Sillent

15 1 0
                                    

Tanganku gemetar hebat saat aku melihat tubuh Damian bersimbah darah, kulempar jauh-jauh pisau daging yang kugenggam, dan.....

"kriiiiiiiinggggg"

"Ah Sial, ternyata mimpi." umpatku pagi itu tatkala alarmku berbunyi mengagetkanku.

"Lyv, Lyvia, katanya hari ini kau akan pergi dengan Damian?" tanya Anya padaku.

"Uh, ya, seperti biasa, makan, toko buku, bioskop, hanya itu saja, Bosan !"

"Ayolah Lyv, bukannya selama ini kau selalu menunggu kesempatan untuk berkencan dengan Damian? Sekarang, kalian telah resmi berpacaran, lalu, kenapa kau malah merasa bosan?"

"Damian itu terlalu kaku, Anya, Bahkan sekedar bergandengan tanganpun tidak" Keluhku.

"Lelaki baik." Puji Anya.

Yap, Aku memang telah lama mengagumi Damian, dan aku tau, Anya adalah sepupu dekatnya sekaligus sahabat sekamarku di asrama. Sosok Damian yang cool, misterius, sulit ditebak, membuat aku dulu mengaguminya, namun tidak sekarang saat kami telah berpacaran. Tak tahu tepatnya kapan kami mulai berpacaran, hanya saja kami sering "berkencan" lebih tepatnya hal-hal monoton yang dulu aku harapkan, sekarang menjadi membosankan.

"Lyvia!" Damian memanggilku

Aku tak begitu menghiraukannya, dan tak lama iapun menghampiriku.

"Kenapa?" Tanyanya.

Aku sengaja mendiamkannya..

"Ehm, Ehm, so Damian, kalian sepertinya harus berkencan di tempat baru deh, hhmm, kebetulan aku punya dua tiket ke taman bermain yang baru saja dibuka hari ini. Bagaimana?" Usul Anya tiba-tiba sambil menyodorkan dua tiket taman bermain yang dimilikinya. Aku tau tadinya Anya akan mengajak Kevin, sayangnya, Kevin sudah keburu terbang lagi ke California untuk mengelola bisnis ayahnya.

"Taman Bermain ? Ah ayolah, tampak kekanakan sekali." Damian keberatan dengan usul Anya

"Ayolah Damian, Kumohon!" Sambil menunjukkan wajah memelas khas Anya

"Haaaahh, Baiklah" Damian mengambil dua tiket tersebut dari tangan Anya dan menggandeng tanganku menuju tempat parkir.

"Have Fun Dam, Lyv!" Pekik Anya.

Aku hanya tersenyum sendiri karena Anya, setidaknya orang membosankan ini bisa bermain di taman bermain layaknya anak kecil, semoga saja memang hari ini menyenangkan.

.......

"Damian, Ayo!" Pekikku pada Damian dan melambaikan tanganku, tampak sekali dia kurang bersemangat untuk menaiki setiap wahana, wajahnya terlihat bosan, dan cenderung tampak memikirkan sesuatu. Masa Bodoh! aku ingin bersenang-senang!

Aku dan Damian akhirnya saling diam, padahal kami sedang berada di taman bermain. Karena lelah, kami duduk di bangku taman, ya, dan hanya diam. Tiba-tiba ponsel Damian berdering. Tak sengaja terbaca olehku "Eve" dengan tambahan emoticon Love. Wajah Damian yang tadinya bosan, cemberut, tiba-tiba menjadi sumringah. Damian mengangkat telfon dari Eve, dan menjauh dariku.

Eve, adik tingkat di kampus kami, hanya berjarak setahun tepat dibawah Aku dan Damian. memang dari awal masuk kampus, Eve melekat pada Damian, tapi sungguh, aku benar-benar tak tahu kalau mereka sudah menjalin hubungan yang bahkan lebih manis daripada aku dan Damian. Ternyata selama ini aku yang Bodoh, benar-benar Bodoh.

Lama sekali Damian berbicara dengan Eve. Jujur kuakui, aku merasa kesal. akupun beranjak dari bangku, meninggalkan Damian. Akupun berkeliling, memang ada beberapa wahana yang belom aku naiki, akhirnya aku memutuskan untuk naik wahana kereta bawah tanah, sendirian. Damian? Entahlah, aku tak mau ambil pusing.

Ego - The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang