Chapter 1

13 6 3
                                    

Ketahuilah!
Ketika kamu sudah memutuskan untuk mencintai. Maka, tak ada satupun manusia yang berhak menghakimi.

-----

Semilir angin menerpa wajah seorang gadis yang tengah duduk di atap gedung laboratorium SMA JAYADRAMA. Rambut hitam pekatnya yang tergerai indahpun ikut tertiup oleh angin. Senyum lebar gadis itu tak pernah berhenti sedari tadi. Menambah kesan ceria nan elegan di raut wajahnya yang super cantik itu.

Tatapannya tertuju kepada seorang siswa laki laki yang saat ini tengah menempuh mata pelajaran olahraga di lapangan basket dengan beberapa rekannya yang lain, tepat didepan gedung dimana ia berada saat ini.

Katakanlah gadis itu kurang kerjaan atau apa.

Mengamati laki laki yang sudah berhasil menempati sebagian besar hatinya selama lebih dari sepuluh tahun itu, membuat perasaannya kian berbunga bunga.

Ntahlah..

Memang apalagi yang lebih menyenangkan daripada menatap sang pujaan hati?

Bodoamat dengan pelajaran Bu Ersa, guru matematika sekaligus wali kelasnya yang saat ini pasti kesal bukan main lantaran gadis itu untuk sekian kalinya bolos kelas.

Masalah itu bisa ia pikirkan nanti.

Bukankah demikian?

Yang terpenting sekarang. Ia bisa berpuas diri. Mengikuti kemanapun arah kaki laki laki itu melangkah. Yang berdasarkan pengamatannya, dengan sebuah bola basket ditangan, laki laki itu beberapa kali terlihat berada disisi depan untuk menyerang. Kekiri dan kekanan untuk menghindar. Atau juga sesekali nampak berada disisi belakang lapangan untuk menguatkan pertahanan timnya dari serangan lawan.

Sungguh.

Tak bisa gadis itu pungkiri, lengan baju olahraga yang sedikit laki lakinya singkap plus rambut yang acak acakan dan basah karena keringat benar benar membuat pasang mata yang menatapnya menjadi terkagum.

Akh!

Rasanya seberapa lamapun ia menatap, gadis itu tidak akan pernah merasa bosan.

Sampai akhirnya..

Tatapan mereka bertemu, membuat gadis itu semakin melebarkan senyum indahnya. Betapa senangnya ia sekarang, dengan cepat gadis itu mengangkat tangannya sembari melambai lambaikan kearah laki laki itu dengan penuh semangat.

Berbeda halnya dengan si laki laki, yang terlihat mengelus dada dan memutarkan bola matanya jengah, lantaran menyadari sedari tadi ia diawasi oleh gadis cacing kering itu.

Huft..

Dasar pengganggu.

Sejenak, laki laki itu tampak berpikir. Sebelum akhirnya memilih menepi ke pinggir lapangan, menuju beberapa kerumunan gadis gadis yang sedari tadi heboh meneriaki namanya. Bahkan jika harus memilih, maka tanpa ragu ia akan lebih senang dikerumuni gadis seantero bumi daripada harus menghadapi dan berdekatan dengan gadis yang satu ini.

Sedangkan bagi sang gadis, melihat laki lakinya dikerumuni banyak cewek seperti itu sudah menjadi pemandangan yang biasa.

"Anggap saja itu risiko menyukai cowok tampan" Begitu menurutnya.

Tapi tunggu..

Seketika wajah gadis itu berubah muram. Menyadari bahwasannya diantara kerumunan tersebut terdapat Clar dan antek anteknya. Cewek paling menyebalkan dan sok cantik itu sedang bergelanyutan manja ditangan laki lakinya.

Betapa kesalnya ia sekarang. Segera ia melepas sepatunya, bermaksud melemparkannya ke arah Clar. "Berani sekali dia ganggu calon pacar gue" Ucapnya menggebu.

DenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang