Akhir Kisah

3.4K 395 161
                                    

Ada yang perlu dikenang. Masa lalu :)
Author - bellaerminayanti

🍁🍁🍁

14.30 WIB
Halaman Belakang Sekolah~

Bagi Rival, menoreh cerita sejarah di masa SMA itu mengasyikkan. Apalagi, bisa dikenal satu sekolah dengan tingkahnya. Karena kata Rival, "Lo gak akan tahu sampai kapan lo bisa melakukan hal yang paling seru dalam hidup lo. Hidup itu cuman sekali, jangan terlalu memikirkan apa kata orang."

Jadi jangan salahkan Rival bila dia bisa merubah teman-temannya yang penurut menjadi pembangkang. Dia hanya ingin membuktikan kata-kata orang, bahwa masa terindah adalah masa SMA.

Tapi, Rival tak pernah menjerumuskan teman-temannya pada pergaulan yang salah. Walau tingkah mereka selalu dianggap salah.

"Gila ya, Val! Lo kalau nggak buat masalah sama Bu Badak, hidup lo nggak tenang kayaknya!" Reza ikut melempar tas sekolahnya, lalu menyusul Rival bersandar disalah satu pohon.

"Kangen gue ngerjain dia. Siapa suruh, cuti lama banget! Jadi waktu masuk, kita kasi kejutan."

"Parah sih lo! Harusnya kita rekam waktu tikus putih itu loncat ke baju dia." Reza kembali tertawa, diikuti Rival yang juga tak bisa menahan tawanya.

Padahal dia hanya iseng meletakkan anak tikut putih di laci meja guru. Tapi, ternyata aksinya bisa menggegerkan satu sekolah. Terlebih, andalan Bu Reni adalah melapor kepada Kepala Sekolah. Jadi sudah pasti mereka harus menjalani hukuman lagi.

"Tapi gue paling lucu waktu Bu Reni nggak sadar kalau itu tikus ada di kepala dia! Sumpah, gue aja geli, Ja!" Tawa mereka kembali pecah. Sebelum seseorang melempar botol air mineral ke arah mereka.

Untung saja berhasil ditangkap. Bila tidak, sudah pasti wajah mereka yang menjadi sasaran.

Rival yang pertama menyadari. Lalu menoleh, mendapati Aldi dan Fandi yang baru datang dari kantin. Membeli minuman sebagai ganti tenaga mereka setelah membersikan semua kamar mandi di sekolah.

"Muka gue ini aset Bangsa. Asal lempar botol aja lo berdua!" Rival bangkit, menatap Aldi dan Fandi malas sebelum meneguk minumannya.

"Aset Bangsa, sok cakep lo! Aset Bangsa itu otak, Val. Kelakuan kayak lo, nggak ada yang bisa dibanggain. Sukanya nyari masalah." Aldi mengambil tempat disebelah Rival.

"Hari gini pakai otak? Al, kalau lo cakep, semua kesalahan lo tertutupi. Percaya sama gue!" sahut Rival. Pandangannya beralih pada Fandi yang masih tenang dihadapannya. Sepertinya sudah malas bila berdebat tentang masalah yang selalu Rival lakukan. Dan bodohnya, dia selalu ikut larut di dalamnya.

Setiap masalah yang Rival perbuat, akan ada ketiga temannya yang menjadi korban. Akan ada tiga orang yang tak rela Rival menerima hukuman seorang diri.

"Udah seneng hari ini?" Rival mengalihkan pandangan mendengar pertanyaan Fandi. Lalu setelahnya mengangguk cepat.

"Banget! Senang berbisnis dengan kalian!"

Fandi ikut tersenyum. Sejak mengenal Rival dan menjadikan anak itu sebagai sahabatnya, dia tahu bahwa akan banyak kejutan di hidupnya. Rival selalu memiliki sesuatu yang membuat Fandi begitu takjub. Anak ini terlalu ajaib. Kalau lagi kumat, bandelnya keterlaluan. Kalau lagi marah, nakutinnya setengah mati. Kalau lagi manis, gemesnya luar biasa. Membuat Fandi merasakan memiliki adik laki-laki yang sudah pasti sifatnya akan semanis dan semenyabalkan Rival.

"Besok mau lagi?"

Rival menggeleng, "Kan jangan setiap hari. Besok kita belajar yang bener. Ya, kan, Fan?"

HOME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang