2

835 95 11
                                    

.


.


.

Hoseok masih tetap dalam posisinya. Menelungkupkan kepala dan mencoba terlelap walau guru menerangkan materi di depan. Ia mengantuk sekali. Entah bagaimana Jiwoo semalaman kerap terjaga membuat Hoseok harus menahan kantuknya semalaman. Kalau saja ia tau, tengah malam adiknya itu kelaparan.

Nasib baik berpihak kali ini pada Hoseok. Ia tidak ketahuan sama sekali oleh gurunya. Alhasil ia bisa tertidur tanpa terganggu sedikit pun.

Isitirahat tiba. Hoseok memilih membaca di dekat kantin sekolahnya. Di sana tidak terlalu ricuh, ia bisa membaca dengan tenang.

TUK

Hoseok mendongakkan kepalanya. Ia melihat ke arah sebungkus roti yang dilempar padanya.

"Ah, maafkan aku. Itu untukmu." Hoseok meraih rotinya sambil melihat sosok itu duduk di sampingnya. "Aku Park Jimin. Anak kelas 1-1. Kau siswa pindahan?" ucapnya bertubi-tubi.

"Kau sungguh tidak sopan, Jim. Aku kelas 2. Aku Jung Hoseok. Kelas 2-3." Mendengar itu, Jimin menggaruk kepalanya sambil menggumamkan maaf. Hoseok melihat rotinya dan tiba-tiba memikirkan Jiwoo. Bagus ia simpan rotinya ini untuk adiknya. Siapa tahu adiknya itu tidak diberi makan lagi.

"Loh? Kenapa tidak dimakan, hyung? Kau tak doyan roti?" Hoseok menggeleng. "Adikku suka roti ini. Jadi kupikir aku akan berikan padanya saja."

"Kalau begitu kubelikan lagi untuk adikmu. Itu untukmu, hyung. Kau tampaknya tak sarapan, kan?" Hoseok terdiam lalu mengangguk pelan. Jimin bergegas membelikan roti lagi. Hoseok merasa malu sebenarnya, namun perutnya berteriak minta diisi.

Jimin kembali dengan 3 bungkus roti dan sebotol minuman kemasan rasa lemon tea. Ia memberikannya pada Hoseok. Hoseok menatapnya tak percaya. "Jim?" ucapnya ragu. Jimin tersenyum saja.

"Ayo dimakan, hyung. Lain kali kita makan di kantin. Aku yang traktir, deh," suara Jimin senang sekali. Hoseok menggeleng dan tertawa kecil. Terima kasih pada Jimin, perut Hoseok terisi sekarang.

. . .

Jimin melangkah santai menuju kelasnya. Ia senang sekali dapat teman baru, Jung Hoseok. Ia tersenyum kecil mengingat Hoseok yang banyak berterima kasih padanya perihal roti tadi. Padahal itu biasa saja ia rasa. Ia berpapasan dengan kekasihnya--Min Yoongi—saat ia melewati ruang musik.

"Hai, hyung."

"Tadi aku melihatmu dengan orang asing. Dia siapa, Jim?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Loh? Dia sekelasmu hyung. Masa tidak kenal." Yoongi tampak berpikir sesaat. Dia jarang masuk kelas akhir-akhir ini karena ia baru meluncurkan mixtape-nya. Ia kini menyibukkan diri di ruang musik, karena beberapa hal pertimbangan akan pengajuan lagunya untuk lomba.

"Ah, entahlah. Aku kurang tau. Kau akan ke kelas sekarang?" Jimin mengangguk dan tersenyum saat Yoongi mengusak rambutnya. Jimin berlalu, meninggalkan kekasihnya itu. Yoongi pikir ada baiknya ia masuk ke kelas setelah menyelesaikan urusannya di ruang musik.

. . .

Yoongi menatap punggung sosok yang duduk di depannya ini. Ia fokus mendengarkan guru dan tak berkutik sedikit pun. Siapa sangka ternyata murid pindahan itu duduk di depan meja Yoongi. Sepertinya Yoongi benar-benar ketinggalan banyak informasi di kelasnya ini. Sementara Hoseok baru tau kalau bangku di belakangnya itu dihuni seseorang. Padahal ia berniat pindah ke sana namun tidak jadi.

Bel pulang sekolah berbunyi. Hoseok mengemasi barang-barangnya. Ia harus bergegas. Ia akan ke rumah sakit lebih dulu baru berangkat bekerja.

"Hoi, kau!" Hoseok menoleh santai. Ia yakin itu si gerombolan manusia kaleng. Ia menatap datar ke arah mereka. "Apa lagi?" Tanya Hoseok. Ia melihat ke name tag si ketuanya. Kim Taehyung. "Urusan kita belum selesai. Kau—"

Can't Take My Eyes Off YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang