21.38 Kst
Jaemin terbangun karena perutnya yang terasa sangat lapar. Jaemin berjalan keluar kamarnya.
Rumah terasa sangat sepi dan gelap. Jaemin menyalakan lampu rumah. Benar saja, ibunya belum pulang sejak dia pulang sore tadi. Hari ini adalah akhir pekan, jadi wajar saja ibunya itu akan pulang terlambat
Jaemin membuka lemari makanan di dapur. Namun tak ada makanan disana. Setelah lelah mencari, Jaemin hanya meminum banyak air agar laparnya hilang.
Kepalanya masih terasa berat dan pusing, sedangkan badannya semakin lemas saja. Dia langsung tidur saat mengganti pakaiannya tadi. Jaemin berjalan kembali menuju ruang kamarnya.
Dia mendudukkan dirinya di tepi tempat tidurnya sambil memegang tengkuknya yang pegal.
'semoga sakit ini tidak lama. Ujian sudah dekat'
Jaemin tak hentinya berharap cepat pulih dan suhunya normal lagi.> > > > >
06.02 Kst
Jaemin yang terbangun dengan suara gaduh kini langsung terduduk, dia tak ingin keluar kamar untuk ikut campur dengan perdebatan diluar.
Akhir-akhir ini, penagih hutang sering sekali datang dan menuntut keluarga mereka untuk segera melunasi hutang mereka.
Hingga Na Miyoon, ibu Jaemin, selalu dibuat marah karena orang-orang itu juga berani melecehkannya lewat perbuatan, maupun perkataan dari para penagih hutang itu. Na Miyoon memang tak memiliki suami, wajar saja mereka memperlakukan Miyoon seperti itu. Namun Miyoon tak suka dianggap pelacur.
Ketika sudah reda. Jaemin memberanikan diri untuk keluar dari kamarnya.
Kini Jaemin melihat penampilan Ibunya yang benar-benar kacau, terlihat rapuh dan menangis sambil meminum banyak Soju di meja makan.
Jaemin melewati ibunya begitu saja dan mengambil air minum. Ingin sekali Jaemin menenangkan ibunya. Namun usaha Jaemin selalu ditolak, dan berakhir dengan lebam akibat pukulan ibunya. Meski niatnya baik, ibunya memang selalu berlaku kasar padanya.
Jaemin memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya dan menyibukkan diri dengan buku paket tebal yang harus dipelajarinya. Jaemin bukan murid yang pandai, cerdas dan dipandang oleh guru. Maka dari itu, dia harus belajar lebih banyak, agar nilainya tidak terlalu mengecewakan.
> > > > >
Dirasa sudah mulai bosan dan mengantuk. Jaemin mulai menyimpan kembali bukunya. Tak akan benar jika dia lanjutkan. Karena pastinya pelajaran itu tak akan masuk ke otaknya, jika melihat dengan matanya saja, dia sudah bosan.
Jaemin berjalan menuju lemari. Dia mengambil sweater dan segera berjalan menuju jendela. Jaemin tidak mau jika nanti dia akan berpapasan dengan ibunya, itu akan sangat buruk, karena kemarin Jaemin tidak membantu ibunya di toko.
Jaemin berhasil keluar dan mulai berlari menjauh dari rumah.
Di sepanjang jalan, Jaemin hanya berjalan sambil menundukkan kepalanya. Dia menghindari tatapan orang-orang disekitarnya yang menatapnya dengan tidak suka.
> > > > >
Hari semakin gelap. Hari libur akan berakhir. Sungguh Minggu yang membosankan bukan. Jaemin yang sedang berjongkok di dekat toko sedang beristirahat. Sungguh melelahkan bukan, apalagi Jaemin belum makan apapun.
Jaemin memasukkan tangannya ke saku celana. Karena cuaca mulai dingin.
'tunggu.. apa ini?,' ternyata Jaemin menemukan uang saku yang sudah lama Jaemin simpan, bahkan uangnya sudah terlipat dan kering.
Jaemin tersenyum senang, dia bisa membeli makanan dengan uang itu. Dia langsung berlari masuk ke dalam toko kecil dekat dia berdiam tadi.
Jaemin keluar dari toko itu dengan roti yang sudah terbuka di tangannya. Dia melanjutkan perjalanan pulang. Untung saja Jaemin sudah mengunci pintu kamar dan jendela. Jd ibunya tak bisa mengecek kamar Jaemin.
Jaemin sudah ada didekat rumahnya. Kini terlihat ibunya yang sedang bersiap untuk pergi ke kedai. Jaemin mengendap untuk pergi lewat samping rumah dan masuk ke dalam jendela kamarnya.
"Sepertinya aman"
Jaemin mulai membuka jendela kamarnya.'Srett'
Namun tiba-tiba ada yang menarik tubuh Jaemin secara kasar dan berhasil membuat Jaemin berbalik.
"L-lepaskan!" Jaemin meronta ketika kakanya mencengkram bajunya dengan kasar.
"Hey bodoh! Darimana saja kau, hah?! Kau ingin menghindari ku?!"
Ternyata itu Na Yejung, kakanya yang dari kemarin tidak pulang."Apa maumu? Jika kau menghampiriku untuk meminta uang, aku tak punya" Jaemin berbicara sambil menunduk. Karena menatap kakanya akan membuatnya babak belur.
"Tak punya? Coba katakan sekali lagi?!"
"Aku tak punya!"
'bugh'
Yejung menendang perut Jaemin. Dan membuat Jaemin tersungkur.
"Jelas-jelas aku melihatmu keluar dari toko itu, itu artinya kau punya uang, bodoh!"
Yejung semakin menendang-nendang Jaemin yang merintih kesakitan dibawahnya.
"S-sakitt" suara Jaemin melirih.
"Kau masih ingin MENGELAK, HAH?!"
"MATI SAJA---"
*Takk
"Arghh" Beruntung sekali, lemparan sapu yang melayang ke kepala Yejung, membuat Yejung terjatuh.
"DASAR KALIAN ANAK NAKAL!"
Miyoon berjalan mendekati mereka dan mengambil sapu nya lagi.
"Membuat marah saja, pergi kalian! membuat keributan sajaa!"
Miyoon memukuli Jaemin dan Yejung. Jelas saja dia marah. Kedua anaknya ini baru saja pulang, dan sudah membuat keributan.Yejung yang masih memiliki tenaga segera berlari menjauh. Meninggalkan Jaemin dan Miyoon.
"JANGAN PERNAH KEMBALI KAU ANAK SIALAN!" Miyoon berteriak sambil menitikkan air matanya. Dia berlalu pergi begitu saja dan berjalan menuju kedai kecilnya, meninggalkan Jaemin yang masih terduduk bersandar pada tembok sambil memejamkan matanya, menahan sakit di badannya.
Terkadang Jaemin ingin sekali pergi, pergi dari keluarganya. Namun dia juga tak mungkin meninggalkan ibunya. Hati seorang anak pasti selalu meringis melihat ibu yang berjuang seorang diri menghadapi masalah hidup. Jaemin ingin berguna, dan selalu ada untuk ibunya, yang entah menginginkannya atau tidak.
' ' ' ' '
#ThnksForSupportBe patient
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely •Nomin✓
Non-FictionDunia seakan memperlakukan Jaemin secara tidak adil. Dimana pun dia berada, orang-orang yang berada di sekitarnya hanya menjadikan dia bahan candaan, terpojokkan, dikucilkan, itu semua selalu Jaemin rasakan. bagaimana jika ada seseorang yang memban...