iv. belajar.

21 5 0
                                    

Eddy dan Naeva sekarang berada di cafe depan sekolah, mengerjakan tugas kelompok yang Ms. Hahn berikan. Buku paket dan beberapa buku yang Eddy ambil dari perpustakaan bertebaran di meja. Suara jari yang menghantam keyboard laptop dan minuman mereka menemani sore ini.

Naeva sudah menyerah mengetik, tugas yang Ms. Hahn berikan terlalu banyak; yang tak lain membuat ringkasan tentang kehidupan 5 composers. Kepalanya di gerakkan ke sebelah kanan, memerhatikan Eddy yang masih asyik mengetik. 

Terus menerus memerhatikan, tak sadar bahwa Eddy sedang menatapnya kembali. "Wajah aku lebih menarik daripada tugas kita, hm?" Naeva terus menatap satu pasang mata yang indah itu, "Entahlah. Sepertinya tidak."

"Jangan meniru aku," Eddy menopang kepalanya. "lagian kalau nggak menarik kenapa masih lihatin?" Naeva menutup matanya perlahan, "..tidak tahu."

Eddy terkekeh, lalu melanjutkan sesi ketik-mengetiknya. Dia membiarkan Naeva berlayar didalam alam mimpi, lalu menyelesaikan tugasnya sendiri.

; cold. ;

Dua jam berlalu. Naeva baru saja terbangun dari tidurnya, lalu memerhatikan sekeliling. Netra biru muda itu menangkap Eddy sedang tertidur dengan lengan sebagai bantal. Naeva melihat jarum jam di perlenggangan tangan, menunjukan pukul 5 sore. 

Perempuan itu mengguncangkan pelan badan Eddy; mengusirnya dari alam mimpi. "Eddy, bangun. Udah jam 5." Bisik Naeva pelan. Tak kunjung bangun, Naeva terpaksa menepuk pelan pipi Eddy. "Bangun." Pintanya.

Jarak diantara dua wajah itu tak lebih dari tujuh sentimeter. Waktu berhenti sesaat Eddy membuka satu pasang mata bagaikan bintang itu dan menatap Naeva. Kedua jantung dua manusia yang sepertinya ditakdirkan bersama berdegup kencang tak jauh mirip dengan air terjun.

Kesunyian menyelimuti atmosfer ruangan, hingga Eddy membuka mulutnya. "Kau tahu, wangimu memabukan." 

; cold. ;

cold.Where stories live. Discover now