Chapter 1 ; Pindah.

15 2 0
                                    

"Lan Zhan! Laci yang ini ditaruh dimana?" Wei Wuxian berteriak seraya memegang laci kecil, memanggil suaminya yang sedang mengangkat tempat tidur bersama kakak iparnya. Lan WangJi menggertakkan gigi saat fokusnya tiba-tiba pindah dan ujung tempat tidur nyaris menghantam kakinya.

Wei Wuxian menyengir bersalah, dia buru-buru pergi setelah mengecup pipi Wangji dan meninggalkan laci tersebut dekat Lan Xichen yang terkekeh geli melihat raut wajah adiknya yang tenang namun kupingnya memerah.

"Haah, aku tidak menyangka hari ini akan datang juga." Lan Xichen menghela nafas seraya melepaskan sarung tangannya, Wangji menatap kakaknya bingung, Xichen tersenyum seperti biasa, "Maksudku, hari dimana kamu meninggalkan rumah utama, tinggal bersama pasanganmu dan hidup bahagia. Kukira kau akan selamanya di rumah utama." Lan Xichen menepuk pundak adiknya setelah mengucapkan hal tersebut, dan berlalu untuk mengatur laci yang ditinggalkan Wuxian.

Lan Wangji tertegun atas kata-kata kakaknya, dia juga tidak menyangka dia akan menikah dengan orang yang dulu dia benci sampai rasanya, sehari saja tidak melihatnya rasanya aneh.

Wangji masih mengingat Lan Qiren, pamannya, yang nyaris terjungkal saat dia mengatakan ingin menikahi Wuxian, pamannya yang biasanya tidak kehilangan ketenangannya, hari itu sampai harus ditenangkan kakaknya dan diberi obat herbal karena batuk darah.

Untuk Lan Xichen, kakaknya itu orang yang mengerikan (Wuxian yang mengatakannya) karena dia bisa mengetahui nyaris semua yang dipikirkan orang yang sudah mengenalnya selama 5 bulan, makanya dia tidak kaget sama sekali saat Wangji mengumumkan akan menikahi Wuxian.

Memang, psikolog terkenal dari Gusu tidak bisa diremehkan begitu saja. Bahkan Wen Qing sang dokter utama di rumah sakit Beijing menatapnya dengan hormat.

Jiang Cheng, adik angkat Wuxian juga sedang misuh-misuh di teras depan karena dijadikan pembantu sementara untuk mereka pindah rumah, Wangji hanya menatapnya penuh kemenangan saat Jiang Yanli merestui pernikahan Wuxian dan dirinya, sementara Jiang Cheng menatapnya penuh horror. Sekarang orang itu sedang menggendong karpet biru muda milik Wangji dan diletakkan di ruang tengah yang telah disapu dan dibersihkan oleh Xichen.

Xichen yang melihat Jiang Cheng yang sibuk kesana-kemari sambil terus menggerutu memutuskan untuk membantunya (Wuxian lagi, yakin bahwa kakak mertuanya itu hanya modus untuk bisa dekat dekat dengan A-Cheng). Wuxian yang sudah mulai kelelahan terlihat tiduran diatas dipan di teras rumah mereka, teras rumah mereka luas dan dibagi menjadi dua, teras rumah utama yang terhubung dengan ruang tamu dan ada dua dipan, dan teras dekat kolam ikan yang teduh dan dirambati mawar mawar liar dan bunga-bunga lain.

Wangji mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk merenovasi rumah yang dia dan Wuxian temukan di kaki gunung ini, sebelumnya rumah ini sudah reyot dan nyaris rubuh, tapi Wuxian sangat amat menyukai tempat ini dan Wangji langsung merogoh dompetnya dan menandatangani surat perjanjian jual beli ditempat walaupun Wuxian sudah bilang bahwa mereka bisa mencari yang lain lagi.

Kebiasaan orang dari klan Lan.


Yanli melongok kearah para laki-laki yang masih sibuk membongkar barang dari truk dan merapikan ruangan, Yanli kembali mengaduk sup akar lotus buatannya dan mencicipi untuk terakhir kali sebelum mematikan api, iya, api. Rumah Wangji dan Wuxian tentu memiliki dapur, tapi bukan kompor biasa, kompor dari kayu bakar. Namun Wangji tetap memiliki kompor listrik, jaga-jaga jika kayu bakarnya habis. 

Yanli menuang sup itu kedalam lima mangkuk dan menatanya diatas nampan, lalu membawanya ke ruang makan, hidung Wuxian dan Jiang Cheng yang memang sensitif terhadap masakan kakaknya langsung membuat mereka berdua berlari ke ruang makan, Yanli mengangkat tangan dan kedua laki-laki itu berhenti ditempat, "Cuci tangan dulu, kalian kotor." Yanli berujar seraya tersenyum.

Pria berbaju ungu dan hitam itu langsung sikut sikutan dan saling menjegal agar bisa duluan ke kamar mandi, "Kau lebih bau daripada babi punya paman Ruohan! Sana mandi sekalian di kolam ikan!" Jiang Cheng menyikut pinggang Wuxian, membuat laki-laki kuncir kuda itu mengeluh sakit, "Enak saja! Kalau baumu itu lebih parah daripada ikan di kolam teratai Yunmeng saat musim panas! Aku duluan lah!" Wuxian tidak mau kalah, menarik rambut Jiang Cheng kuat.

Sikut-sikutan itu berhenti saat mereka memutuskan siapa yang masuk duluan dengan batu gunting kertas, Jiang Cheng menang dan Wuxian menggerutu, tapi dia punya ide, jadi dia menutup pintu kamar mandi dan mematikan lampunya dari luar, Jiang Cheng didalam langsung menjerit dan Wuxian tertawa berlari mencari perlindungan ke suaminya, Lan Wangji yang masih menata kamar tidur mereka.

"WEI WUXIAN! BAJINGAN!"

"AAAAH LAN ZHAN, TOLONG AKUUU!"

Kaki gunung yang awalnya sepi dan tenang sepertinya akan lebih hidup dan berwarna karena para pendatang baru ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everyday is a Good Day.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang