Mari, Duduk Sejenak dan Katakan Hai

3 0 0
                                    


Pada bagian ini, cerita-cerita yang terangkum sempurna sudah berakhir sepenuhnya. Kamu akan menemukan luka-luka yang kamu baca di halaman sebelumnya hanya tersisa rangkaian kata dan membeku di sana. Kemudian kamu mengingat ada jejak-jejak tawa juga kecewa di satu lembar sama, juga mungkin saja beberapa kali kamu merasa melihat dirimu terlibat di dalamnya.

Jika kamu menyimpulkan akhir cerita ini akan menyedihkan seperti yang kamu kira dari awal, Mungkin di bagian ini kamu akan menyangkal.

"Sa!!"

Bukan tentang mengabadikan sebuah luka, ternyata dari sekian patah yang ada di dalamnya, pada bagian ini kita belajar tentang menerima.

"Hai!"

Seperti yang bisa kamu tebak. Akhir cerita ini tak jauh berbeda dengan novel-novel romansa lainnya yang dengan mudah bisa kamu dapat di toko buku. Mungkin aku bisa menyebutnya dengan akhir yang bahagia yang dengan begitu kamu dapat memuji-muji penulisnya karena membuat cerita yang sesuai dengan mamumu. Bukankah begitu?

Dan yaa, tak banyak yang berubah hingga ujung cerita ini. Seperti dia yang selalu memilih sepatu cads berwarna putih untuk bepergian kemana saja atau aku yang selalu lupa dimana meletakan jepitan rambut padahal saat itu tengah kupakai, kisah ini tak begitu merubah apapun dari kita terkecuali perasaan-perasaan yang terlibat didalamnya.

Jadi, apa bisa kusimpulkan kalau ini termasuk akhir yang bahagia?

"Long time no see. Gimana kabarnya? Kemarin aku sempet denger kamu habis masuk Rumah Sakit lagi? So, gimana kondisimu sekarang?"

Dengan kemeja Navy yang ia lipat sebatas siku, ia memamerkan punggung tangan dengan kulit sedikit kemerahan. "Tangannya bosen ditusuk jarum infus berkali-kali, sih. Tapi it's ok. Ass you see, aku baik-baik aja. How about you?"

"Aku aman. Kamu kesini sendiri?"

Dan kalau kamu bertanya apa yang terjadi setelah hari yang kacau itu, kamu sudah mendapat jawabannya. Bagian dari bahagia kan tidak selalu memaksa apa yang diinginkan. Melepas hal yang sudah tak mau digenggampun akan jadi hal yang melegakan.

"Aku bareng dia," ia menunjuk perempuan manis dengan dress berwarna putih yang tengah berjalan sambil melambaikan tangan. "Kamu sendiri?" lanjutnya bertanya.

Aku tersenyum simpul dan mengalihkan pandangan pada sosok yang berjalan membawa nampan dengan empat minuman diatasnya. Kemudian ia-Laksa-ikut melempar senyum kearahnya dan juga padaku.

Kurasa yang berbeda dari kita adalah bagaimana kita menjadi lebih dewasa untuk menemukan dan menerima hal-hal berharga lainnya di sekitar. Jadi, kalau kamu berpikir ini adalah akhir menyedihkan, kurasa kamu yang bermasalah.

"Congrats ya Le."

Tangannya terulur didepanku dan tentu kusambut dengan baik. Bagaimanapun kisah ini takan ada tanpa dia, kan?

"Congrats for our happiness."

_______

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mari, Duduk Sejenak Dan Katakan Hai!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang