Cinderella?

322 25 19
                                    

Setelah melakukan segudang aktivitas mulai dari sarapan bersama kedua sahabatnya, kuliah, dan mengerjakan perkerjaan paruh waktunya, kini Dilraba kembali ke istana mewah milik sang ayah. Dilraba heran melihat mobil mewah milik Leehom yang terparkir rapi di garasi. Mobil ayahnya memang banyak tapi Dilraba yakin bahwa ayahnya tadi pagi memilih mobil sport dan mengendarainya sendiri. Kini mobil tersebut ada di garasi.

Dilraba merasa aneh melihat ayahnya yang dua hari ini terus saja berada di rumah. Ia bukannya tidak senang tapi Leehom tidak pernah mengikuti acara makan malam keluarga selama dua kali berturut-turut. Jika paginya sudah sarapan bersama Leehom akan pulang larut hingga tidak bisa ikut makan malam. Dilraba kemudian ingat tentang perjodohan adik tirinya.

Pasti Leehom merasa bersalah dan terus hadir untuk sekedar berbincang dan makan bersama. Sementara itu Dilraba sangat yakin bahwa Suzy dan Guan lebih suka jika Leehom berada di luar rumah. Tapi Dilraba menyukai ini. Sangat kontras bukan, ayahnya hadir karena rasa bersalah, tapi ibu dan saudara tirinya tidak merasa demikian, dan Dilraba bahagia karena kedua orang itu tidak bisa berlaku seenaknya lagi padanya.

Dilraba langsung masuk dan benar saja Guan, Suzy, dan Leehom tengah menyantap makan malam mereka.

"Dilraba sayang, mari makan malam bersama." Kata Suzy lembut, atau setidaknya mencoba bersikap lembut.

Dilraba tersenyum kecil dan duduk ketempatnya. Dari sudut matanya Dilraba dapat menangkap raut wajah Guan yang terlihat heran.

"Papa bagaimana jika pertemuan dua keluarga minggu depan sekalian mengadakan pesta pertunangan." Kata Dilraba yang sukses membuat semua orang terheran.

"Apa maksudmu Dear?" Tanya Leehom.

"Mungkin ini terdengar sudah sangat tua tapi sebuah perbuatan baik sebaiknya segera dilakukan, benar kan?" Kata Dilraba santai sembari meneliti raut wajah mereka satu persatu.

"Aku setuju dengan usul Dilraba." Kata Suzy tersenyum.

Leehom melihat kearah Guan, "Bagaimana menurutmu Guan?"

Guan tertunduk, ia memikirkan tindakan Dilraba, tapi yang lebih penting ia harus mampu menjawab pertanyaan ayah tirinya.

"Aku juga setuju Papa." Kata Guan tersenyum kecil. Suzy langsung mengelus surai panjang Guan.

"Kalau begitu Papa akan telpon mereka dulu." Kata Leehom. Ia melangkahkan kakinya menuju kearah halaman belakang rumah.

"Dengar, aku tidak akan mengulangi perkataanku. Apapun yang terjadi jangan hancurkan pertunangan Guan." Ancam Suzy.

"Tidak akan. Lagipula kekasihku lebih baik daripada calon tunangan putrimu." Balas Dilraba tak kalah sengit. Tanpa diminta senyum kecil hadir di wajah pasangan ibu dan anak itu.

'Ini baru permulaan. Lagipula Sehun memang jauh lebih baik dari Luhan. Kita lihat saja siapa yang akan malu pada akhirnya' batin Dilraba.
.

.
Sunday, Guan Luhan Enggangment

Dilraba mengelilingi rumah mewahnya. Ia menyapa beberapa kenalannya yang datang di acara yang digelar oleh keluarganya. Memang pertunangan ini diadakan di rumahnya. Walaupun begitu, lantai satu rumah Dilraba memang sangat luas apalagi setelah semua perabotan dipindahkan. Sebuah panggung sengaja dipasang agar semua tamu undangan dapat melihat kedua calon tunangan itu. Undangan yang disebar juga tidak sedikit.

Saat ini Dilraba tengah mencari keberadaan Suho dan Irene. Tadi Irene sempat mengabarinya jika sepasang tunangan itu telah sampai. Begitu melihat pasangan berbeda usia itu Dilraba langsung menghampiri keduannya.

"Oh My God Dear, you're so beautiful." Puji Irene tulus.

"Kau tidak berkaca, kau bahkan lebih cantik lagipula yang bertunangan bukan aku." Kata Dilraba dengan sindiran khasnya. Irene tidak sakit hati mendengar sindiran sekaligus pujian dari sahabatnya karena memang seperti inilah pertemanan mereka.

One Millions of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang