Matahari telah berada di ufuk barat, mulai tenggelam dalam cakrawala setelah seharian sibuk bertugas untuk menerangi kehidupan dan membantu manusia. Sinar jingga mulai menghiasi langit, disusul dengan burung-burung yang berterbangan untuk kembali ke sarang masing-masing seolah memberi pertanda jika hari telah usai dan saatnya beristirahat.
Di sebuah kastil jauh di tengah gelapnya hutan bambu, terlihat seorang gadis cantik berambut merah muda panjang dengan hiasan tiara yang dilengkapi dengan batuan permata emas dan merah muda, penampilannya cantik bak seorang Dewi dengan netra yang menyala merah. Di tangannya terdapat sebuah busur panah dengan warna merah muda dan dihiasi oleh ukiran lambang cinta. Di belakang punggungnya terdapat puluhan anak panah yang terkumpul dalam satu wadah. Langkah kakinya yang terbalut sebuah sepatu kain yang indah itu melangkah dengan tergesa menaiki tangga yang kini sudah dihiasi oleh cahaya obor.
"Atraaaaaaaaaa.. ATRAAAAAAAAA.. ATRAAAAAAAAAA, WAHAI KEGELAPAN MALAM CEPAT TURUN DAN SEGERA BERKEMAS." Teriaknya menggema di sepanjang lorong tempatnya berjalan. Suara teriakannya berlomba dengan langkah kaki yang tergesa.
"ATRAAA, ATRA SIALAN KAU DENGAR AKU TIDAK?!" Teriaknya sekali lagi sembari terus berjalan naik. Bibirnya yang mungil itu tak henti-hentinya mengomeli tingkah seseorang yang sedaritadi ia panggil tak menyahut.
Dia adalah Amari, sang cinta dan perasaan. Lambang warnanya adalah merah muda, dan tingkat warnanya adalah emas. Seorang mahaguru warna merah muda dengan kekuatan tak tertandingi, memiliki kekuatan warna emas yang dihadiahkan sang kuasa saat ujian kenaikan warna beberapa puluh tahun lalu. Ia adalah cinta dan perasaan, sang cupid yang menyambungkan dua hati yang saling mengagumi.
TOK TOK TOK!
"ATRA, CEPAT KELUAR." teriaknya kesal dengan menggedor pintu kayu yang dihiasi obor di kanan dan kirinya. Nafasnya tersengal-sengal, lelah setelah naik tangga menuju lantai 28 di mana seorang bernama Atra tinggal. Jubah merah muda yang menjuntai di belakang tubuhnya ia lipat dan pegang, persiapan jika ia harus menyerang seseorang yang nantinya akan keluar dari balik pintu itu.
Krietttt
Pintu kayu itu terbuka lebar secara perlahan, menampilkan sosok yang menjadi sumber kekesalan Amari. Dia Atra, sang kegelapan yang hanya akan muncul saat malam tiba. Tubuhnya terbalut oleh pakaian ksatria berwarna hitam dengan jubah panjang menjuntai di belakangnya. Raut wajahnya tampak datar dan tenang dengan poni hitam panjang menutupi sebagian wajahnya. Tubuhnya tegap dan tinggi dengan dada datar dan bahu yang kokoh, di tangannya kini sudah ada pedang bermata permata hitam juga emas di sisi lainnya. Atra adalah sang hitam, lambang dari kegelapan yang juga memiliki warna emas dalam kekuatannya.
"Berisik, Amari." Atra menatap tajam Amari yang tengah melotot padanya. Netra kelamnya yang seindah batuan onyx menatap Amari seolah ingin menguliti.
"Kau lama sekali, sudah ku bilang kan tadi saat malam tiba berkumpul di ruang utama."
"Matahari bahkan belum terbenam sepenuhnya, sang cinta." Jawab Atra sembari melirik ke arah jendela besar yang memperlihatkan pemandangan matahari terbenam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic color
FantasyKetika 7 warna dalam ramalan harus bersatu untuk mengalahkan kembali penyihir hutan terlarang yang mengancam nyawa permaisuri kerajaan Ignix Glacias. Ardere sang penjaga api suci, Maris sang ombak suci dari selatan, Atra sang kegelapan malam, Alba...