Bisa bersama dengan mu,
membuat ku berpikir.
Apa yang lebih indah daripada hal ini?-----
"Ibu manggil saya?" Tanya Rasta sesampainya ia di depan UKS sesuai dengan arahan yang Jhenga tunjukkan.
Bu Ersa mengangguk. "Rumah kamu dekat dengan Denan?"
"Denan?" Ucap Rasta memastikan.
"Iya Denan. Denanta Wrespati. Jhenga bilang rumah kalian berdekatan" Ujar bu Ersa.
Membuat Rasta langsung saja melemparkan tatapan sinis ke arah gadis yang berdiri disampingnya. "Bohong bu" Sanggahnya kemudian.
Bu Ersa mengernyitkan dahi. "Apanya yang bohong Rasta?"
"Rumah saya itu memang satu komplek dengan Denan, tapi itu gak dekat sama sekali. Ujung ketemu ujung mana bisa dibilang deket" Jelas Rasta.
Memang benar yang Rasta katakan, rumah mereka memang berada di komplek yang sama, hanya saja itu tidak bisa dikatakan dekat. Lagipula kenapa bu Ersa jadi menanyakan tentang rumahnya? Memang drama apalagi yang sudah gadis pengganggu itu perbuat sekarang?
Mendengar penjelasan Rasta, bu Ersa langsung saja menatap Jhenga sembari berkata. "Benar begitu Jhenga?"
Jhengapun menggeleng. "Tidak bu, rumah mereka berdua itu memang ujung ketemu ujung. Tapi tetap saja, Rasta itu kalau berangkat atau pulang sekolah selalu melewati rumah Denan. Lagipula setahu saya, siswa disini yang satu komplek dengan Denan memang cuma Rasta"
Cuma Rasta katanya? Dasar pembual. "Mana ada, Rey juga satu komplek dengan Denan" Ujarnya.
"Temen lo itukan udah lo suruh pulang duluan"
Sejenak Rasta terlihat berpikir, mencari alasan apa lagi yang bisa ia gunakan agar bisa berdalih. "Gue bisa telfon dia, gue suruh dia balik kesini sekarang"
"Kelamaan" Ucap Jhenga cepat dan beralih menatap bu Ersa yang saat ini nampak kebingungan dengan siapa yang harus ia percaya. "Bu Ersa percaya deh sama saya, dia ini cuma alasan aja, biar gak disuruh nganterin Denan pulang" Timpalnya.
Membuat Rasta tebelalak kaget. "Nganterin Denan pulang bu?" Tanyanya.
Bu Ersa mengangguk. "Iya. Denan sedang sakit perut didalam" Tunjuknya kearah UKS. "Orang tuanya sedang sibuk dan tidak bisa dihubungi. Jhenga bilang rumah kalian berdekatan. Jadi, rencananya ibu mau minta tolong kamu buat anterin Denan pulang. Kamu mau ya?"
Rasta mulai paham alurnya sekarang.
Mengingat kelakuan absurd gadis itu, Rasta menjadi sangat yakin bahwasannya gadis itu hanya berpura pura sakit perut agar bisa diantarkan pulang olehnya. Memang cacing kering bisa sakit?
Huft..
Rasta tak habis pikir, bisa bisanya gadis itu melibatkan bu Ersa dalam hal ini. Dan bisa bisanya juga bu Ersa percaya begitu mudah dengan gadis pembual itu.
"Gimana kamu mau kan anterin Denan pulang?" Tanya bu Ersa lagi.
"Tapi bu.."
"Sudah tidak ada tapi tapian, pokoknya ibu sangat berharap kamu mau anterin Denan pulang. Kasian dia sudah kesakitan sedari tadi"

KAMU SEDANG MEMBACA
Denan
Teen FictionTentangnya.. Gadis secerah matahari Namun, menyimpan segudang misteri. Bersediakah kalian mengikuti cerita ini hingga akhir? ----- *ON GOING STORY *JADWAL UPDATE: TIAP HARI KALAU AUTHOR LAGI GOOD MOOD + GAK ADA TUGAS KULIAH HAPPY READING❤❤❤