Satu pertanyaan ku pada Tuhan: Dari sekian banyaknya populasi manusia di muka bumi, kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang Tuhan pilih sebagai manusia paling bernasib buruk diantara mahkluknya yang lain?
-----
"Mau apa kamu kesini?" Ucap seorang wanita paruh baya ketika ia mendapati pria seumuran dengannya masuk tanpa permisi ke dalam rumahnya.
"Hanya mampir" Jawab pria itu santai.
Membuat si wanita tersenyum sinis. "Hanya mampir? Apa saya tidak salah dengar? Kemana wanita jalang itu, kenapa dia tidak mengikat mu dirumah dan malah membiarkan mu datang kesini?" Sarkasnya.
Pria itu diam, tampak menahan emosi, sebelum akhirnya kembali berucap. "Dimana Denan? Apa dia sudah pulang?" Tanyanya, berusaha tak menghiraukan ucapan sinis dari wanita yang tak lain adalah mantan istrinya tersebut.
"Apa hak kamu menanyakan keberadaan putri saya?"
"Tentu saja saya berhak. Apa perlu saya ingatkan? Dia juga putri saya"
Lagi lagi wanita itu tersenyum sinis. "Bahkan dia tidak pernah memanggil mu ayah"
Membuat Pria itu mengepalkan tangan kuat kuat.
Yang mantan istrinya katakan tidaklah salah. Denan memang tak pernah sekalipun memanggilnya ayah. Putrinya itu begitu membencinya. Dan kebodohan yang ia perbuat sendiri di masalalu lah yang menyebabkan ini semua terjadi.
"Kenapa kamu diam? Merasa tersinggung?"
Pria itu menarik napas dalam dalam dan kembali berucap. "Bisa kah kamu tidak terus terusan memancing emosi saya?"
"Bukankah justru kamu yang mahir dalam hal memancing emosi?" Balas si wanita dengan begitu angkuhnya.
"Saya datang kesini bukan untuk bertengkar dengan kamu. Melainkan untuk menemui putri saya, Denan. Jadi saya mohon dengan sangat, jangan membuat emosi saya tersulut, karena bisa saja nanti saya hilang kendali" Ucap pria itu dengan nada bicara yang sedikit ia tinggikan.
"Ini rumah saya. Dan disini saya berhak melakukan apa saja yang ingin saya lakukan, termasuk menghina orang yang pantas untuk dihina. Jadi kalau kamu memang tidak suka, silahkan saja kamu angkat kaki. Masih ingat kan pintu keluar disebelah mana?" Ujar si wanita tak mau kalah.
Membuat suasana yang menyelimuti keduanya bertambah tegang.
"Sekarang dengarkan saya baik baik. Kamu tidak perlu datang lagi kesini. Kamu tidak perlu mengeluarkan tenaga hanya untuk menemui orang yang kamu sebut putri. Denan sudah bahagia hidup bersama saya. Jadi saya harap, jangan lagi kamu mengusik kehidupannya. Cukup urus saja wanita jalang yang kamu nikahi itu" Timpal si wanita menjadikan wajah mantan suaminya semakin memerah karena amarah.
"Saya dengar kamu juga sudah memiliki anak dengannya. Lalu, untuk apalagi kamu memikirkan denan? Lupakan saja dia! Denan sudah mendapatkan semua yang ia butuhkan dari saya. Dengan sekuat tenaga, saya akan memenuhi apapun yang ia mau. HINGGA DENGAN SENDIRINYA DENAN AKAN MELUPAKAN BAHWA IA PERNAH MEMILIKI AYAH SEPERTI KAMU DALAM HIDUPNYA"
PRANGGGGG!
Pria itu sudah tidak lagi bisa menahan emosi. Mantan istrinya terus saja memancing kemurkaannya. Hingga tanpa sengaja ia mengambil dan memecahkan vas bunga di meja yang ada disamping ia berdiri saat ini.
Percayalah, ia tidak bermaksud melakukan hal tersebut. Hanya saja pria itu kehilangan kendali. Perkataan yang mantan istrinya lontarkan sungguh melukai harga diri dan perasaannya sebagai seorang ayah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Denan
JugendliteraturTentangnya.. Gadis secerah matahari Namun, menyimpan segudang misteri. Bersediakah kalian mengikuti cerita ini hingga akhir? ----- *ON GOING STORY *JADWAL UPDATE: TIAP HARI KALAU AUTHOR LAGI GOOD MOOD + GAK ADA TUGAS KULIAH HAPPY READING❤❤❤