Hi...
Aku nulis buat menguraikan benang-benang kusut yang ada dipikiranku. Biar lebih jelas, rasa sakitnya.1. Perihal masa depan
Entah beban seperti apa yg sedang aku pikul. Hidup makin kyk kepingan puzzle yang berserakan. Bahkan aku gatau kalo ada yang hilang, atau bagian mana yang harus aku sambungkan.
Keluarga tidak seperti keluarga.
2 ayah hilang, 1 kakak laki-laki tidak lagi ku anggap kakak, 1 kakak perempuan tidak mau pulang, 1 kakak laki-laki hampir gila. Ibu? Entahlah... mungkin beliau 1 orang yang bisa aku percaya, melihat selama ini aku masih membutuhkannya. Atau entahlah, rumahku tak terasa seperti rumah.
Tanggung jawabku membahagiakan ibu belum selesai. Dan aku seperti berjalan sendiri. Tidak ada yang menompang, tidak ada yang bersorak memberi semangat, hanya mereka yang mengharuskanku melakukan ini-itu agar aku tidak seperti kakak-kakakku.
Aku si bungsu mulai mempertanyakan akan menjadi apa. Akan bagaimana hidup yang aku mau.
Terkadang ingin berjalan sendiri, namun disatu sisi, raga sudah tergores luka-luka dari masa lalu. Pikiran tidak lagi jernih, dan aku merasa hidup ini terasa sepi.
Lelaki? Hanya meraka yang datang dan pergi. Dan aku dengan godaan canda yang tak pernah aku niatkan untuk menggoda.
Lelaki? Hanya mereka yang silih berganti, menemani sepiku, tanpa pernah aku persilahkan mereka untuk singgah.
Lelaki? Aku hanya tidak percaya kepada mereka.
Aku membutuhkan mereka sebanyak aku tidak membutuhkan mereka.Entahlah, apakah mungkin masa depanku akan kuhabiskan sendiri?
Entahlah, aku bahkan tidak yakin aku sampai kepada masa depan.
Dunia sudah hampir kiamat, bukan?2. Perihal kreativitas
Aku sudah lupa, kapan terakhir kali aku merasa bergairah ketika membuat sesuatu.
Seperti ada yang menghambatnya, seperti ada yang membendungnya, seperti ada kabut tebal, seperti mata yang kehilangan lensanya.Mereka tidak mengalir. Yang kutau mereka letih mengalir. Yang kutau kini mereka sangat payah.
Dan semua orang tidak menginginkan kepayahan itu. Sehingga mereka dipaksa berlari, diatas tebalnya lumpur.3. Kecewa
Semakin tua, semakin keberadaanku membawakan kekecewaan. Aku kecewa kepada diriku sendiri, dan masalah yang selalu datang karena keberadaanku.
Seakan-akan masalah selalu menyertaiku. Sehingga semua ekspektasi dan rencana tidak pernah sesuai dengan yang aku dan orang yang bersamaku inginkan.
Apa mungkin aku pembawa sial?
Mungkin iya.
Lihatlah, betapa benang yang sudah terurai satu demi satu semakin menamparku. Sakit, tapi mau bagaimana lagi.4. Ingatkan, bahwa sesuatu yang aku inginkan pasti tidak sesuai dengan rencana. Dan sekarang, sesuatu ataupun seseorang yang kuinginkan pasti tidak bisa aku gapai.
Benar sekali.
Aku menyukai orang yang jelas tidak mungkin aku gapai. Aku menyukai orang yang jelas menyukai orang lain. Aku menyukai orang yang jelas tidak akan meraih uluran tanganku.
Dan aku menutup mataku, membiarkan orang-orang yang mendekatiku berangsur menjauh. Satu demi satu. Lalu aku mempertanyakan mengapa aku merasa sunyi. Aku paham betul mengapa begitu. Aku juga paham betul bahwa akhirnya aku kecewa lagi.
Lalu setelah kekecewaanku.
Setelah selama ini aku memuji pria satu ini.
Akhirnya aku berani membuka hati untuk orang lain.
Lalu 'sesuatu yang aku inginkan tidak dapat aku gapai' selalu menjadikan kata paling tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi.
Dia yang kubolehkan masuk kedalam rumahku, menyadari bahwa rumah ini bukan untuk dia.
Rumah yang Ia kira isinya akan indah, ternyata tidak sama sekali. Sehingga akhirnya ia memilih untuk melangkah pergi mencari rumah yang lain.
Dan akhirnya aku menutup lagi pintu rumah ini.Semuanya berjalan sedemikian rupa dan terus berputar. Loop lebih tepatnya.
Jika luka itu mendewasakan, entahlah, aku tak merasa sedewasa ketika aku masih kecil. Jadi aku tak terlalu yakin dengan kata-kata itu.Lengkap sudah.
Benang kusut akhirnya terurai dan berubah menjadi cambuk.
Mencambuk aku yang mengurainya dan mencambuk aku sang mpu-nya.Seharusnya sudah terbiasa.