!!Warning : Dear reader, untuk perspektif atau sudut pandang “Aku“ akan kita geser ke Ruri!!
_________________________________
Allein in der Stille
20 Januari 2030
4 years after that nightmare..Angin dingin menerpa diriku yang meringkuk ketakutan dibungkus sebuah jaket. Lembayung senja menghiasi kota kecil ini dengan semburat senyuman kecil, tak berarti. Derap kaki warga kota lalu lalang menghiasi pandangan kosongku. Sebuah kenangan yang menakutkan...
A... Aku ga.. Gapapa.. Jangan nangis..
Kilatan mimpi buruk menerjang lobus terdalam otak ku. Sebuah moment yang seharusnya kukenang menjadi kenangan indah berbalik menjadi sebuah mimpi buruk. Darah, rasa takut, dan senyuman ikhlas seorang “teman“ yang berjuang memilih antara melaju ke alam kehidupan abadi atau berpegang erat di dunia fana.
Kamu... Harus senyum.. Aku gapapa..
Kenangan yang kembali menghampiri, membuat hidupku tidak tenang. Empat tahun kehidupan yang sudah kuimpikan hilang direnggut hilangnya kesadaran seorang “teman“. Mentalku kolaps, jiwaku terguncang, hanya ada rasa sesal dan sesak mengisi setiap nafas yang ada di dada.
“Yogyakarta. Inikah arti kehidupan?“ lirihku seraya meremas ujung jaketku.
Kepala ku mendongak keatas menatap langit disertai sebuah gumaman, “empat tahun engkau tinggalkan aku menyusuri gelapnya lembah kesepian. Entah sampai kapan, aku tak tau. Seberapa kuat aku.. Tidak ada yang tau.“
Senja mulai berlalu, lampu jalanan mulai beriringan menyala menjalankan tugasnya. Malioboro semakin ramai dijejali manusia yang penuh rasa gembira, tidak denganku. Aku mulai beranjak dari tempat duduk ku, berjalan ke persimpangan jalan titik nol kilometer.
“Aku, aku udah gak peduli!“ air mata pecah mengalir di pipi ku.
“Aku cuma ingin hidup denganmu! Walaupun itu cuma mimpi, ataupun dunia tipuan aku rela!!“ teriak ku sambil berlari kearah persimpangan jalan.
“AKU.. AKU.. BIARKAN AKU MATI!!“
Cahaya dari lampu kendaraan mengaburkan pandangan, menembus dalam retina. Sunyi..
BRAAKKK!!!
Penderitaan, engkau mengetahuinya kan? Yap, aku merasakannya selama empat tahun. Didekap sepi dan rasa rindu..
Semua menjadi kabur, kepalaku terasa hangat. Samar-samar terdengar jeritan histeris orang disekitarku. Dingin, denging statis, ketakutan..
“Ke.. Kenapa.. Ini.. Tidak adil..“
________________________________“Sudahlah, bangun dan tatap aku,“ samar-samar suara khas itu terdengar.
Mataku terbuka perlahan, menatap sekitar dengan pandangan kebingungan. Hanya ada dataran rerumputan yang luas, tak berujung..
“Mau sampai kapan kamu disitu?“ sebuah tepukan mengenai pundakku, aku menoleh.
DEGG!!
A..Aryo??
Mulut menjadi kaku, suasana membisu, langit berubah biru. Terkejut? Tentu. Dialah orang yang kuperjuangkan..
Tetesan air mata menggenang disudut mata, “ka.. Kamu,“
“Iya, ini aku. Aryo yang kamu kenal. Kenapa? Kok bingung?“ tanya nya dengan ekspresi kebingungan.
BRUKK
Aku memeluknya, hangat, begitu nyaman. Tangisan pecah, menyiratkan kerinduan yang teramat sangat. Semua terasa nyata, aku yakin itu..
“Udah.. Gapapa. Aku disini, kenapa harus nangis?“ Aryo menjawab dengan senyuman kecilnya.
“Kamu.. Jangan pernah tinggalin aku! Pokoknya gamau! Hiks!“ balasku agak marah sambil menahan tangis.
“Aku gak kemana-mana, aku tetap disini,“ tangan Aryo menunjuk dadaku “di lubuk hati terdalam milikmu.“
Langit menjadi gelap. Sore hari yang cerah tergantikan malam yang gelap bertabur bintang. Bima sakti dan jutaan bintang lain menaungi angkasa, membuat suasana gemerlap yang indah.
“Kamu tau? Ingatanlah yang membuat jiwa manusia tetap hidup. Andai aku ada di dunia tempatmu berada,“ ucapnya.
“Maksudmu?“ balasku.
“Ini bukan tempatmu, dan aku hanyalah kepingan ingatanmu. Kamu harus sadar Ruri, kamu hidup dan menerjang depresi itu demi ku, ya kan?“ nada suara Aryo berubah menjadi agak berat, seperti menahan beban.
“Tapi, duniaku bukanlah tempat yang baik. Hidup tanpamu, adalah sebuah mimpi buruk. Kamu datang dan menemani hari-hariku,“ jawabku serak.
Angin dingin menembus jaket tebal milikku. Aryo berdiri dan melepas pelukan ku. Nampak senyum di wajahnya. Senyum tulus di hari “Kematian“ dirinya.
“Kamu tau? Aku pernah nulis sesuatu. Kembalikan ingatan orang yang engkau cintai, dan kamu akan menyadarkannya,“ gumamnya seraya memelukku “sekarang, kembalikan ingatan itu ya. Semangat!“
WUUUZZZ!!!
Angin menghempas, melemparku ke angkasa. Senyuman pria itu melepas kepergianku.
Ingatan.. Kembalikan hal itu ke jiwanya.
Kumpulkan kepingan ingatannya, dan engkau akan membangunkannya dari tidur panjang.
__________________________________
Samar
Gelap
Sunyi..Perlahan semua itu tergantikan riuh manusia. Kegelapan mulai mengabur, terganti dengan cahaya yang mulai menembus mata.
Sentuhan dingin menyentuh kepala ku. Goncangan dahsyat mengacaukan pengelihatan, membuat panik.
“Kamu gapapa? Tenang! Tenang! Jangan panik,“ ucap seorang berbaju dokter didepanku.
Aryo..
Apakah dengan mengembalikan ingatanmu, aku dapat membangunkan dirimu..
Ya, akan kurebut apapun demi dirimu
Demi kisah indah itu...Hai! Welcome to my story. Dear reader yang terhormat, tak terasa cerita Cold Night sudah menembus beberapa episode.
Dan untuk itu, saya ucapkan terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Night: Night Sky
Science FictionAku, pria pendiam yang bahkan tak mengenal apa yang dikatakan orang-orang sebagai "Teman", tiba-tiba merasakan nya melalui perantara seorang wanita yang tak kuketahui namanya. Di antara kebahagiaan nya, terdapat pilu luka yang tak dapat disembunyika...