Blurb | FWB

4.6K 503 139
                                    

"People are not like autumn, they do not look beautiful when they fall."

...
In a collaboration with hambaba
...

Hinata mengerjapkan matanya saat merasakan cahaya matahari membayangi kelopak matanya. Seluruh bagian tubuhnya terasa pegal, terutama di area pinggul hingga ke tungkai kakinya. Perempuan muda itu menghela napas pelan dan dengan malas membuka mata. Ini bukan kali pertama terjadi, lagi dan lagi Hinata terbangun di sini, di sebuah tempat yang seharusnya tabu untuk dirinya.

Sepertinya kalimat konyol itu benar adanya. Peraturan dibuat untuk dilanggar. Namun sialannya, berhubungan seksual dengan seorang pria yang belum resmi menikahinya itu bukanlah sebuah peraturan tetapi itu norma.

"Ohayou." Naruto masuk ke kamar bersama breakfast set untuk dua porsi.

Reaksi alamiah, Hinata tak pernah bisa menahan senyumnya kala ia memandang wajah western Naruto. Begitu mempesona dan luar biasa tampan!

"Bagaimana tidurmu?" Tanya Naruto setelah mendapat posisi duduk nyaman berhadapan dengan Hinata.

Dengan cekatan Naruto menata nampan berisi set american breakfast yang disediakan oleh hotel tempat keduanya bermalam. Ada dua potong bacon, dua potong pancake dengan butter dan sirup maple, dua potong telur mata sapi dan segelas jus jeruk pada setap setnya.

Melihat menu sarapannya sekilas membuat perut Hinata bergejolak. Ia akan melewatkan makan siang apa bila menyantap habis semua yang Naruto bawakan.

"Tidak nyenyak." Hinata menjawab tanpa minat tangannya tetap ada di bagian perut lalu berpindah ke mulutnya.

"Kau baik-baik saja?" Tangan berotot Naruto menyodorkan gelas berisi jus jeruk yang nampaknya begitu segar.

"Kau tahu porsi sarapanku tak pernah sebanyak ini, dan aroma telurnya begitu menyengat."

Sebuah seringai tipis Naruto ulaskan di sudut bibirnya. "Well baby, kau butuh asupan bergizi setelah semalaman suntuk."

Mendengar penuturan Naruto membuat Hinata menatap dalam-dalam mata biru menawan yang amat ia kagumi itu lalu tersenyum miris. "Begitukah menurutmu?"

Mengerti maksud tersirat tersebut, Naruto menarik tengkuk Hinata dan mencium wanita itu amat lembut. Naruto memperdalam kecupannya tak luput menekan bagian belakang kepala Hinata.

Hinata sadar ia memiliki kemampuan untuk menolak, mendorong, atau bahkan menghempaskan Naruto dari tubuhnya. Namun, apa dayanya? Ia jatuh cinta dan tak semua kemampuan itu sama sekali tak berguna. Hinata harus mengakui kenyataan menyedihkan ini, ia menyukai cara Naruto menciumnya.

Naruto melepaskan tautan bibirnya kemudian menyeringai tipis, mengecup singkat pipi Hinata sambil mengusap helaian indigonya yang belum sempat disisir pagi ini "Tuhan sangat tidak adil Hinata, dia menciptakan dan memberkati dirimu dengan kecantikan yang mengagumkan kemudian mengirim dirimu kepada diriku, namun aku tak bisa memilikimu sepenuhnya."

"Ini masih terlalu pagi, aku belum siap mendengar rayuanmu." Hinata mengulas senyuman tulus di bibirnya. Hinata bahagia namun sepenuhnya sadar bahagianya itu semu. Bisa berada sedekat ini dengan pria pujaannya, bisa mendengar rayu dan puja dari pria itu tentunya sangat luar biasa tetapi di sisi lain Hinata ingat kenyataan bahwa mereka hanya terjebak dalam hubungan ambigu yang begitu rumit, setidaknya untuknya.

Friends with benefits

Mereka bercinta, saling memeluk dan mencium, serta tak jarang menghabiskan malam bersama tanpa status yang jelas. Hinata mengakui dirinya memang bodoh, terjerat cinta pada pria yang tak bisa membalas perasaannya.

Sejak awal Hinata tak pernah matang dalam menimbang kosekuensi atas perbuatannya ini, sementara situasi antara dirinya dan Naruto kian hari kian tak jelas. Ironisnya Hinata tidak memiliki cukup keberanian untuk sekedar memperjelas hubungan yang terjalin diantara keduanya.

"Sebenarnya hubungan kita, seperti apa?" Tanya Hinata dengan suara lirih.

"You're everything to me." Bisik Naruto, pria itu menghirup wangi vanilla dari surai Hinata yang telah menjadi candu untuknya.

Pria itu berbohong. Hinata tahu dirinya hanyalah pelarian, pria itu sebenarnya memiliki kekasih hanya saja Naruto selalu menghindar setiap kali Hinata mempertanyakan hal tersebut. "Am i?"

Naruto mengecup cuping telinga Hinata "Trust me."

TBC

BIFURKASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang