01

1.6K 320 29
                                    

•••






"Kamu dengerin aku cerita nggak sih, No?" Gadis menepuk pelan lengan Lino, menyadarkannya dari lamunan singkat.

Laki-laki itu mengedipkan matanya, lalu terkekeh pelan dan mengangguk kecil. "Aku nggak pernah nggak dengerin kamu, Dis," tukasnya.

Perhatiannya selalu tertuju, tidak pernah terbelah. Lino tidak akan peduli dengan sekitar ketika Gadis tengah bercerita dengan gembira. Telinganya hanya ingin mendengar hal-hal yang membahagiakan, dan Gadis adalah bahagianya.

"Aku kemarin sempat baca di internet, katanya orang-orang kayak kamu bisa lihat warna kalau ketemu cinta sejatinya," ungkap Lino.

Tak lama, jeningnya mengerut, memperhatikan setiap sudut wajah Gadis yang nampak terkejut karena sesuatu. Sekarang terbalik, Lino menyentuh pergelangan tangan Gadis yang dingin, ikut hangat dibuatnya.

Suasana kafe itu tidak begitu ramai, tak banyak orang berkunjung untuk duduk meneguk secangkir kopi di hari Senin. Kecuali Lino dan Gadis, yang memang sengaja selalu datang di hari sibuk agar tidak perlu duduk di tempat paling tengah, atau mengantre lama untuk segelas jus mangga.

"Kamu yang nggak dengerin aku, Dis," ucap Lino terdengar kecewa. Ia menatap dalam-dalam kedua bola mata gadis, menangkap bayangan seorang pemuda yang tengah mengotak-atik laptop-Gadis benar-benar menatapnya dengan intens. Dan itu membuat Lino... iri. Ia tidak menyukai bagaimana Gadis memperhatikan laki-laki itu, sedang ujarannya tidak didengarkan sama sekali.

"Aku ketemu cinta sejatiku, No."

"Gadis.."

"Kamu percaya? tiba-tiba aku ngerasa ada euforia, dia.." Gadis menggantung ucapannya.

Lino menarik kembali telapak tangannya yang sempat menggenggam Gadis, kemudian berbalik perlahan untuk melihat secara langsung laki-laki yang berani merebut perhatian Gadisnya.

Laki-laki itu duduk menghadap layar, jemarinya nampak bergerak kesana-kemari sambil sesekali mengangguk-anggukan kepalanya, mendengar alunan musik dari earphone yang dikenakannya.

Tak lama setelahnya, laki-laki itu bangkit. Meninggalkan kafe ketika jam tepat menunjukkan pukul tiga sore.

"Warnanya hilang lagi," keluh Gadis tiba-tiba. Menyentuh keningnya dengan raut yang masih terlihat shock.







•••

02. Inveniet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang