Indrie

44 21 7
                                    

Hujan turun bersama dengan terbenam nya senja. gadis remaja itu, baru saja keluar dari dalam kamar tidurnya menuju halaman belakang rumahnya. Dia melihat laki-laki berambut ikal menutupi telinga juga pelipis lelaki itu, dibawah rintik sisa hujan dan sayup lampu malam, dia melihat samar rambut ikal itu tertiup angin dingin bergerak secara perlahan membuat helai demi helai nya tersingkap menampakkan sepasang mata sipit sedang memperhatikan nya.
Mata mereka bertemu, dalam polos gadis remaja itu meninggalkan begitu saja 'dia' dengan raut wajah datar khas nya. Sementara laki-laki tadi tetap memandang langkah pergi Indrie yang kini telah hilang dari pandangannya kemudian berganti bayangan indrie yang dengan cepat dihapus kegelapan malam.
..........

"apa sih mas mas tadi, diem kaya patung gajelas. hampir bikin teriak aja sangkain hantu, tapi cakep juga. pasti mba ayu, mba liana dan mba fit suka. "
gerutu indrie yang langkah nya terhenti di sebuah ruangan yang cukup besar untuk berkumpul para sepupu nya.
"kenapa ndi? siapa cakep? aku ya?."
goda husen seraya menaikan alis nya.
"ihhhh...... bukan hus, tadi aku liat ada orang di belakang rumah. tinggi, putih, kurus dan rambutnya nutupin mata pan....nnnjanggggg se telinga dan ganteng tapi gatau siapa, mungkin sepupu paman lagi. soalnya dia jalan kearah rumah paman ahmad." panjang lebar penjelasan indrie pada sepupu jauh nya itu.
"lalu ? suka? nanti aku kenalin deh. paling yang kamu liat itu dia."
husen menggoda indrie dengan senyuman jahil nya.
"mba, aku punya tugas dari sekolah suruh buat kliping nih. tolong buatin ya mba,  ehh maksudnya dibantuin." alih-alih menjawab husen,indrie lebih tertarik membujuk pada seorang wanita yang paling tua diantara mereka.
"ujung nya juga mba pasti yang ngerjain. kamu harus rajin loh kalo mau masuk sekolah negri." jawaban mba ayu yang tak pernah bisa menolak permintaan keponakannya yang tidak dapat balasan lagi dari indrie. Indrie fokus pada canda nya bersama husen yang tetap menggoda indrie karna cerita pertemuan nya dengan hamdie, yang indrie sendiri tidak  menyangka itu semua adalah awal tentang rasa.

◾◾◾◾◾

"umma masak apa? bau nya enak."
indrie melenggang masuk kearah dapur untuk menemukan sumber harum yang membuat perutnya menari nari.
"ini anter kesebelah. paman mu pasti belum sarapan dan langsung sibuk sama kerjaan nya." tanpa menjawab pertanyaan cucu nya, nenek yang akrab disapa umma itu memerintah indrie.
"kenapa engga mba ayu aja sih yang anter, dia kan tunangan nya paman. harus banget indi jadi merpati pos dan tukang antar makanan." gusar indrie yang tengah berjalan kearah rumah sebelah. ya hanya kesebelah saja dia mengantar makanan tadi.
Dengan nada kasar, dia memanggil-manggil nama pemilik rumah yang tak kunjung keluar dari dalam.
"paman!, paman!, paman!, tukang anter makanan tiba nih." 10 menit tak ada yang muncul dari dalam, tapi dari loteng rumah dia mendengar suara langkah kaki yang ringan.
"ada orang ga diatas? kalo ada turun dong nih makanan dari umma buat paman." ~
"yang kamu cari lagi beli sarapan kaya nya neng." sebuah suara yang ringan seringan langkah kaki nya terdengar dari balik dinding tipis yang hanya menunjukkan kepala nya saja.
"itukan cowo semalem yang di belakang rumah. dia manusia yaa. aku kira hantu beneran." batin indrie yang masih menatap laki-laki yang lebih tua 6tahun dari nya itu, ya laki-laki itu berusia 19tahun, sedangkan indrie masih 13tahun.
.......
"mba tau ga? ada stok cowo ganteng dirumah paman nambah 1, kalo mba liat pasti suka." adu indrie didalam kamar pada tante nya yang notaben nya masih sangat muda untuk di panggil tante.
"kamu nih kecil-kecil, sana tugas kliping nya di kerjain tuh minta ajarin sama paman sebelah, kata mu kemarin ada tugaskan." omel salah satu tante nya yang sibuk bersolek persiapan mengantar makan malam kerumah paman ahmad, yang kemudian diikuti oleh indrie. Ya, memang rumah paman ahmad tunangan mba ayu itu jadi tempat semua sepupu nya tinggal.
..........
"kak mus, indi punya tugas nih buat kliping sea games. tolong bantu ya." wajah indrie memelas seperti anak kucing yang tidak diberi makan induknya.
"dari koran? kak mus guntingin aja nanti kamu tempel, tinggal salin aja paragraph dari korannya buat keterangan dibawahnya. nanti kasih garis bawah pake spidol warna." jelas kak mus, keponakan paman ahmad yang baru saja lulus dari pesantren.
.........
"kak, itu siapa yang rambut nya acak acakan? kok indi baru liat? keponakan nya paman juga?" pertanyaan yang bertubi tubi dan hanya di jawab dengan senyuman juga gelengan kepala saja oleh mus.
"itu namanya hamdi. sepupu paman ahmad. tapi agak bandel susah dikasih tau. itulah akibat dari pubertas yang buru-buru."
jelas kak hasip secara brutal dan dengan nada agak kesal yang tiba-tiba saja muncul entah dari kapan.
"hah? bandel? " indrie berbisik sinis dalam hati. yang padahal dia juga tidak terlalu peduli. yaa setidaknya saat itu dia tidak peduli
 
◾◾◾◾

  Indrie cukup dewasa untuk remaja se-usia nya, semua yang telah dia alami dalam keluarga nya membuat indrie lebih bisa menilai dan mengambil keputusan. Seperti saat mengambil keputusan untuk tinggal bersama umma sejak 4tahun lalu.
Pertengkaran orangtua indrie yang selalu didengar hampir setiap hari olehnya, membuat indrie lebih cepat tumbuh menjadi gadis remaja yang tegas dan sangat prihatin. Bagi indrie, orangtua nya tetap nomer 1 hanya saja dia tak bisa lebih lama lagi tinggal bersama mereka.
..............
"kalo terus-terusan bengong nanti itu bunga dimakan kambing." ucapan umma memecahkan lamunan indrie.
"ehh umma, siapa yang bengong? orang indrie lagi itungin serbuk sari mawar nya nih, tugas sekolah.. hehe.." tersenyum menjawab teguran nenek nya, indrie seolah sedang benar benar menghitung serbuk sari bunga mawar yang entah kenapa diyakini umma.
"kalo udah selesai, masuk. lagi banyak angin ndi. jangan kelamaan besok aja lagi. ada-ada aja guru jaman sekarang, anehh.." kalimat umma, seraya berangsur masuk kedalam rumah.
.........
"lagi rindu ayah sama mamah ya.?"
suara husen yang tiba tiba itu memecah lamunan indrie yang kini tengah menyilangkan tangan siap memaki husen.
"bisa engga sih ga tiba-tiba muncul kaya hantu? untung ga aku lempar nih pot muka mu." ~~
"ndi kamu tuh kecil-kecil galak banget. kasar ih...  pantesan anak laki sini gaada ya-..n....." tak sempat husen menyelesaikan kalimat nya, indrie benar benar melempar pot seukuran telapak tangan itu kearah kaki husen.
"ndiiiiiii,  yaampun. sakittt ini ndi."
"makanya kamu jangan asal omong."
perkataan indrie yang sudah berlari dan tertawa kearah samping rumah takut-takut husen membalas perlakuan nya.
...
"aduhhhh....."
indrie tersunggut jatuh.
"maaf, maaf, maaf... aku bantu bangun sini." suara yang seringan angin ini, suara yang beberapa minggu ini sering indrie dengar.
"ahahaha.. hahaha.... makanya jangan jahil kamu, rasain kan jatoh. ahahahah... haha... hahaha...." tawa husen yang puas melihat indrie terjatuh karna beradu jalan dengan hamdi.
"kamu tuh kalo jalan minggir dikit dong, biar aku ga jatoh."
"bukan harusnya kamu yang hati-hati? kenapa harus lari-larian jalanan nya juga banyak batu.. kamu obatin dulu kaki mu tuh, sini aku gend-...." hamdi mengulurkan tangannya yang hendak menggendong indrie, tak sempat dia meraih tubuh indrie. husen dengan cepat meraih lengan indrie dan membopong indrie untuk berjalan.
"gaperlu kak!" ketus husen pada hamdi. Indrie tak menyadari situasi apa sebenarnya diantara mereka, yang indrie pikirkan sakit di lutut juga kaki nya.
"bukan nya tadi kamu terlalu kasar hus?"
"engga terlalu kalo orang nya dia."

"loh..  kenapa tuh kaki." mba liana mendekati indrie dan husen.
"jatoh mba tadi di samping. aku lari terus nabrak bang hamdi." penjelasan detail indrie pada liana agar dia tak mengomel panjang lebar yang membuat pusing kepala.
"kenapa kamu lalai banget sih ndi!?"
"mba ini cuma luka kecil yaampun...
  Tak ada perdebatan setelah nya, liana hanya diam sembari mengoleskan salep pada luka indrie, sementara husen hanya memperhatikan nya dari jauh.
.......

sudah membaik kaki mu?

pesan masuk melalui aplikasi facebook milik indrie.
Indrie tak pernah merasa itu suatu perhatian, dia merasa itu bentuk rasa bersalah saja.

udah kok.
....
aku minta maaf, salah ku ga liat kamu lari.
....
aku maaf kan.
....
masalah ga kalo aku inbox kamu gini?
....
engga ada masalah.
....
kita sambung lain waktu lagi ya, indrie.

Aneh rasanya, yang indrie tau cuma membalas biasa pesan hamdi. Tapi lain dengan hamdi yang diam-diam sejak awal bertemu sudah tertarik pada indrie. Dia merasa ada kesempatan yang diberikan indrie pada nya, pada dirinya yang sedang diacuhkan keluarga nya sendiri.
Entah salahpaham atau belum dirasakan, seolah itu hanya bisa dijawab oleh waktu.
Ya, biarlah waktu yang akan menyingkap rasa yang ada pada Indrie juga Hamdi.

R A S A !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang