Hai Ayah,
Ini aku, Daehyun. Anak laki-laki Ayah yang tampan.
Jangan iri padaku, Ibu memang sering mengatakannya. Ah itu berarti Ayah juga tampan karena Ibu bilang aku sangat mirip dengan Ayah, ya kecuali mataku yang besar seperti Ibu, hehe.Ayah, hari ini aku berulang tahun yang ke-15 dan sudah membaca suratmu. Aku tak menyangka Ayah sudah menyiapkan surat itu bahkan sebelum aku lahir. Ayah takut tak sempat bertemu denganku, ya? Kita memang tak sempat bertemu, tapi tenang saja ya, Yah. Aku tahu Ayah sangat menyayangiku.
Ayah tahu? Aku sudah tumbuh tinggi melebihi tinggi Ibu. Terakhir Ayah melihatku, aku masih sebesar biji kacang merah, bukan? Aku tahu karena foto USG yang ada di dompet Ayah itu sekarang kupajang di meja belajarku, bersanding dengan foto kencan Ayah dan Ibu di taman bermain dahulu. Ayah ingat, kan?
Ayah, aku berjanji akan menjaga Ibu dengan seluruh kemampuanku. Aku berjanji akan membuatnya bahagia seperti permintaan Ayah. Tapi, satu hal yang aku minta, bantu aku dari atas sana ya, Yah?
Jujur saja tugas darimu agak sulit untukku karena dulu Ayah sudah membuat Ibu sangat bahagia. Tentu saja aku tahu, Ibu sering bercerita tentang Ayah yang sangat mencintai Ibu, hampir setiap hari!
Yah, bagaimana surga? Apa di sana menyenangkan? Ayah tidak kesepian, kan?
Aku yakin Ayah baik-baik saja karena sudah sehat kembali. Ayah pasti bahagia karena perutnya sudah tidak sakit lagi. Ayah jangan khawatir, aku dan Ibu juga bahagia. Banyak yang menjaga kami di sini.
Ayah, terima kasih sudah memilih Ibu untuk menjadi pelabuhan Ayah yang terakhir dan terima kasih sudah mencintai Ibu dengan segenap hati Ayah hingga aku lahir ke dunia.
Tunggu aku dan Ibu di sana ya, Yah.Dari aku yang akan tetap mencintaimu bahkan setelah Ayah tiada di dunia,
Daehyun 🤍ps. Ayah, aku sudah punya pacar. Jangan sampai Ibu tahu, ini rahasia kita berdua!
Aku mengangkat selembar kertas putih yang baru saja selesai kububuhi dengan tulisan pertamaku untuk Ayah, Byun Baekhyun. Aku membacanya sekali lagi, kemudian melipat kertas tersebut sambil mengulas senyum yang tak hentinya dari bibirku.
"Makan malam sudah siー aduh, anak Ibu sedang apa sampai senyum-senyum begitu?" Seorang wanita yang kecantikannya dirasa tidak pudar sejak pertama kali aku melihat dunia, melongokan kepalanya setelah membuka pintu perlahan. Ibu melirik kertas terlipat yang masih di tanganku, "Sedang menulis surat cinta, ya?"
Aku cepat-cepat menyembunyikan suratnya ke laci meja saat suara Ibu makin terdengar penasaran. Jangan sampai Ibu tahu, atau Ibu akan menangis lagi seperti tadi sore saat aku membacakan satu bagian dari surat Ayah untuknya.
"B-bukan kok, Bu," Aku langsung berdiri dari duduk dan menghampiri Ibu, meraih kedua bahunya, "Ayo kita makan, aku lapaaar!" Pengalihan perhatianku tentu saja tidak bagus, tapi setidaknya aku berusaha, hehe.
"Aish, kau," Ibu menyipitkan mata bulatnya pada anak satu-satunya ini sembari mencubit kecil pinggangku hingga aku meringis, "Awas kalau punya pacar tapi tidak bilang Ibu, nanti Ibu adukan ke Ayah."
Hatiku mendadak kembali menghangat seperti tadi sore saat duduk berdua dengannya menikmati semilir angin di bawah pohon di antara rerumputan hijau Edensor. Aku tersenyum, senang mendapati Ibu selalu melibatkan mendiang Ayah ke dalam setiap inchi cerita hidupku.
Yah, kami berdua akan selalu mengingat Ayah.
Kapanpun, dimanapun.***
Hai, Ayah.
Selamat ulang tahun dimanapun Ayah berada. Part ini sengaja aku publish malam ini sebagai penutup hari Ayah. Ini satu bentuk hadiah dari aku buat Ayah.
Yah, aku doakan kau berbahagia sepanjang hidupmu.Dari satu-satunya anak perempuanmu,
Ney 🤍
YOU ARE READING
BLUES | sequel of BLUE
FanfictionUntuk dia dan rindu tak bertuan yang melolong kesepian. Dari aku yang nelangsa ditelan rindu yang membiru. 💙