Pertandingan basket dimulai hari ini, karena SMA PRAMESTA menjadi tuan rumah seluruh siswa dibebaskan dari kegiatan belajar mengajar, hampir seluruh kelas menonton pertandingan basket, karena Tribrasta tidak pernah mengecewakan sekolah mereka.
Banyak siswa yang membawa karya dari tiap kelas untuk menyemangati tim basket sekolah mereka dari spanduk sampai galon yang dihias agar lebih menarik. Pertandingan sudah hampir selesai, berharap SMA PRAMESTA mendapat juara pada pertandingan kali ini.
"Gila Zarel hebat banget mainnya, wih...Jay keren lo," teriak Alesya
"Iya keren banget mereka," puji Zia
"Tribrasta gitu loh."
Aldo membawa spanduk bertuliskan semangat untuk Tribrasta.
"Lo kenapa gak ikut tanding Do?" tanya Alesya penasaran.
"Gue kecengklak jadi gak bisa maksimal nanti." jawab Aldo jujur
"Dia banyak dosa," kata Roland asal
Alesya tertawa puas "Yang bener aja kecengklak, sukurin Do makanya kalo apa-apa doa dulu."
"Gue gak minta kecengklak Sya, mana gue tau, udah takdir."
"Bisa gitu ya Do?" tanya Nasyi heran.
"Zarel kan baru masuk, kenapa langsung ikut tanding?" tanya Zia
"Gantiin Aldo Zi," jawab Alesya seadanya
"Untung Aldo gak main, bisa lihat Zarel deh,"
"Eh... gue ke kelas dulu ya," lanjut Zia
"Tanggung, dikit lagi selesai," paksa Alesya, memang pertandingan sudah hampir selesai.
"Engga deh capek gue."
"Lemah banget sih, baru bentar capek," ejek Aldo
"Alesan aja itu, palingan cuma mau liat doi," tambah Ronald
"Setau gue Zia ga punya doi," ucap Nasyi tanpa rasa bersalah
"Enak aja kalo bilang, belom saatnya tau, gue haus teriak mulu mau minum. Bye," Zia berjalan meninggalkan teman-temannya.
🌙
Zia memesan segelas es jeruk untuk dirinya. Sudah banyak tenaga yang dibuang, teriak dan panas-panasan adalah hal yang sulit dilakukan oleh seorang Zia.
"Mbak es jeruk satu, saya tunggu dimeja sana ya," Zia menunjuk meja yang berada ditengah
"Siap mbak Zia."
"Ini uangnya," Zia menyerahkan uangnya dan berjalan menuju meja yang ia maksud tadi.
"Panas banget hari ini, untung kantin sepi," keluh Zia
"Ini mbak Zia pesanannya."
"Eh iya makasih mbak, ini kok kantin tumben banget sepi?"
"Iya udah tadi ramenya, mungkin bentar lagi gak sepi kan pertandingannya udah selesai."
Tak lama kantin yang tadinya sepi berubah menjadi lautan manusia yang mengantri untuk memanjakan lidah mereka dengan berbagai pilihan makan dan minuman.
"Itu mereka datang, saya balik lagi ya mau nyiapin makanan, kasihan kalo pada nunggu," pamit mbak kantin
"Oke mbak, makasih udah dianterin."
"Iya sama-sama." mbak kantin berjalan meninggalkan meja Zia.
"Sendiri aja Zi?" tanya Iqbal langsung duduk disamping Zia.
"Iya bal, udah selesai pertandingannya?"
"Udah, gue kesini mau beli minum buat panitia."
"Oh gitu, terus siapa yang menang?" Zia menyeruput es jeruknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love
Teen FictionDia sudah pergi membawa rasa yang sebelumnya akan menjadi abadi untuk selamanya. Sebelum kisah itu dimulai, sudah meninggalkan bekas yang paling mendalam dan penyesalan. Berikan yang terbaik sebelum dipisahkan oleh takdir. [AKAN DIREVISI SETELAH END...