Doyoung tidak peduli, dia langsung memeluk Haechan. "Taeyong sedang ditangani." katanya lirih di dekat telinga Haechan.
Setelah berkata seperti itu, terdengar bunyi monoton yang nyaring dari mesin yang berada di samping Taeyong. Doyoung membalikan badannya dan betapa lemasnya dia saat melihat Baekhyun sedang berjuang untuk mengembalikan detak jantung Taeyong.
Haechan tiba-tiba saja berlari ke arah Taeyong. Namun dengan segera, Jaehyun segera menghentikannya. "Haechan, kau tunggu di sini." kata Jaehyun mencoba menenangkan Haechan yang masih berontak.
"Hyung, aku mohon bertahanlah." Haechan mulai terisak melihat keadaan Taeyong.
Doyoung tidak sanggup lagi, seluruh sendinya melemas. Dia terduduk di lantai sambil menutup mulutnya. Air mata terus mengalir beriringan dengan suara monoton yang tak kunjung berhenti. Doyoung memejamkan matanya kemudian menautkan jarinya-jarinya.
"Tuhan, selamatkan Taeyong hyung." Pintanya dalam hati.
Doyoung tidak berani membuka matanya, sampai akhirnya dia mendengar suara mesin itu tidak terdengar monoton lagi. Doyoung membuka matanya perlahan dan dia melihat Baekhyun yang sudah berdiri di samping Taeyong, tidak lagi berada di atasnya untuk melakukan CPR. Doyoung menghembuskan nafas lega. Dia bersyukur Tuhan masih mau mengabulkan doanya.
"Doyoung, kau baik-baik saja?" tanya Jaehyun sarat dengan kekhawatiran. Haechan sudah mulai tenang, walaupun dia masih terisak. Sehingga Jaehyun menghampiri Doyoung.
Doyoung mengangguk kecil.
"Kemarilah." kata Jaehyun sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Doyoung berdiri.
Doyoung menyambut uluran tangan Jaehyun. Lututnya masih terasa lemas, sehingga dia harus menopang tubuhnya pada Jaehyun.
Tak lama kemudian, Baekhyun menghampiri Doyoung. "Taeyong harus dirawat sampai dia mendapatkan jantung baru. Maaf harus mengatakan ini, namun jika jantungnya berhenti lagi, aku tidak menjamin jantungnya akan kembali berdetak." kata Baekhyun pada Doyoung penuh sesal.
"Lakukan... apa saja... untuk menyelamatkannya." pinta Doyoung dengan terbata-bata. Dia masih berusaha mengatur nafasnya.
Baekhyun mengangguk kemudian mencengkram bahu Doyoung dan juga Haechan yang ada di sampingnya. "Aku akan melakukan yang terbaik. Setelah keadaannya stabil, aku akan memindahkannya ke ruang rawat biasa." kata Baekhyun.
"Apa aku boleh mendekat?" tanya Haechan pada Baekhyun.
"Tentu." kata Baekhyun.
Haechan bergegas menghampiri Taeyong yang terbaring lemah di bangkar. Banyak sekali alat-alat yang dipasang pada tubuh Taeyong. Haechan meremat dada kirinya. Dia merasakan sakit juga melihat Taeyong tak berdaya seperti ini, apalagi beberapa saat yang lalu dia hampir kehilangan Taeyong.
Doyoung pun ikut mendekat dibersamai Jaehyun. Sama seperti Haechan, Doyoung pun merasa sakit melihat keadaan Taeyong yang seperti ini. Doyoung menyentuh tangan Taeyong, merematnya perlahan. "Cepatlah bangun. Jangan pernah seperti ini lagi. Ku mohon." lirih Doyoung yang hanya bisa didengar olehnya sendiri dan Jaehyun yang ada di sampingnya dengan ekspresi yang tak bisa ditebak.
***
Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Saat ini, Taeyong sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Haechan menemani Taeyong di kamarnya sedangkan Doyoung baru kembali sehabis menemui Baekhyun.
Doyoung terduduk di kursi tunggu di depan kamar Taeyong. Dia mengepalkan tangannya. Antara sedih dan juga kesal bercampur saat ini di pikirannya. Yang dia dengar dari Baekhyun, keadaan Taeyong memang memburuk akhir-akhir ini. Itulah yang membuat Doyoung sedih. Namun yang membuatnya kesal adalah Taeyong selama ini menrahasiakan keadaannya yang memburuk. Bahkan Baekhyun pun sempat terkejut, tapi dia mulai mengerti kenapa akhir-akhir ini Taeyong hanya kontrol sendiri tanpa ditemani Doyoung.
Tanpa sepengetahuan Doyoung, Jaehyun muncul dan langsung duduk di samping Doyoung. Kemudian dia menyodorkan secangkir kopi hangat pada Doyoung.
"Minumlah dulu." kata Jaehyun.
Doyoung menatap cangkir dan wajah Jaehyun bergantian. Pikirannya masih belum tenang dengan Taeyong, namun Doyoung juga sadar, masalahnya dengan Jaehyun bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan.
Setelah menimang, Doyoung akhirnya menerima kopi itu dari tangan Jaehyun. "Terima kasih, sekarang kau pulanglah. Terima kasih juga telah membawa Haechan kemari." kata Doyoung datar.
"Doyoung, aku mohon jangan menghindariku." kata Jaehyun.
"Jae." panggil Doyoung seraya menatap manik coklat di hadapannya ini. "Ini bukan saat yang tepat. Bisakah sekarang kau pergi saja?" pinta Doyoung.
Jaehyun menghela nafas panjang. "Baiklah. Tapi jika ada apa-apa, hubungi aku." kata Jaehyun. "Aku pergi dulu." kata Jaehyun sambil menepuk bahu Doyoung pelan.
Doyoung hanya terdiam. Dia tidak menatap Jaehyun lagi walaupun Jaehyun sudah beranjak dari tempat duduknya. Pertahanan Doyoung kembali runtuh saat Jaehyun sudah menghilang di balik tembok menuju elevator. Doyoung kembali terisak dan tanpa disadari, Jaehyun masih ada di balik tembok tersebut. Tak ada niatan untuk Jaehyun meninggalkan Doyoung. Dia ingin sekali membawa Doyoung ke dalam pelukannya dan menenangkannya.
Kini Jaehyun sadar, pengaruh Taeyong ternyata sangat besar bagi Doyoung walaupun Jaehyun pikir Doyoung seharusnya tidak peduli pada Taeyong. Jaehyun baru pergi setelah Doyoung beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke kamar Taeyong.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
tbc
Pendek aja, hehe
Lagi ga waras sama NCT 2020 :"
KAMU SEDANG MEMBACA
[JaexDoxTae Fanfic] - Day Dream (FIN ✅)
Fanfiction[COMPLETED] "Sampai kapan kau akan bertahan seperti ini?" Doyoung terdiam. "Maaf, tapi aku sungguh tidak bisa meninggalkannya." *** Kim Doyoung adalah seorang anak tunggal dari seorang ayah yang membesarkannya seorang diri sejak kecil. Suatu hari, a...