JS.2

40 39 1
                                    

"Pasti Jane pelakunya!"

Jane bergeming saat mendengar tuduhan Bella. Membuat seluruh penghuni teater memandangnya curiga.

Dengan lantang Jane berujar, "Kalian pikir aku pembunuhnya?!"

"Kau mencurigakan sejak kemarin."

"Betul, siapa laki-laki berpakaian serba hitam itu?"

"Kau memberinya uang, 'kan?"

"Jane pasti pembunuhnya! Dia tidak menyukai Anna."

"Ya! Jane cemburu karena Anna bermain peran dengan Geo!"

"Pasti dia pembunuhnya!"

"Diam!" teriak Jane. "Aku bukan pembunuh!"

"Kendalikan dirimu, Jane!" gertak Andra seorang guru seni.

Napas Jane sedikit memburu. Pagi tadi Anna ditemukan tewas di teater, sialnya semua orang menuduh Jane sebagai pelakunya. Tentu membuat Jane naik pitam sekaligus ketakutan. Kini, orang-orang kembali memperhatikan mayat Anna. Di samping mayatnya terdapat banyak sekali perahu kertas berlumur darah. Semua orang bilang Jane si pengusul judul drama sekaligus penggila perahu kertas sudah pasti pelakunya. Ya, semua, termasuk Geo yang kini tengah bertatapan dengan Jane.

Akan tetapi, alasan Geo berbeda dengan yang lain. Geo bilang, "Kemarin aku pulang bersama Jane, tetapi di pertengahan jalan ia memintaku untuk menurunkannya. Lalu ia pergi entah ke mana."

Itu membuat Jane semakin ketakutan, ia sendirian sekarang. Matanya berkaca-kaca saat memandang Geo, seolah memohon untuk berada di sisinya. Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke gawainya, saat Jane memeriksanya nama Gino tertera di sana.

Kak Gino:

Pulang! Mama ... meninggal.

Tangan Jane tremor seketika. Air matanya mengalir, lantas secepat kilat ia berlari meninggalkan teater. Tak peduli jika orang-orang semakin mencurigainya.

"Jane melarikan diri!"

"Kejar dia!"

Teriakan demi teriakan menghantam indra pendengaran Jane. Namun, kakinya tak memelan sedikit pun. Ia kalut. Sangat. Hingga di depan gerbang sekolah, satpam menghalanginya dan orang-orang pun mulai mencekal lengannya, sembari meneriakkan kata pembunuh. Teriakan mereka meredam teriakan Jane. Akan tetapi, gadis itu tak henti-hentinya berteriak, "Mama!"

Kini, Jane berada di ruang guru. Ia masih tak habis pikir, mengapa tak seorang pun percaya bahwa bukan Jane pelakunya. Kemarin, ia hanya memberikan biaya pengobatan mamanya kepada Gino—kakaknya. Sedangkan, saat ia meminta Geo menurunkannya di tengah jalan, karena ia harus bergegas ke rumah sakit. Ia memang salah, seharusnya ia terbuka dan menceritakan segalanya kepada Geo. Akan tetapi, rasanya tetap sakit saat Geo tak mempercayainya, meskipun laki-laki itu tetap peduli padanya; terbukti dengan kehadiran Geo di samping Jane saat ini.

Saat Jane menatap kosong ke depan, tiba-tiba Geo menggenggam tangan Jane lembut seolah memberi kekuatan. Namun, Jane menepisnya. Sebab ia tak butuh rasa kasihan. Sekonyong-konyong Gino memasuki ruang guru, lalu berteriak, "Apa bukti jika adikku pembunuhnya?!"

Seorang siswa berujar, "Bukankah kau bekerja sama dengannya?"

"Iya, dia laki-laki yang ditemui Jane kemarin."

"Bodoh! Kalian semua bodoh!" Gino kembali berteriak, "Kenapa kalian menuduh orang seenaknya? Kenapa tidak periksa cctv? Sialan!"

Semua orang yang ada di ruang guru baik di luar seketika terdiam, membuat Jane tertawa sumbang. Gino benar, mereka bodoh.

Jane's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang