bab 1

3 1 0
                                    

Lesy menatap jengah kertas-kertas laporan keuangan café miliknya yang sejak 3 jam yang lalu diantarkan oleh pegawai kepercayaannya.

Baru 3 jam dan dia sudah mumet.

"Perasaan daritadi gue udah ngerjain lama banget," sentak Lesy frustasi. "Kok ngga kelar-kelar, sih?!" lanjutnya sembari membenturkan punggungnya ke sandaran kursi.

Hari ini merupakan hari pertamanya bekerja kembali setelah lebih dari seminggu absen tidak hadir. Sebagai pemilik café yang tidak memiliki asisten, merekap hasil pendapatan café perharinya sudah menjadi tugas mutlak yang tidak bisa dia hindari.

Selain itu, dia juga yang mendata biaya pengeluaran café setiap bulannya. Seperti gaji pegawai, biaya stok makanan, hingga biaya perawatan toko serta perintilannya yang cukup membuat hidupnya tidak tenang barang sehari saja.

Lesy berdecak malas sekaligus kagum. "Ini serius café gue? Gue tinggal seminggu makin mabrur aja." Katanya dengan tangan sibuk membolak-balikkan kertas-kertas yang berserakan diatas meja kerjanya.

Dia beranjak dari kursi panasnya untuk melihat seberapa banyak pengunjung yang datang siang ini.

Dia menggeleng-gelengkan kepala takjub melihat banyaknya pengunjung yang berlalu Lalang dilantai satu maupun lantai 2 dimana ruang kerjanya berada. "Pantesan ini kertas segini banyaknya. Apa gue cari asisten aja ya?" gumam Lesy. "Eh, ntar dulu deh. Gimana gajinya coba? Ini aja si Raka udah ngechat mulu minta naek gaji."

Raka itu adalah salah satu pegawainya yang rewel minta ampun. Dia sudah bekerja dengan Lesy sejak 2 tahun yang lalu. Dari awal Lesy mendirikan café, si Raka ini sudah menjadi pengikutnya.

Maka dari itu, barista ganteng yang dipuja-puja para pengunjung ini rewelnya tidak ada yang mengalahkan. Dari jadwal kerja yang suka minta tukar, sampai masalah gaji yang katanya segitu-segitu saja turut dia jadikan bahan pembicaraan.

Sering kali cowok itu mengiriminya pesan malam-malam hanya untuk meminta izin tukar shift dengan pegawai lainnya karena berbagai macam hal. Mau ada tugas negara lah. Nonton sama pacar lah dan masih banyak alasan lainnya yang makin hari makin buat Lesy sakit kepala.

Untung sayang.

Iya, sayang. Sayang banget malah.

Raka ini sudah berjasa banget dalam hal mensejahterakan kedai kopi yang Lesy beri nama D'RUMPS café ini. Selain karena promosi mati-matian yang Lesy lakukan bersama teman-temannya, wajah ganteng Raka juga yang menjadikan D'RUMPS popular dikalangan remaja seusianya. Terutama para gadis.

Jadi, walaupun cukup bikin naik darah saat berbicara dengan cowok satu ini, Lesy berusaha sekuat mungkin untuk bersabar. Stok kesabaran Lesy masih cukup banyak kok untuk Raka, jadi tenang saja.

Singkat cerita, Lesy ini sudah resmi menjadi bos muda pada usia 18 tahun. Hampir 2 tahun lamanya berjuang, akhirnya dia berhasil mengembangkan café yang saat ini berhasil dinobatkan sebagai tempat terpopuler versi majalah kekinian itu.

Dia merupakan mahasiswa jurusan bisnis manajemen, hal itu yang menjadikan dirinya gigih mendirikan dan mengelola sebuah usaha seperti saat ini. Sebenarnya, Kakak perempuan Lesy masih membantu serta memantau hingga kini.

Eits. tapi dia belum sehebat itu juga. Kakaknya perempuannya selaku pemegang saham terbesar disini masih memegang otoritas tertinggi. Secara teknis, Lesy memang CEO nya, tetapi jujur saja,  D'RUMPS  tidak akan berdiri tanpa kakaknya itu.

Selain karena ada minat dan bakat dalam berbisnis, alasan dia dalam mendirikan cafe hits ini karena dia suka ngerumpi dan makan. Jadilah dia mempadupadankan kesukaannya itu dengan membangun sebuah café.

VACILLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang