalnya, Jane berusaha mendekatinya. Akan tetapi, di menit-menit terakhir acara geladi bersih, Jane memilih diam tanpa sedikit pun mencuri pandang ke arah Geo. Namun, tak sengaja Jane melihat Geo berjalan ke arahnya. Lantas, Jane pun sedikit memperlambat kegiatannya merapikan isi tas.

Bruk.

"Maaf!"

Jane menoleh ke sumber suara dan mendapati Anna sedang menepuk-nepuk kemeja putih yang dikenakan Geo—pemeran utama pria. Kesal? Tentu saja. Jane bahkan merasa lebih kesal saat Geo membiarkan Anna melakukannya. Padahal, Jane tahu itu pasti hanya alibi Anna untuk mendekati Geo. Sial, Jane terbakar api cemburu sekarang. Sontak Jane memasukkan barang-barangnya asal dan segera menghampiri Geo.

"Antar aku pulang," tukas Jane sembari menarik lengan Geo paksa.

"Cemburu?" ejek Geo.

"Kaumasih marah padaku?" tanya Jane mengabaikan pertanyaan Geo yang lebih mirip ejekan.

Geo mengedikkan bahunya. "Mungkin ya, mungkin tidak."

Jane menatap Geo penuh tanda tanya seraya menghentikan langkahnya, dan Geo melakukan hal yang sama. Sembari berdiri tegak dengan kedua tangan di saku celana, Geo menebak, "Apa laki-laki itu Gino?"

Saat Jane hendak menjawab, tiba-tiba seseorang menabrak punggungnya. Membuat Jane terdorong dan menabrak dada bidang Geo. Geo pun refleks memeluk Jane sambil berteriak, "Bella!"

Jane turut menoleh ke arah pandangan Geo, dan ia memutar bola mata jengah kala mengetahui Bella yang menabraknya. Jane tahu, pasti gadis itu sengaja menabraknya karena tidak suka melihat kedekatannya dengan Geo. Bella sama saja dengan Anna, hobi mengejar kekasih orang lain bak tak punya harga diri.

"Lain kali hati-hati," cakap Geo.

Sontak Jane mendorong Geo yang masih memeluknya, lalu meninju dada Geo sedikit keras.

"Aduh!" pekik Geo.

"Aku pikir kauakan memarahinya!"

Geo terkekeh geli, lagi-lagi gadisnya cemburu. Geo tak menghiraukannya, ia justru menarik lengan Jane dan kembali melangkah ke arah parkiran. Sebelum menaiki motornya, Geo menepuk bahu Jane beberapa kali sebagai tanda jika Jane tak perlu memikirkan Bella. Akan tetapi, Jane tetap membisu bahkan saat Geo memakaikannya helm.

Tepat saat Jane telah berada di boncengan Geo ia membeo, "Iya, laki-laki itu Gino."

Tak lama, Geo menghentikan motornya di tepi jembatan. Salah satu kebiasaan mereka adalah menikmati senja di atas jembatan, di bawahnya terdapat air sungai yang mengalir jernih.

Jane memandang wajah Geo, yang terpantul dari air sungai. Seketika ia teringat sesuatu, sontak ia membuka tasnya dan menyobek kertas dari buku tulisnya.

"Ini," cetus Jane memberikan kertas itu kepada Geo.

"Masih seperti anak kecil," ejek Geo. Meski begitu ia tetap meraih kertas yang diberikan Jane dan mulai melipatnya hingga terbentuk sebuah perahu kertas.

"Kali ini mau tulis apa?" tanya Geo sembari memberikan perahu kertasnya. Tak lama, Geo terkekeh geli saat mengetahui apa yang ditulis Jane.

"Ini, pegang dulu." Jane memberikan perahu kertas itu kepada Geo, lalu ia kembali membuka tasnya dan mengambil sebuah liptint untuk dioleskan di bibirnya.

"Jangan pake itu!" cegah Geo, tak suka kekasihnya merias wajah.

Setelah selesai, Jane kembali mengambil perahu kertas di genggaman Geo. Kemudian, ia menciumnya hingga bentuk bibirnya tercetak di sana.

"Disimpan, ya," pinta Jane.

"Biasanya dihanyutkan," ujar Geo seraya melongok ke arah sungai.

"Jangan!" gertak Jane kesal. Lagi-lagi Geo terkekeh melihat itu.

Sebelum mereka bergegas pulang, Geo kembali membaca kalimat di atas perahu kertas itu.

Geo jelek, Jane manis minta maaf. 

Jane's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang