(1) A Thing Called Reality

301 20 1
                                    

happy reading
.
.
.

Sinar mentari perlahan memasuki sela-sela jendela kamar utama, aura hangat serta aroma di pagi hari menyambut pasangan yang masih bergumul dengan selimut tebal berwarna putih gading. Tak lama kemudian alarm berbunyi membuat salah satunya menggeliat pelan.

Hinata mengerjapkan kedua amethystnya ketika mendengar alarm berbunyi. Tangannya meraba meja nakas, ia meraih ponsel miliknya dan segera mematikan alarm tersebut. Kemudian wanita itu membangkitkan tubuhnya dari tempat tidur. Melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan langkah kecil. Bibirnya sesekali menguap.

Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, ia memakai pakaian rumahan miliknya. Netra lavendernya melirik ke arah sang suami yang masih tertidur pulas, tidak terpengaruh oleh suara alarm yang berdering sebelumnya.

Melihat tingkah sang pujaan hati, Hinata menggelengkan kepala pelan. Sedetik kemudian ia berjalan keluar kamar.

Himawari berlari kecil menuju ruang makan sembari bersenandung riang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Himawari berlari kecil menuju ruang makan sembari bersenandung riang. Gadis manis itu sudah tidak sabar menyantap sarapan buatan ibunya bersama keluarganya. Saat sudah sampai di meja makan, ia sudah mendapati sang kakak yang sudah menempati kursi terlebih dahulu.

"Nii-chan apa tidurmu nyenyak?" Himawari melukiskan senyum manis ketika mengutarkan rentetan kata tersebut. Manik biru miliknya menatap kakaknya dengan tatapan binar.

Sedangkan yang ditanya tidak menjawab. Menganggap pertanyaan sang adik hanya angin lalu saja. Netra safir yang sama dengan adiknya itu masih terfokus pada ponsel yang sedang dimainkannya.

"Nii-chan━"

"Diamlah, tidak perlu basa basi." Boruto membalas dengan dingin.

Mendapatkan balasan yang tidak mengenakkan seperti itu, Himawari lantas menundukkan kepala. Tatapan binar yang ia layangkan sebelumnya meredup. Lengkungan senyum yang terlukis di bibir Himawari perlahan luntur.

Kakaknya selalu saja seperti itu.

Hinata berjalan dengan pelan menuju meja makan seraya membawa panci berisi sup krim yang masih panas. Setelah sampai, ia menaruh sup panas itu dengan hati-hati. Manik mutiara miliknya menangkap pemandangan kurang mengenakkan di hadapannya.

"Ada apa, Boruto? Himawari?"

Hening.

Tidak ada jawaban dari keduanya. Boruto yang tidak peduli dan Himawari yang masih menundukkan kepala. Hinata membuang nafasnya. Pemandangan di depannya ini sudah biasa, namun ia tidak suka jika pertanyaannya diabaikan.

"Boruto━"

"HINATA, DIMANA TAS KERJAKU?"

Seluruh penghuni meja makan berjengit kaget ketika mendengar bentakkan yang berasal dari belakang mereka.

Ineffable [Uzumaki Family] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang