[2] Rain

77 13 0
                                    

❝Him, the mysterious man who stood across the street in the rain last Saturday afternoon.❞

••••

"Kekuatan dan Kekuasaan adalah segalanya, Kita tidak bisa mempertahankan tahta Bangsa paling tinggi ini selamanya. Bangsa Makhluk Buas itu sudah menyiapkan strategi untuk menggeser kita dari sini, aku memberi tugas untuk kalian semua. Darah manusialah yang dapat memberi kekuatan lebih besar dan kuat, hiduplah bersama manusia-manusia itu dan jalankan tugas yang aku perintahkan." Laki-laki paruh baya yang berdiri tegak pada singgah sananya itu menatap satu persatu dari beribu mahkluk bergigi tajam dan bermata merah menyala dihadapannya, menunggu mereka satu-persatu berganti wujud menjadi kelelawar hitam yang besar.

Ketika sepenuhnya sudah berganti wujud, mereka menyerukan kalimat secara bersama-sama hingga mahkluk-mahkluk itu hilang seperti ditelan angin. "Baik, Ayah."

••••

Seoul, 21 April 2018

"Hari ini udah 32 orang tau gak yang meninggal tanpa sebab, apalagi di Seoul lebih banyak korbannya." Seruan gadis berambut pirang itu membuat teman-temannya yang sibuk pada ponsel mereka masing-masing kini menoleh, sebagian ada yang berubah raut menjadi ketakutan dan ada juga yang saling melempar pendapat.

"Bener juga, aneh gak sih secara tiba-tiba begini? Apalagi cuaca terus-terusan hujan, jadi buat suasana makin serem." Sahut teman-nya yang berada di sampingnya.

"Itu di internet juga pada ngiranya ya Vampire, tapi masa sih itu beneran? Bukannya Vampire cuma mitos doang?" Pertanyaan satu gadis berambut sebahu itu membuat yang lain pada ikut berfikir. Cuaca hujan diluar Cafe juga langit yang mulai menggelap tidak membuat 5 gadis itu beranjak dari tempat duduk mereka sejak 2 jam yang lalu.

"Ya kalian bayangin aja, masa orang-orang itu mati dengan keadaan kehabisan darah. Bener-bener habis. Kalo Zombie juga pasti dagingnya ikutan dimakan deh, kalo aku sih yakin ini emang kelakuan dari bangsa Vampire." Gadis berambut pirang itu mengangguk mantap, seakan apa yang diucapkan oleh temannya barusan itu benar. Tidak lama gadis berambut sebahu ikut menyahut lagi. "Tapi kalo Vampire nya ganteng kan lumayan, pacaran sama Vampire yang serem gitu pasti keren banget gak si?" Pendapat dari sang teman langsung ditolak dari gadis berambut pirang itu.

"Emang mau kamu dihisap darahnya sampe mati? Iya kalo beneran mati, kalo jadi hantu penasaran gimana?" Si teman hanya mendengus. "Ya seru aja apalagi kalo ciuman. Kek adegan drama-drama hihihi." Tutupnya, gadis berponi bergidik ngeri. "Ciuman sambil di isep darahnya." Sindirnya.

Memilih untuk ikut juga dalam obrolan hangat yang dibicarakan oleh teman-temannya, gadis yang rambutnya di ikat satu dan duduk diujung itu hanya diam memandangi hujan di luar Cafe dengan memasang earphone yang melantunkan musik barat pada rungunya. Entahlah, untuk membicarakan sebuah mahkluk mitologi yang mustahil seperti itu tidak terlalu membuat gadis itu tertarik. Ia lebih memikirkan kenyataan hidup dibanding mengikuti imajinasi teman-temannya yang terpengaruh oleh cerita-cerita fantasi.

Cukup lama gadis itu diam dan berkutat pada pikirannya sendiri, hingga gadis itu melirik jam yang menunjuk ke arah angka 6 sore. Sudah sangat lama ia berada pada Cafe, saat nya gadis itu untuk pulang. Tubuh mungilnya bangkit dari kursi dan mengambil tas serta payung disampingnya.

"Hyerin, udah mau pulang? Gak nunggu kami dulu?" Salah satu teman bertanya padanya, gadis yang dipanggil Hyerin itu menggeleng pelan kemudian menaruh ponsel dan earphone-nya di tas.

Forbidden | Hyunjin [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang