03. Berkunjung

7 3 0
                                    

  
   SPESIAL PART ❤
  Jangan lupa vote and share cerita ini biar semangkin seru.

  Segorombolan motor keluar dari area sekolah, bunyi motor mereka menjadi khas diSMA MERAH. Ketua yang cukup friendly hanya saja sadis, membuat mereka betah untuk tetap menjadi bagian dari AMPAS. Geng motor yang ada diJakarta sudah berkali kali tempur dengan AMPAS, tetap saja kalah.

   Ketua AMPAS Cakra Lamuel Dary sangat dihargai oleh setiap Geng motor yang berada di Jakarta, dia bukan hanya ketua tapi penyelamat bagi semua.

    "Siang siang malah di sugihi pandangan begitu, keren sih tapi gue muak lihat wajah si Jevin."Syafirah melotot tak percaya.

   "Merepet mulu lo, Han."tutur Lily.

   "Terserah dong,"balas Jihan lalu merangkul pundak Nara.

   "Cell. Main kerumah Nara yuk, udah lama gak berkunjung."

   "Yaudah ayo. Ra, pak Denok jemput lo kan?"tanya Micell, Nara mengangguk mengiyakan.

    "Nanti kita main game online ya"ujar Leeni.

  Syafirah menggeleng keras sambil berkata."Udah gue bilang, gue gak bisa main game online Len".

  "Yaudah main game upin ipin kita"ujar Leni.

   Jihan tertawa sambil berkata,"Len, lo nanti main PS bareng si Navis ajh, biar gak bosan"tuturnya.

   "Udah udah, ngomong mulu lo semua itu pak Denok udh datang"ucap Micell sambil berjalan kearah pak denok.

             ****

   Jihan bernyanyi gembira didalam mobil dengan santainya dia membawakan lagu."Aduh gimana le, kok bapak manis le, buat jatuh cinta terngiang ngiangie, aku jadi gimana gimana gitu ya pak, aku mau jadi pacar bapak, tapi bapak udh tua"lagunya dia persembahkan sebagai hiburan untuk Pak Denok.

    Pak Denok yang mendengar tertawa kecil dengan niatan ingin membalas lirik lagu Jihan, sejenak Pak Denok berfikir langsung melanjutkan idenya. "Ini gimana ya dek, kok adek manis le, buat jatuh cinta terngiang ngiangie, bapak jadi gimana gimana gitu ya dek, mau bapak terima, tapi kamu masih adek adek"balas Pak Denok membuat yang lainnya tertawa lantang.

      "Pak bunda ada dirumah kan?"tanya Nara disela sela tawa.

     "Ada non, kata tuan mulai bulan depan non berangkat sekolah bareng Den Radit"ujar Pak Denok sambil melihat ke arah Nara.

      "Pak Denok ikut Ayah sama Bunda? Kenapa gak disini ajh pak, biar ngantar Nara sekolah terus"Pak Denok hanya tersenyum berbeda dengan Nara yang mengehalakan nafasnya kasar.

      "Emang bokap nyokap lo mau kemana, Ra?"tanya Micell.

       Nara menarik nafas panjang, sambil berkata."Ayah mau ke Australia, ngurus perusahaan opa"ucapnya sambil menggigit kuku kecil dijarinya.

      "Lo gak ada niatan untuk pindah kan, Ra?"kini gantian Jihan yang bertanya sama Nara.

      Semua mata menatap lekat wajah Nara, dengan perasaan campur aduk mereka terlihat lesu. "Hmm"balasan itu membuat mereka berlima menatap manik mata Nara yang sudah berkaca-kaca.

      Syafirah yang melihat Nara terus saja tertunduk, angkat bicara. "Kok lo gitu, Ra. Lo bosan sama kita karna kita ini reseh, jahil, malu maluin lagi iya, Ra?"Nara menggeleng.

     "Gue gak pindah kok, gue tetap disini bareng kalian,"ujar Nara sambil tersenyum.

    Leni merangkul pundak Nara yang terlihat masih terdiam,"Kalau Nara mau, Nara boleh tinggal dirumah Leni biar gak kesepian dirumah"ujar Leni, Nara tertawa kecil.

   "Astaga Leni, kan masih ada bi Mina yang nemeni gue"ucap Nara sambil tersenyum.

    Pak Denok melirik mereka berenam sambil tersenyum dengan ikatan persahabatan mereka."Udah atuh non, udah sampai"ucapnya.

    "Astagfirullah kenapa gak bilang pak, saya mau muntah nih"ujar Jihan dengan polosnya.

   "Mabuk non?"tanya Pak Denok, Jihan menggeleng pelan, Syafirah tertawa kecang sambil membalas ucapan Pak Denok."Masuk angin dia pak"ujarnya sambil tertawa kecang.

     
     ***

   "Assalamualaikum tante Rumi"ucap Micell sopan.

   "Waalaikum salam, ada acara apa nih ramai ramai?"tanya Rumi sambil tersenyum kecil.

    Syafirah dengan berani, berkata."Mau numpang makan tan, boleh?"ucapnya.

   Jihan memukul dahi Syafirah keras hingga ia meringis kesakitan,"Malu maluin loh, Fir."ujar Jihan keras.

   "Lo tau gak ini sakit, enak banget lo mukul gue, Han!"pekik Syafirah tidak terima.

   Micell melerai mereka agar tidak terjadi perdebatan panjang, dirumah orang bisa bisanya mereka anggap rumah sendiri,"Kok gak ada harga diri, tau ini dirumah siapa? Mau gue jelasin lagi"ucap Micell, Syafirah dan Jihan saling melirik melihat, sejenak berhenti Micell melanjutkan kembali perkataannya.

    "Maaf ya tan, Syafirah sama Jihan memang gini orang nya"ucap Micell kepada Tante Rumi.

    "Gak papa tante juga udh anggap kalian kayak anak tante sendiri, tante juga senang kalian main kemari nemani Nara biar gak berantem terus sama Navis,"Nara melihat Bunda nya lalu tertawa kecil, merasa malu sudah besar tetapi suka berantam sama adik  sendiri.

     "Oiya tan, perut Syafirah udah bunyi minta diisi"ucap Syafirah sambil cengengesan.

       Rumi menggeleng pelan melihat tingkah Syafirah, dia malah senang melihat sahabat Nara yang apa adanya dari pada yang harus pura pura baik,"Yaudah ayo makan sama sama kita"ajak Rumi sambil menggandeng Nara.
 
      Seorang anak laki laki dengan pipi mungil, berjalan mendatangi Jihan yang sedang tersenyum, dia menarik ujung hoodie yang Jihan kenakan sekarang, Jihan menunduk kebawah melihat Navis yang tersenyum penuh kearahnya dengan semangat, Navis Aileen Early adik laki-laki Nara yang masih berusia 4 tahun, yang terus saja dijanjikan sebungkus permen oleh Jihan.

     Jihan tersenyum kembali kepada Navis, sambil bertanya."Ada apa Navis?"tanya Jihan

      "Kata kak Jihan kalau kak Jihan kemali mau beliin Navis bombon"ucap Navis dengan polosnya.

      "Kak Jihan lupa, Vis. Tadi itu bombon Navis dimakan pak Denok didalam mobil, udah kak Jihan gak bolehin tapi dimakan aja"bohong Jihan dengan sombongnya, Nara merasa geram hingga memukul pundak Jihan keras.

     "Lo kalau gak bisa beliin, jangan bohongi juga, Han. Lo tau kan Navis itu gimana, nanti dia beneran nanya pak Denok gimana lo? Mau tanggung jawab kalau Navis ngerengek terus"ujar Nara geram.

   Jihan merasa bersalah dia berjongkok didepan Navis, sambil memegang kedua pundak milik Navis."Nanti kak Jihan beliin ya"ucap Jihan membuat Navis mengangguk mengiyakan ucapannya.

    "Awas kalau lo bohong, Han!"ancam
Nara sambil menirukan gaya memotong leher Jihan, Jihan tertawa sambil mengancungkan jempol kearah Nara.

Gimana,
Lanjut???

   Maaf untuk 3 bulan RFC gak publish soalnya Author ada kendala, doa terus author lancar nyelesain cerita RFC ya biar cepat selesai, biar Author semangkin semangat SHARE and VOTE cerita ini biar semangkin berkembang.

   Masih setia kan pantengi RFC sampai selesaii??jangan muak ya Author bakal buat sebagus mungkin. Part ini gak terlalu panjang soalnya Author lagi kehilangan mood nih.

   Jangan lupaa tekan vote di bawah.
Jangan lupa juga follow wp Author ya, Thank Youu semua....

   Salam manis dari Author penyuka Lolipop❤❤❤

  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RFC [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang