Bagian 4

567 79 35
                                    

"Aku tidak yakin jika itu darah dagingku."

Kedua manik Ten membulat, seolah tidak percaya dengan perkataan yang Jaehyun lontarkan. Apa? Tidak yakin?

"Bagaimana bisa kau berucap seperti itu setelah kau mengetahui jika aku hamil?" Air mata menetes membasahi pipi gembilnya.

Jaehyun berdecak, "Bagaimana mungkin aku percaya kalau kau saja masih bermain api di belakangku? Cih, dengan mantan kekasih ya.."

"HYUNG!"

"Sekarang bahkan kau tidak pernah berbicara padaku kalau kau akan keluar, lalu mengapa aku tidak bisa berbicara kalau kau memang bermain api di belakangku bersama dengan mantan kekasih terbaikmu?"

"Hyung, aku hanya kerumah sakit. Tadi aku sedikit tidak enak badan dan bertemu dengan Taeyong. Dan aku sangat bahagia saat Taeyong bicara kalau aku hamil, ini anakmu Hyung. Darah dagingmu." Ten menunduk, bahunya bergetar.

"Kerumah sakit kau bilang? Lalu tadi siapa yang di restoran bersama Taeyong berpelukan? Seperti mataku sudah rabun saja." Jaehyun menjawab dengan sinis.

"Aku hanya diajak makan, Hyung. Katanya aku kekurangan vitamin! Hyung, percaya padaku. Kau bahkan bisa tanya langsung dengan Taeyong! Taeyong memelukku karena mengucapkan selamat atas pernikahan kita. Aku bersumpah jika aku tidak ada hubungan apapun dengannya, Hyung." Ten bahkan telah bersimpuh di hadapan Jaehyun, tangannya memegang perutnya.

Jaehyun menghela napas panjang, "Aku percaya padamu. Kau tau, aku cemburu melihatmu berpelukan dengan mantan kekasihmu itu." Ia berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan sang istri.

"Aku sangat mencintaimu melebihi apapun, Ten. Aku takut kau menghilang dari kehidupanku, aku sangat takut. Berjanjilah padaku kalau kau akan selalu ada di sisiku. Hm?" Jaehyun menyodorkan kelingkingnya pada Ten.

Lelaki manis itu menatap dengan nanar, lalu tanpa aba-aba dirinya menubrukkan tubuhnya. Ia tidak bisa berjanji, ia tidak mungkin selalu bersama Jaehyun saat mengingat ia mempunyai penyakit mematikan.

Jaehyun tersenyum, ia merengkuh sang istri erat. Ia sangat sangat berterimakasih dengan Tuhan karena telah menciptakan manusia sebaik dan secantik Ten—— istrinya.

"Hm, bagaimana kalau kita makan malam di luar? Mau? Hitung-hitung sebagai permintaan maaf dari Hyung."

Ten mengangguk antusias, "Mau Hyung." Lalu mereka terkekeh bersamaan.

~♥~

Pukul tujuh malam, mereka tengah bersiap untuk makan malam di luar seperti apa yang Jaehyun janjikan pada Ten.

"Sudah siap sayang?" Jaehyun melingkarkan tangannya pada pinggang milik istrinya yang tengah berdandan.

"Hm, ayo. Sudah lama kita tidak makan malam di luar seperti ini. Aku sudah tidak sabar, hehe." Ten mengelus pipi kiri Jaehyun dan tersenyum lebar.

"Aku juga, hng bagaimana kalau kita makan makanan Jepang?" Ucap Jaehyun.

Ten membulatkan mata, "Apa kau sedang mengidam?"

Pria Jung itu menggeleng sebagai jawaban, "Hanya ingin." Ia lalu merangkul pundak sang istri dan berjalan keluar.

Jaehyun membukakan pintu mobil untuk Ten, "Aku bisa membukanya sendiri, Hyung." Ucapnya sambil terkekeh.

"Tidak apa, nanti jika tanganmu lecet bagaimana?" Jaehyun mendekatkan wajahnya pada telinga Ten, "Bisa-bisa little Jung juga lecet." Membuat wajah Ten merah sempurna.

Ia memukul bahu sang suami, "Hyung! Jangan menggodaku!"

Jaehyun tertawa keras, sangat menyenangkan jika menggoda istri mungilnya itu. Ia mencium kilat bibir manis sang istri, "Jangan marah. Nanti kau tambah cantik."

Ten cemberut, "Sudah sana masuk mobil." Ucapnya ketus.

"Baik nyonya Jung."

Tiga puluh menit perjalanan, mereka sampai di restoran. Jaehyun memboking ruangan VIP hanya untuk mereka berdua.

"Kenapa pesan ruang VIP? Jangan membuang-buang uang, Hyung. Kita harus hemat sampai aku melahirkan nanti." Ucap Ten.

"Iya sayangku. Hanya sekali ini saja. Aku ingin hanya bersamamu, tanpa ada suara-suara berisik dari orang-orang." Ucapan Jaehyun membuat pipi Ten kembali merona.

~ Te Amor ~


Mereka pulang pukul sepuluh malam, berjalan-jalan sebentar di alun-alun kota sebelum kembali ke rumah.

"Hyung, sikat gigi dulu sebelum tidur. Jangan lupa." Ten menutup pintu kamar mereka dan berjalan menuju ranjang.

"Iya sayangku, tunggu sebentar ya. Aku ingin bicara denganmu sebentar." Jaehyun beranjak menuju kamar mandi, menyikat gigi seperti apa yang Ten perintahkan.

Tidak lama lelaki berdimple itu keluar, dan menghempaskan tubuhnya di samping Ten. Memeluk tubuh itu dengan erat, gemas sekali karena tubuhnya benar-benar mungil.

"Hyung lepaskan, pengap tau! Ish!"

Jaehyun terkekeh, ia mencium pipi gembil istrinya lama, "Gemas sekali."

"Hyung, tadi kau bilang ingin berbicara sesuatu. Bicara apa?" Ten menghadapkan tubuhnya kearah sang suami.

Jaehyun merengkuh Ten, menyandarkan kepala istrinya ke dada bidangnya. Tangannya mengelus punggung sempit milik Ten, sementara bibirnya mengecupi pucuk kepala sang istri dengan sayang.

Ia menghela napas pendek, "Baby, jika kau mempunyai masalah atau mungkin ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu, bicarakan padaku. Jujurlah, jangan menyembunyikan apapun dariku. Kita sepasang suami istri, kita harus saling terbuka. Kau mengerti, hm?"

Bagaimana aku bisa jujur padamu Hyung jika masalahku adalah aku mempunyai penyakit mematikan? Aku tau pasti kau akan terpukul. Kau akan sedih. Aku tidak mau itu terjadi Hyung. Biar aku saja yang menanggung ini semua hingga anak kita lahir. Ucapnya dalam hati.

Ten mengangguk, "Hm. Itu pasti Hyung, aku tidak akan menutupi apapun." Ia menduselkan wajahnya di perpotongan leher Jaehyun. Menghirup aroma yang selalu menjadi candu baginya.

"Janji?"

"Aku berjanji Hyung."

"Aku percaya padamu, kajja kita harus tidur." Jaehyun menyamankan tubuh mereka berdua.

Tidak beberapa lama kemudian napas Ten menjadi teratur, pertanda bahwa ia memang sudah mengarungi mimpi. Jaehyun beranjak dengan hati-hati, tangannya mengambil ponsel yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya.

Ia berjalan keluar dari kamar, dan menelepon seseorang.

"Aku mempunyai tugas khusus untukmu, mulai sekarang kau ikuti Ten istriku kemanapun ia pergi. Jangan sampai ketahuan, setelah kau mengetahui sesuatu—— kau langsung hubungi aku. Mengerti?" Setelah mendengar jawaban dari seseorang di seberang sana, ia lalu mematikan ponsel dan kembali ke kamar.

~ Te Amor ~

[END] Te Amor || JaeTen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang