Snowdrop

280 26 15
                                    

Dingin menusuk kulit hingga menembus tulang walau di tengah akhir musim dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dingin menusuk kulit hingga menembus tulang walau di tengah akhir musim dingin. Angin berembus lembut sempat menjatuhkan tumpukan salju hingga menutupi kembali tanah yang terlihat cairan salju. Mentari kini dalam perjalanan pulang menuju rumah meninggalkan semi senja yang perlahan menggelam. Penerang jalan buatan sudah kembali terbuka sesuai jadwal yang ditetapkan guna membantu penglihatan di malam hari.

Perlahan namun pasti, cakrawala telah menjadi gelap memayungi salah satu negeri negeri besar, Konoha, Negeri Api. Lalu-lalang orang meninggalkan lokasi kerja hendak berpulang rumah untuk menikmati semangkuk atau bahkan hidangan makan malam yang menghangatkan tubuh di tengah dinginnya musim ini. Walau menginjak akhir, rasa dingin itu masih terasa menghantui. Menikmati minuman hangat, berduduk bersama keluarga dalam rumah yang hangat adalah pilihan terbaik.

Sayang, itu tidak mampu dirasakan oleh semua orang. Salah satunya adalah seorang gadis kecil berumur 6 tahun itu. Di tengah keheningan dan kesepian serta hawa dingin yang menusuk, dia berjongkok di dekat samping bangku taman. Entah atas alasan apa, dia tidak duduk di kursi yang tersedia. Sorot mata terlihat begitu datar nan kosong, iris biru toska terlihat tak memantulkan cahaya selain bunga warna putih dengan mahkota menghadap ke bawah.

Hatake Miyako, dia tak mengubah posisinya, gadis itu telah berdiam diri sejak lama. Waktu telah berlalu cukup lama dan dia belum kunjung berniat untuk berpindah. Matanya terus tertuju pada bunga tersebut. Tubuh sedikit menggigil karena dingin.

"Kenapa kau di sini?" Suara lelaki kecil seumuran dengan sang gadis memasuki pendengaran. Tidak asing, membuat sang gadis menoleh dan mendapati sosok lelaki dengan pakaian tebal serta helaian hitam diikat seperti nanas. Tidak heran, Nara Shikadai, lelaki dengan darah seorang orang penting di Konoha dan seorang tuan putri dari Suna.

Samar tapi pasti, Shikadai sempat mendapatkan mata yang memancar sinar senang dari iris indah milik Miyako. Tidak terlalu dekat, tetapi gadis ini adalah gadis yang diadopsi oleh hokage ke enam tak lama ini dan sering berkunjung ke rumahnya karena kesibukan dari hokage.

Miyako ingin membuka mulut kembali mengatup dan menunduk kembali dengan raut wajah datar. Dia menaruh atensi pada bunga putih yang mekar setiap akhir musim dingin itu. "Aku sedang menunggu," ucap Miyako. Suaranya terdengar bergemetar karena dingin.

Sang lelaki menaikan sebelah alis, menaruh atensi pada gadis yang tidak memakai syal. Dia yakin, bibir gadis itu sudah membiru karena dingin, tubuh yang bergemetar di tengah musim dingin. Dia lihat lagi, tangan Miyako sengaja disembunyikan dalam lipatan perut dengan pangkunya untuk menjaga kehangatan. "Menunggu siapa? Ayo, kita pulang. Oyaji dan Kaachan sedang mencarimu," jelas Shikadai dengan tenang. Walau masih berumur 6 tahun, dia memiliki kepintaran yang baik sehingga tak mengherankan bagi orang lain bahwa lelaki ini memiliki pikiran lebih dewasa dibanding teman seumurannya. Apalagi, dengan darah keturunan jenius milik ayah dan ibu.

"Aku adalah anjing yang buruk. Aku tidak mempunyai penciuman tajam untuk mencari jalan pulang," gumam Miyako, dia melirik ke arah bungkusan ubi bakar yang ada di bangku, "Aku akan menunggu di sini seperti anjing yang baik, jika aku baik, majikanku akan datang dan menjemputku."

Flowerez - Snowdrop | Nara ShikadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang