Merindu. Sudah lama aku akrab dengan rasa ini. Dan akan terus menerus sampai nanti aku terbiasa. Rasa yang hanya dapat disembuhkan olehmu. Namun tidak akan pernah itu terjadi. Biar saja, hanya dengan ini aku mengingatmu, hanya dengan ini aku bisa merasakan rasa yang sebenarnya tidak akan pernah bisa hilang dengan seutuhnya.
Tentu saja. Aku sedang tidak mengada – ngada, kau adalah yang pertama untukku, bagaimana aku bisa melupakannya?
Bagiku, rindu ini menyiksa, tentu, tidak pernah bisa dijelaskan bagaimana rasanya, tapi memang ini berat. Seperti apa yang dikatakan dilan, iya, rindu berat, aku setuju dengan hal itu, (walaupun dulu aku pernah menganggap kalau dilan berlebihan) tapi benar, rindu berat jika tidak bisa diobati, mengobati rindu adalah dengan pertemuan atau dengan pengulangan.
Pengulangan? Ya. Pengulangan kebiasaan – kebiasaan yang dulu sering dilakukan, walau hanya kebiasaan sepele tapi sangat berati jika sudah tidak bisa dilakukan lagi. Seperti aku dan kamu yang biasanya bertukar cerita dikala malam, ya, walaupun via daring, tapi hal itu tanpa aku sangka menjadi hal yang paling aku rindukan.
Benar, bisa saja aku bertukar cerita dengan orang lain sekarang, tapi orang lain selama akan menjadi orang lain, bukan kamu, bukan gaya tulisanmu, bukan gaya bahasamu, bukan gaya pikiranmu yang selalu ajaib saat membalas pesanku.
Atau juga saat bermain game bersama (mabar), kamu yang kembali menjerumuskanku bermain game online lagi, bahkan sampai sekarang, walaupun sekarang aku tidak pernah berani untuk kembali bermain game yang sering kita mainkan dulu.
Atau juga saat kamu memberiku rekomendasi lagu, mengirimkan vn – vn nyanyianmu, atau banyak hal lain lagi. Semua yang tertanam dalam kenangan, yang selalu kukenang setiap saat ketika akan terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Writer's block
Randomisinya tulisan - tulisan nanggung, ga jelas prolog gajelas epilog. Gajelas deh