Chapter 3

4 4 0
                                    

Bisa bersama dengan mu,
membuatku berpikir,
Apalagi yang lebih indah daripada hal ini?

-----

"Ibu manggil saya?" Tanya Rasta sesampainya ia didepan UKS sesuai dengan arahan yang Jhenga tunjukan.

Bu Ersa mengangguk. "Rumah kamu dekat dengan Denan?"

"Denan?" Ucap Rasta memastikan.

"Iya Denan. Denanta Wrespati. Jhenga bilang rumah kalian berdekatan" Ujar bu Ersa.

Membuat Rasta langsung saja melemparkan tatapan sinis ke arah gadis yang berdiri disampingnya. "Bohong bu" Sanggahnya kemudian.

Bu Ersa mengernyitkan dahi. "Apa nya yang bohong Rasta?"

"Rumah saya itu memang satu komplek dengan Denan, tapi itu gak deket sama sekali. Ujung ketemu ujung mana bisa dibilang deket" Jelas Rasta.

Memang benar yang Rasta katakan, rumah mereka memang berada di komplek yang sama, hanya saja itu tidak bisa di katakan dekat. Lagi pula kenapa bu Ersa jadi menanyakan tentang rumahnya? Memang drama apalagi yang sudah gadis pengganggu itu perbuat sekarang?

Mendengar penjelasan Rasta, bu Ersa langsung saja menatap Jhenga sembari berkata "Benar begitu Jhenga?"

Jhengapun menggeleng. "Tidak bu, Rumah mereka berdua itu memang ujung ketemu ujung. Tapi tetep aja, Rasta itu kalau berangkat atau pulang sekolah selalu melewati rumah Denan. Lagipula setahu saya, siswa disini yang satu komplek dengan Denan itu memang cuma Rasta"

Cuma Rasta katanya? Dasar pembual. "Mana ada, Rey juga satu komplek dengan Denan" Ujarnya.

"Temen lo itu kan udah lo suruh pulang duluan"

Sejenak Rasta terlihat berpikir, mencari alasan apalagi yang bisa ia gunakan agar bisa berdalih. "Gue bisa telfon dia, gue suruh dia balik kesini sekarang"

"Kelamaan" Ucap Jhenga cepat dan beralih menatap bu Ersa yang saat ini nampak kebingungan dengan siapa yang harus ia percaya. "Bu Ersa percaya deh sama saya, dia ini cuma alasan aja, biar gak disuruh nganterin Denan pulang" Timpalnya.

Membuat Rasta tebelalak kaget. "Nganterin Denan pulang bu?" Tanyanya.

Bu Ersa mengangguk. "Iya. Denan sedang sakit perut didalam" Tunjuknya kearah UKS. "Supirnya tidak bisa menjemput karena sedang cuti sudah dari 2 hari yang lalu, dan Jhenga bilang rumah kalian berdekatan. Jadi, rencananya ibu mau minta tolong kamu buat anterin Denan pulang. Kamu mau ya?"

Rasta mulai paham alurnya sekarang.

Mengingat kelakuan absurd gadis itu, Rasta menjadi sangat yakin bahwasannya gadis itu hanya berpura pura sakit perut agar bisa diantarkan pulang olehnya. Memang cacing kering bisa sakit?

Huft..

Rasta tak habis pikir, bisa bisanya gadis itu melibatkan bu Ersa dalam hal ini. Dan bisa bisanya juga bu Ersa percaya begitu mudah dengan gadis pembual itu.

"Gimana kamu mau kan anterin Denan pulang?" Tanya bu Ersa lagi.

"Tapi bu.."

"Sudah tidak ada tapi tapi an, pokoknya ibu sangat berharap kamu mau anterin Denan pulang. Kasian dia sudah kesakitian sedari tadi"

Rasta mulai memutar otak, mencari alasan apalagi yang harus ia gunakan agar bu Ersa tidak menyuruhnya mengantarkan gadis itu pulang. "Tapi saya ada jadwal latihan futsal sekarang bu" Elaknya kemudian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang