PART 13

5.7K 549 45
                                    

"Denger, Dir, ini salah satu request dari empat permintaan gue, jadi lu harus turutin!"

Glek.

Okay, kayanya Dirga harus ikuti Gio. Janji adalah janji, dan itu harus ditepati. Apalagi lihat tatapan Gio yang super tajam itu, terlihat siap memenggal apapun didepanya, termasuk gaji pertama Dirga! Tapi Anton masih kokoh menahan tangan Dirga. Dirga menoleh memandang Anton, meminta nya melepaskan tanganya.

Tapi saat menatap mata Anton, Dirga terdiam.

"Ah...Gio...."

"Hm?"

"Sekali lagi sori, tapi gue ada perlu penting banget dengan Anton." Dirga berusaha melepaskan tangan Gio. Alis Gio menukik tajam, memperlihatkan tatapan yang luar biasa menekan Dirga. Tapi dekapan erat tangan Anton membuat Dirga bergeming pada pendirianya. Setelah beberapa menit akhirnya tangan Dirga lolos dari cengkraman Gio. "Maaf pak, sekali lagi maaf, mungkin urusan kita bisa dilanjut di kantor nanti."

Anton mengangguk ke arah Gio kemudian kembali menyeret Dirga. Ah, sip, sekarang gerombolan fujoshi level emak-emak menyoraki Anton dan Dirga, seru salah satu ibuk-ibuk itu terlempar jauh hingga mampir di kuping Dirga

'tuh kan, yang lead male ternyata yang muka lokal.' .

'Ih ya iyalah, nggak di kdrama nggak di dunia nyata memang wajah second lead lebih menggoda iman dan takwa.'

Apalagi dah tuh!

Sesampai di mobil, Anton langsung membukakan pintu untuk Dirga. Dirga cuma naik mobil tanpa bicara. Ntar aja kalo udah di dalam dia bakal ngomel sepuasnya! Setelahnya Anton ikut masuk mobil dan duduk di kursi kemudi. Ia tutup pintu mobil dengan debam keras yang membuat Dirga berjengit.

"Ton, lu kenapa sih?" Buru Dirga segera setelah yakin tidak ada yang kepo denganya lagi. "Lu kok tiba-tiba cek-cok sama bos kesukaan elu?"

Anton bahkan tidak menjawab. Ia mengemudikan mobil dalam diam, menyetir masuk ke jalan besar. Sialan, masih diem aja nih kingkong. Dirga menyipitkan matanya, salah satu hal yang membuatnya sangat sebal adalah ketika Anton tidak menggubrisnya seperti ini!

Ditowelnya lengan berbulu Anton, nggak ada reaksi.

Dicubitnya tangan Anton yang bertengger diatas persneling, nggak digubris.

Ditariknya bulu lengan Anton, eh, ditepis!

Kesal, Dirga melipat tangan sembari menenggelamkan punggungnya ke sandaran kursi mobil. Pandanganya ia curahkan ke mobil-mobil didepanya yang mendesau cepat. Malas ngeliatin Anton! Lagian ini maksudnya apa-apaan sih? Anton lagi marah, nih, ceritanya? Marah kenapa? Gue emang habis ngapain? Ah, bikin tenggorokan kering aja!

"Gue haus. Minggir dong, mampir indomaret bentar."

"Ini sudah masuk tol, Dir."

"Nggak ada rest area?"

Anton mengistirahatkan sikunya di ambang jendela, mengehela napas dalam lalu memelankan mobilnya. Manik matanya memindai sisi jalan, memastikan tidak ada rest area yang terlewat. Ujung pandanganya menangkap Dirga lagi manyun, alisnya bertaut membentuk lembah dan melipat tangan, sedangkan bahunya ia sandarkan ke pintu mobil. Dan demi apapun, Anton tidak pernah bisa membiarkan Dirga ngambek. Ia pasti tergoda untuk menghiburnya, atau sekedar cari gara-gara. Apalagi kalau dia tepat disampingnya seperti ini. Anton mengulurkan tanganya, berusaha menjepret bibir Dirga dengan kelima jarinya. Dirga menepis tangan Anton sambil mendelik dongkol.

"Gue yang marah kenapa lu yang cemberut?"

"Gue haus."

Great. Kok bisa sekarang Dirga yang pakai acara ngambek? Kebalik hoi! Tapi Anton memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah. Ah, akhirnya ketemu juga rest areanya! Anton memutar setir agar mobil memasuki rest area itu, kemudian memarkir cantik tepat di depan indomaret. Selesai menarik rem tangan ia mengecek jam tanganya, sudah hampir maghrib.

The Sweet RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang