Prolog:
Semua yang Awalnya Nampak Baik-baik Saja~O~
"
Tiya, angan!"
Berkali-kali sudah bocah laki-laki berusia empat tahunan itu memperigatkan bocah perempuan di hadapannya untuk berhenti memainkan kucing abu-abu yang dari tadi mengerang kesal.
"Angan, ucing Tiya. Cini, Abu!"
Sembari merengek, Athira- bocah perempuan bergaun merah muda- menepis tangan kasar tangan bocah yang memperingatkannya tadi.
"Nanti dicakal."
Dengan kosa kata dan pelafalan seadanya, bocah laki-laki yang sedikit lebih tua dari Athira itu kembali memperingatkan.
Mengabaikan peringatan, dengan tangan mungilnya Athira susah payah menggendong kucing abu-abu berbobot 2 kg itu pergi menjauh.
Erangan hewan berbulu itu kian menguat kala bocah itu mengendongnya sambil sedikit berlari. Tak lupa, bocah laki-laki tadi masih setia mengikuti dari belakang sambil sesekali berseru menyuruh Athira melepasnya.
Bagaimana Athira hendak menurunkan kucing itu dan tak sengaja mencekiknya menjadi puncak kemarahan Abu. Sebelum melompat, ia mengeluarkan cakarnya. Menimbulkan beberapa garis panjang kemerahan pada di tangan mulusnya.
Bersamaan dengan perginya kucing itu, tangis Athira pecah seketika.
"Tiya angan nangis!"
Bocah laki-laki tadi mengusap puncak kepala Athira guna menenangkannya.
Mengusap tangannya yang masih meninggakkan jejak perih, tangis Athira masih menjadi. Sampai ia mengangkat wajah dan mendapati sorot mata mengerikan dari wanita paruh baya yang berdiri tak jauh dari mereka.
Athira bergeming, ketakutan.
Bocah laki-laki itu kontan tersenyum, mengira bahwa ia berhasil menenangkan Athira.
"Angan nangis, ya, yok aku asih coklat!" seru bocah itu sembari menarik halus tangan Athira satunya.
Athira mengekor, dalam takutnya, coklat adalah pelipur paling sempurna.
~O~
Dipublish:
Palembang, 21 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Seutas Kisah Tentang Luka (New Version)
Teen FictionAthira adalah segores luka yang tak terpelihara, dibiarkan menganga hingga kian parah, kemudian diabaikan begitu saja. ~O~