2 : Bjornster Attack

28 1 0
                                    

"Ayah!"

"Ayo kesini, ayah!" Tangan mungil gadis kecil itu menarik tak sabar menunjukan apa yang ia temukan pada saat itu, gaun floral merah muda miliknya tampak serasi dengan warna matahari yang baru keluar dari per-istirahatannya.

Ia melepas tangan lelaki tersebut & melompat lompat kegirangan ketika menyuguhkan pemandagan yang tak pernah ia lihat sebelumnya, sebuah hamparan bunga liar berwarna ungu cantik menghiasi diantara pohon pinus yang menghalangi.

Gadis itu memetik bunga tersebut & memberikannya pada sang ayah.

"Ayah, bunga ini begitu cantik. Apa nama bunga ini, ayah?" Yang ditanya pun tersenyum & mengusap lembut kepala gadis itu, namun ia tak menjawab.

Setelah mengusap rambutnya, perlahan tangan lelaki tersebut mulai menghilang, seperti menguap ditelan udara. gadis itu mulai panik, bingung. Apa yang sedang terjadi? Batinnya.

Luna.... Lunaa...

Lambat laun pemandangan mulai menguap juga. Pepohonan, bunga bunga, dedaunan, bahkan sosok lelaki yang ia panggil ayah sudah hilang tanpa jejak.

Lunaa.. Lunaaaa...

Ia mulai menangis, menutup kedua telinga kecilnya sambil meringkuk, ia tidak mau mendengar suara misterius yang memanggil lirih namanya, sambil memejamkan mata kuat kuat, gadis itu berharap semua akan baik baik saja, ia hanya ingin bersama sosok ayahnya.

Luna!

"Aaaahhhh!!" Luna terbangun dengan keringat bercucuran sekitar dahinya, dalam buyar, samar samar mendengar suara ketukan pintu berkali kali.

"Luna, bangunlah!" Itu suara Mess "Ada penyerangan di luar benteng!" Lanjutnya & terdengar suara langkah kaki yang menuruni tangga, sepertinya Mess langsung pergi meninggalkan buku pintu Luna ketika mengatakan itu.

Dalam keadaan masih mengumpulkan nyawa, Luna bangkit dari kasur & memakai baju zirahnya yang ia tanggalkan. Pedang peraknya pun seakan memanggilnya untuk digunakan, dalam gerakan cepat, Luna menengok kearah jendela kamarnya.

Pemandangan yang sebelumnya tenang oleh tiupan angin lembut berubah menjadi riuh. Ringkikan kuda, aduan besi, hingga banyak api yang berkobar di perbatasan benteng desa semakin melengkapi. Luna juga melihat ada sekelompok mahluk buas besar berbulu coklat yang sudah menaiki benteng desa.

Jangan jangan... Batinnya menerka.

Tanpa ragu, Luna langsung melompat dari lantai 2 tersebut & mendarat dengan sedikit debu terhempas. Ia langsung menaiki kuda kesayangannya menyusul Mess yang sepertinya sudah sampai meng-cover benteng.

Baru saja ingin menghampiri Mess yang kewalahan bertahan diserang 2 Bjornster, Luna mendapat bagian berhadapan dengan salah satu mahluk buas itu, ia menggeram layaknya beruang yang kelaparan, liur menetes disela gigi tajamnya. Dengan cepat, ia berlari kearah Luna. Luna segera mengatur kudanya agar menghindar, hingga telah meninggalkan sebuah sayatan di punggung yang cukup dalam. Namun apa yang terjadi, kulitnya mulai beregenerasi!.

Sial! Apa yang terjadi?! Apa dia telah ber-evolusi??  Batin luna terkejut.

Tanpa sadar mahluk itu benar benar marah. Seketika tubuh berbulunya yang besar berubah menjadi bola & berputar gila kearah Luna. Luna yang kaget pun reflek menghindar, namun tanpa sadar salah satu kaki kudanya terkena libasan bulu Bjornster yang tajam.

BEDUUM!!

Suara dentuman keras tabrakan Bjornster dengan tembok benteng terdengar sangat keras, semua orang yang sedang bertempur dibuat kaget, begitupun Luna. Mahluk itu mulai berbalik kearahnya lagi setelah meninggalkan retakan yang sangat besar, sedangkan ia baru saja terjerembab. Dengan cepat bola bulu besar itu tergguling kearah Luna.

Luna yang lebih sigap segera menahan bola bulu itu dengan pedangnya, Bjornster itu tidak mau kalah, ia makin mempercepat pergulingannya. Pertahanan Luna mulai melemah tatkala kedua tangan nya mulai teriris oleh tekanan pedangnya sendiri.

"Aku tidak dapat menahannyaaa..." Lirih gadis itu menahan perih.

"Ahh!" Pedangnya terhempas jauh kesamping membuatnya tanpa pertahanan, dengan langkah mengebu ngebu, Bjornster itu siap menggilas Luna yang masih terduduk diatas tanah. 

Luna dalam keadaan membelalak. Ia tidak siap untuk mati, ia tidak siap melihat ayahnya kecewa. Mahluk itu makin mendekat bagai torpedo menerjang, dengan keringat bercucuran di dahi, Luna berusaha bangkit berlari mengambil pedangnya.

Namun siapa sangka, monster itu telah memprediksi gerakan Luna sedari awal sehingga membuat pedangnya tergilas bengkok. Luna merasa tersudut, ia melihat kearah sekeliling, semua orang sibuk dengan urusannya.

Ia merasa akan mati disini, namun ia tak menginginkannya. Dalam hitungan detik Bjornster itu berputar kearahnya lagi hingga Luna hampir tak bisa merasakan adanya udara di sekitarnya.

"AAAAAAAAAAAAA!!!!"

=====================

Pembaca yang baik hati, tekan bintang untuk mendukung buku ini ya ^^ budidayakan vote sehabis membaca ⭐

Terima kasih 💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dark LupineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang