Suicidal (Thoughts)

897 125 96
                                    

Cerita ini terinspirasi oleh lagu 'Suicidal Thoughts - Josh A & Iamjakehill'.

***

"Dasar perempuan murahan! Istri macam apa kamu keluar bersama pria lain!" bentak Adam emosi, wajahnya memerah karena marah.

Miranda tertawa sumbang, matanya menatap sang suami dengan pandangan remeh. "Loh, kita impas, dong? Kamu keluar sama sekretaris jalang kamu itu dan aku sama pria lain. Jangan kira karena aku diam berarti aku gak tahu apa-apa," sahut Miranda sinis.

Plak

Sebuah tamparan kencang melayang di pipi Miranda, membuat sudut bibir wanita itu sobek dan mengeluarkan darah. Wanita yang masih cantik di umurnya yang sudah memasuki kepala empat itu tersenyum miring, walaupun pertengkaran seperti ini sangat sering terjadi, tetapi ini kali pertama Adam melakukan kekerasan fisik terhadap dirinya.

"Jaga ucapanmu! Yunita bukan perempuan seperti itu!" hardik Adam.

"Memang benar, kan dia pelacur kamu?" sahutnya sinis. "Sudahlah, Mas. Tidak ada gunanya kita berdebat hal seperti ini. Cukup urusi urusan masing-masing," imbuhnya, kemudian melangkahkan kaki meninggalkan sang suami sendirian di ruang keluarga yang menjadi saksi bisu atas pertengkaran mereka. Kebetulan Miranda memang akan keluar malam ini.

Sementara itu, di sebuah kamar yang tak jauh berada di dekat ruang keluarga, terlihat seorang remaja laki-laki tengah meringkukkan tubuhnya di sudut kamar dengan kaki tertekuk di depan dada dan tangan yang menutup erat-erat kedua telinganya. Berharap dapat meredam suara pertengkaran antara ayah dan ibunya. Namun, naas, kedua tangan saja tidak cukup untuk membuatnya tidak dapat mendengar apa-apa saja yang kedua orang tuanya ucapkan. Membuat seluruh hal yang mereka lontarkan terekam jelas di kepalanya, merasuk ke dalam sanubarinya dan memorak-porandakan hatinya yang memang sudah sangat hancur.

Ketika suara-suara itu telah menghilang, perlahan Saga mulai mengangkat kepalanya. Menatap kosong dinding berwarna putih di depannya tanpa berbicara apapun. Setelah kurang lebih sepuluh menit pemuda itu bertahan pada posisi yang sama, Saga akhirnya bangkit dari duduknya dan beralih mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang. Tangannya mengambil sebuah botol obat dari dalam nakas di samping ranjangnya. Saga kemudian mengeluarkan obat dari botol di itu sebanyak dua butir dan meminumnya dengan segelas air yang selalu tersedia di atas meja nakasnya.

Setelah mengembalikan botol obatnya ke tempat semula, pemuda itu merebahkan tubuhnya di atas busa besar yang menopang raganya. Hal seperti ini ㅡpertengkaran ayah dan ibunyaㅡ hampir terjadi setiap hari. Ada saja hal yang diributkan oleh kedua orang itu. Semua orang selalu berpikir jika hidupnya dilimpahi kenikmatan. Terlahir sebagai anak semata wayang dari keluarga kaya raya merupakan sebuah berkah, tetapi akan menjadi petaka ketika keluargamu tidak harmonis.

Ketika kedua orang tuanya bertengkar, hati Saga terasa sangat sakit, dadanya begitu sesak. Rasanya ia ingin berteriak marah dan menangis sekencang-kencangnya. Namun, Saga tidak bisa, dan ia tidak tahu harus melampiaskan itu semua kepada siapa, terkadang Saga hanya dapat memukul kepala dan dadanya yang terasa sesak. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang ia percaya.

Tidak, Saga tidak ingin membunuh dirinya sendiri untuk lari dari semua masalah yang menimpa hidupnya. Saga hanya ingin memejamkan matanya dengan tenang tanpa seluruh perasaan sedih dan ketakutan yang selalu menghantuinya.

Perlahan kedua netra indah itu mulai terasa memberat, dan tak lama alam mimpi menjemputnya dengan segudang harapan akan memberikan dunia yang lebih baik walau tidak nyata.

Suicidal (Thoughts)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang