3. Pertemuan

10 1 0
                                    

Salwa mendengus begitu sampai di kantin orang-orang yang menjanjikan kumpul jam 4 ternyata molor setengah jam. Begini nih kenapa Salwa malas yang namanya kumpul-kumpul, pasti ngaret. Janjian jam berapa kumpul jam berapa. Mana tak ada rasa bersalah lagi.

Salwa membuka roomchat grup Kelompok 19 KKN'19

Salwa
Woy! Jadi kumpul kagak sih? Ngaret banget. Janji jam berapa jam segini belum pada nongol. Kalo ga niat kagak usah kumpul aja!

Masa bodo dia dianggap apapun juga. Siapa yang tidak kesal dia terbengong sendiri di kantin kampus dan terpaksa harus memesan salah satu minuman yang bisa dipakai sekali makan di warung Bu Iin.

Ponsel Salwa bergetar terus menerus menandakan ada pesan masuk. Malas sebenarnya untuk membuka tapi semoga ada kabar baik lah.

+628703xxxxxxx
Biasa aja kali ga usah ngegas

+628522xxxxxxx
Iya biasa aja napa ngegas gitu. Jarang nongol tapi sekalinya nongol kagak sopan

Rendi
Maaf ya Salwa. Ini sebentar lagi kita kesana.

+628945xxxxxxx
Ngapain juga sih Ren baek sama tu orang?

Dan masih banyak lagi cacian mengarah padanya. Salwa peduli? Tidak sama sekali. Dan Salwa malas membalasnya. Lebih baik ia meletakan kembali ponselnya yang tak berhenti bergetar.

***

"Maaf ya Salwa kita pada telat," Rendi langsung duduk di hadapan Salwa yang sekarang tidak sendiri. Ada 3 orang perempuan dari FKIP yang menemaninya.

Setelah tadi Salwa mengabaikan getaran ponselnya. Ketiga perempuan itu datang dan meminta maaf karena datang terlambat karena baru selesai kuliah katanya. Yang terlihat cantik dan anggun dengan kerudung lebar berwarna pink lembut namanya Sari. Yang mungil-mungil itu dengan kerudung sama lebarnya dengan warna biru namanya Mia. Dan yang tinggi dengan kerudung yang dililit di leher berbeda dengan dua lainnya namanya Hana.

"Ya," hanya jawaban pendek dari Salwa yang ditanggapi delikan dari teman-teman perempuan Rendi. Sepertinya perempuan-perempuan ini yang tadi mencacinya di grup. Biarkan saja. Toh memang kenyataannya Salwa menunggu hampir satu jam di kantin ini.

"Mau mulai saja atau tunggu yang lain?" Mata Rendi mengarah pada yang melingkari meja kantin.

"Mulai. Gue cape pengen balik. Dari tadi abis praktek panas-panasan di lahan," apa yang Salwa katakan memang benar. Tubuhnya bahkan sudah lengket karena keringat dan dia ingin segera mandi dan merebahkan tubuhnya di kasur. Lelah seharian kuliah dan praktek sekarang harus menunggu lagi. Tidak terimakasih.

"Tungguin lah jangan culas. Kelompok kita ada 24, ini yang kumpul belum ada setengahnya," yang menjawab terdengar sengak di telinga Salwa.

"Ya elo enak duduk-duduk doang di kelas berAC. Lah gue? Panas-panasan di lahan, badan penuh keringat gini," sungguh jangan menganggu orang yang tengah lelah. Karena sesungguhnya mereka akan berubah jadi berkali lipat lebih sangar. Percayalah.

"Eh jaga ya mulut lo. Kita juga cape--"

"Sudah sudah. Kalo adu mulut kayak gini nggak akan pernah beres. Mending kita mulai aja,"

AgriLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang