Bagian 1

155 10 0
                                    

Mian...!!🙏🏻

~typo
~etc.

,

,

,

❣️❣️❣️

Seraut wajah risau, marah dan penuh harap terlihat jelas dari seorang wanita paruh baya yang saat ini mendekatkan ponsel di telinganya. Wajah itu tak berubah selama beberapa detik hingga suara dari seberang terdengar.

"Yeoboseyo...!" Suara seorang pria yang terdengar begitu berat, serak dan malas.

"JEON JUNGKOOK!!" teriak wanita itu tegas pada lawan bicaranya di telpon.

"Hah. Eomma," seru pria di sebrang yang ternyata dia adalah Jungkook. Mendengar suara yang begitu ia kenal, Jungkook kaget dan langsung terduduk dari posisi tidurnya. Sedangkan matanya seratus persen sudah terbuka. "Nae, Eomma.. ada apa?"

"Kamu lupa dengan permintaan eomma kemarin?" Nyonya Jeon begitu marah kali ini.

Kalimat nyonya Jeon membuat Jungkook memutar ingatannya. Seingatnya dia minum-minum dengan teman-temannya karena kemarin adalah hari sabtu sehingga tidak masalah jika hari ini dia terlambat bangun karena sekolahnya libur.

Ia terus mengurutkan peristiwa apa saja yang terjadi sejak kemarin sore sampai tadi malam. Mulai dari dia pergi ke mini market membeli beberapa cemilan. Lalu tertawa puas saat melihat salah satu temannya membawa minuman beralkohol. Bermain truth or dare. Hingga ia sedikit mengingat saat ia mengunci pintu apartemen dengan terhuyung ketika teman-temannya pulang.

Jungkook putus asa, ia sama sekali merasa tidak ada peristiwa yang berhubungan dengan ibunya. Wajahnya begitu lesu, kening terus berkerut dan rambut berantakan ditambah ia mengacak-acak rambutnya saat ia merasa benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud ibunya. Hingga ia mulai membuka mulutnya, matanya berbinar karena mengingat sesuatu.

"Eomma, aku ingat, kalau hari ini harus jemput keponakan Eomma di bandara" seru Jungkook yang setelah itu ia mengarahkan wajahnya untuk melihat jam digital yang ada di meja nakas. Matanya melotot saat melihat angka yang terlihat pada jam itu adalah pukul sebelas siang.

Dengan gusar ia meraih benda persegi panjang itu hanya demi memastikan kalau penglihatannya salah. Begitu harapnya. Sayangnya kotak berwarna silver Jungkook bekerja dengan semestinya. Matanya menatap jam tapi pikirannya terngiang kalimat ibunya 'besok jam delapan pagi'.

Jungkook tahu konsekuensi seperti apa, jika ia ketahuan melakukan hal yang membuat ibunya kecewa. Dengan hati-hati ia mencoba memanggil ibunya "Eomma! Mianhaeyo..!" Ucapnya lirih sambil menggigit bibir bawahnya seperti biasa saat ia merasa bersalah.

Nyonya Jeon yang sedari tadi menunggu putranya untuk benar-benar tersadar dari rasa kantuknya. Juga menunggu saat sedang mengingat- ingat permintaannya raut wajahnya mulai berubah. Kini wajahnya menjadi lembut seperti biasanya. Apalagi saat mendengar ungkapan maaf dari anak manisnya yang terlihat sungguh-sungguh."Oke, eomma maafkan kamu. Tapi sekarang juga kamu harus bersiap. Jemput hyungmu"

" Nae, Eomma. Kalau begitu Kookie mau siap-siap dulu" pamit Jungkook dengan menyebut dirinya dengan panggilan kesayangan ibunya sembari bangkit dari duduknya dan hampir menutup telpon kalau saja tidak dipanggil ibunya secara tiba-tiba,

"Kookie!" Panggil nyonya Jeon cepat.

"Kenapa eomma?" Jungkook mengernyitkan keningnya saat mendengar panggilan ibunya.

"Emangnya Kookie tahu, mau jemput di mana?" Tanya nyonya Jeon dengan nada menguji.

"Airport kan?" Jawab Jungkook santai.

We Are Made To Love (Ketika Cinta Datang Dengan Sendirinya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang