Eka sedang duduk bersantai di teras rumahnya dengan mengenakan celana super pendek dan baju kaos oblong, matanya sejak jadi menatap ke arah rumah arah jam 11. Kata mamanya, Rama sudah kembali dari rumah sakit sejak kemarin. Sebenarnya Eka ingin sekali menjenguk tetangga nya itu, tapi bayangan Rama yang mengusirnya ketika di rumah sakit membuat Eka mengurungkan niat.
"Kak, disuruh mama beli Masako." Suara dari adiknya membuat Eka menoleh sekilas.
"Lo aja sana, gue lagi sibuk." Kata mengibaskan tangannya bermaksud mengusir adiknya itu.
"Jimie lagi kerja PR."
Eka mengabaikannya. Matanya masih terfokus ke arah gerbang rumah bercat putih itu.
Jimie terdengar mendesis, "Ish! KAK, MAMAH NYURUH BELI MASAKO." kali suara nya lebih kencang membuat Eka menutup kupingnya rapat - rapat. Dengan kesal ia berdiri dan memukul kepala adiknya, membuat adiknya itu menangis kencang.
"Mamah, Kak Eka mukul kepala Jimie. Huwaaaa..." Adu nya lalu berlari masuk kembali ke dalam rumah. Eka mendadak kelimpungan, kalau sudah begini pasti dia kena omel lagi. Jadi sebelum kena semprot mamanya lebih baik dia segera ke Minimarket untuk membeli apa yang disuruh tadi. Untuk masalah uang, tenang saja saldo atm nya masih ada.
Setelah menutup pagar rumahnya Eka memutuskan sejenak untuk celinguk di depan rumah tetangganya, berharap bisa menemukan penghuni rumah bercat putih itu. Sepersekian menit ia habiskan untuk melihat - lihat, siapa tau kan gerbang itu tiba - tiba kebuka.
"Eh pintunya benaran dibuka." Berbeda dengan reaksi awal Eka mendadak kelimpungan, ia mendadak panik saat gerbang besar menandakan bahwa seseorang berusaha membukanya dari dalam. Khawatir orang itu adalah Rama, Eka dengan cepat berlari menjauh. Setelah merasa jaraknya lumayan aman, Eka berhenti. Jantungnya masih berdetak kencang begitu pun nafasnya masih tersengal-sengal.
"Capek banget." Keluhnya sambil berjongkok dengan menumpu tangan di kedua lutut. Ia masih berusaha mengatur nafas dan detak jantungnya agar kembali stabil.
"Neng Eka kenapa?" Suara yang terdengar tiba - tiba membuat Eka kontan tersentak, untuk kali ini jantungnya nyaris jatuh karena terlalu kaget.
"Ish Pak Karyo ngagetin Eka tau." Protes nya dengan nada kesal ke arah satpam komplek nya itu. Lagian dia muncul dari mana sih, perasaan tadi nggak ada.
"Maaf maaf neng, saya gak tau kalau pertanyaan saya ngagetin neng Eka."
Setelah dirasa kinerja jantungnya kembali normal, Eka lantas menegakkan badan, "Iya, Eka maafin pak."
"Neng Eka lagi lari siang?"
Eka menggeleng, "Enggak pak, saya mau ke Minimarket."
"Saya liatin dari rumah Mas Edward tadi neng Eka larinya cepat banget."
Oh jadi ternyata satpamnya itu berada di rumah tetangganya, pantas saja tiba - tiba nongol. "Oh itu, tadi ada anjing kecil yang ngejar di belakang."
"Oalah dikejar anjing toh. Ya udah atuh neng saya lanjut ke rumah Pa Basuki dulu, mau nagih uang keamanan."
"Oke pak, Semangat." Selepas Pak Karyo pergi, Eka memutuskan kembali melanjutkan langkah ke minimarket. Kali ini dia berjalan santai sambil melihat - lihat keadaan sekitar. Sepanjang melewati taman tak ada satupun anak - anak yang biasa bermain, mungkin karena waktu masih menunjukkan siang hari. Untung saja hawanya tak sepanas biasanya. Di ujung taman Eka bisa melihat tempat tujuannya tinggal beberapa meter lagi, ia hanya tinggal menyebrang agar bisa sampai di sana. Tepat di seberang minimarket ia langsung menyebrang tanpa menoleh kanan - kiri akibatnya mobil yang melaju cukup kencang dari arah pertigaan tidak ia sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Arah Jam 11
Teen FictionEka Citra, gadis cantik yang sangat menyukai k-pop, semua yang berhubungan dengan negara gingseng pasti diketahuinya. Mulai dari makanan, bahasa, budaya, entertaiment dan yang lainnya. Eka mempunyai mimpi suatu hari nanti akan pergi ke korea, bertem...