Petrikor mulai terhirup.
Aksaku menatap senja,
se-miris yang ku mampu.
Klise!
Menjatuhkan air duka,
Ketika sang awan terlukaKau tahu!?
Tidak. Kau tak pernah tahu.
Anomi dengan semua itu.Delapan belas adorasi, bahkan lebih!
Bukankah sudah kau terima!?
Hati ku kau buat lakuna.
Tindak mu tanpa anuraga.Sudahlah. Aku lelah.
Mengobati, dan tersakiti didalam satu waktu.
Terjatuh, dipaksa berdiri di satu helaan gusar.
Termenung, seketika tertawa di satu mimik wajah yang sama.Aku tahu! Adorasi ku memang tak lebih dari sebatang lilin abstrak yang telah berulang kali dinyalakan.
Bak seorang Lail, imajinasi sang tere-liye
kalian akan tau betapa sakitnya.Petrikor mulai terhirup.
Bak menanti sosok 'Soke Bahtera',
Masih dibuku 'Hujan' nya.
Takdir seakan tetap ingin melihatmu terluka.Ah!
Adorasi ku tak sesingkat itu..
sepertinya terlalu sayang untuk ditinggalkan.Aleaaaa