(3) Habit

127 12 4
                                    

happy reading
.
.
.

"Tadaima."

Naruto berjalan menuju dapur setelah menaruh sepatu di rak. Sebelumnya ia menaruh tas kerjanya di coffee table dekat televisi agar selalu terlihat dan tidak melupakannya lagi.

"Okaeri, Tou-chan!"

"Okaeri, Naruto-kun."

Hinata dan Himawari menyambut Naruto bersamaan dengan hangat. Pria bersurai kuning itu mengukir kurva simpul di bibir saat mendengarnya. Ia mengacak gemas surai indigo milik anak bungsunya terlebih dahulu. Membuat gadis berusia tiga belas tahun itu tersenyum lebar hingga matanya menutup.

Setelah itu ia mengecup dahi milik Hinata. Hal itu tak lewat dari iris safir Himawari. Membuat keraguan yang sebelumnya ada di hatinya seketika mencair.

"Tou-chan pulang lebih awal, yeay!" Sorak Himawari bahagia. Sudah lama ayahnya tidak pulang lebih awal. Kesibukkannya di kantor mengharuskannya lembur setiap hari dan membuat pria itu jarang berkumpul dengan keluarga kecilnya.

"Kau ingin mandi dulu, Naruto-kun?" Tawar Hinata. Ia menaruh sepiring pasta di hadapan Naruto yang sudah mendudukkan dirinya di meja makan bersama Himawari.

"Tidak, Hinata. Nanti saja." Katanya. Kemudian iris safir miliknya menatap ke arah pasta yang dibuat oleh istrinya tersebut. "Rapat penting tadi membuatku lapar." Lanjut Naruto.

"Tou-chan tidak sempat makan?" Tanya Himawari. Naruto menolehkan kepalanya ke arah si bungsu dan menggeleng, "Tidak, Hima. Pekerjaan Tou-chan sangat banyak. Tapi tidak apa-apa, Tou-chan ingin makan masakan Kaa-chan mu." Jawabnya dan dibalas senyuman manis oleh si bungsu.

Naruto sengaja meninggalkan pekerjaannya demi menyempatkan makan malam bersama keluarga kecilnya. Biarlah, lagipula untuk hari ini saja Batinnya.

Ia melakukannya karena merasa bersalah telah merusak sarapan mereka.

"Ittadakimasu!"

Saat ini Himawari yakin, bahwa Tou-chan nya benar-benar menyayangi mereka. Terutama pada Kaa-chan nya. Netra sebiru lautannya pun menatap Hinata yang sedang tersenyum penuh arti di hadapannya.

Benar, keraguannya kini sudah menghilang.

Ditengah kegiatan makan malam mereka yang khidmat, tiba-tiba Naruto menghentikan kegiatan menyantap pasta nya. Setelah itu iris safir miliknya meneliti seluruh ruangan ini. Ia baru sadar akan sesuatu.

"Hima..," panggilnya.

Gadis bersurai indigo itu mendeham, "Ada apa Tou-chan?"

"Dimana kakakmu?"

Himawari langsung tersedak. Kemudian ia langsung meraih segelas air untuk menghilangkan kegugupannya. Hinata yang juga sedang melahap makanannya pun otomatis menghentikan kegiatannya.

"Hima?" Panggil Naruto sekali lagi setelah tidak mendapat jawaban apapun.

Himawari menatap ayahnya, "Hima tidak tahu, Tou-chan." Jawabnya takut-takut.

Mendengar rentetan kalimat yang diucapkan si bungsu, rahangnya mengeras.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ineffable [Uzumaki Family] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang