Wirda's School Life

543 22 2
                                    

Gais jadi ini g ad dibukunya tp aq rangkum sendiri dari apa yg ada dibuku.. hwhe

     Kali pertama Wirda nyantri itu di Yogya. Disana Wirda sering pindah-pindah pesantren. Karena dulu dia masih kecil sekitar 9 th, makanya waktu Papa jenguk , gue nangis tersedu-sedu. Bagi Wirda pindah-pindah pesantren itu seru. Dan paling lama bertahan di pesantren itu 1 bulan, dan paling cepat 1 minggu. Wirda memang suka berburu pengalaman baru di tempat baru. Kadang ada orang mau punya pengalaman tapi maunya nyaman. 

    Setelah kelas 5 SD Wirda memutuskan untuk keluar dari sekolah dan memilih untuk menghafal Al-Qur'an. (Menghafal Al-Quran adalah salah satu mimpinya yang masih dia kejar)

    🌹

     Gue melanjutkan sekolah di New York, di Al-Mamoor (sekolah islam). First time, bertemu dgn kepala sekolah. Papa minta supaya gue masuk ke kelas 8/2 SMP, padahal harusnya gue setara SMA. Di Al-Mamoor itu justru mata pelajaran matematika-nya lebih banyak, bisa 2 atau 3 kali dlm sehari. Gila nggak? Nggak, sih, nggak gila. Cuma agak memuakkan dgn rumus matematika yg segudang. Setelah dites, mengisi soal tes. Gue diterima di kelas.. dikelas............. di.............. "KELAS 7! YA KELAS 1 SMP, SAUDARA SAUDARAKU SEIMAN DAN SEAGAMA YG DIRAHMATI ALLAH SWT. DARI KELAS 2 SMA TERJUN BEBAS KE KELAS.. 1 SMP" Parah. Tapi, alhamdulillah gue cepat beradaptasi dgn lingkungan baru dgn teman teman dikelas. 

    🌹

     Pelajaran pertama Matematika, ujian matemnatika.... 

     Gue pun memberanikan diri menjelaskan pada sang guru bahwa terakhir kali gue belajar matematika adalah saat gue kelas 5 SD. Alhasil guru memahami kondisi gue dan mengganti kertas ujian dengan soal kelas 6 SD. Alhamdulillah pertanyaannya hanya seputar : 7 kali 7, 5 kali 45, 8 kali 7.... Itu pun gue masih harus berpikir keras.  

     Selain mtk, tantangan lain di sekolah itu adalah bahasa inggris. Karena itu, akhirnya gue keluar dari Al-Mamoor dan masuk ke Lado International Institute College di Washington DC.  

   Di Lado International Institute Collage, gue adalah siswa termuda. Namanya sih College tapi sekarang gue masih kelas 2 SMA, jadi berasa bocah ingusan sendiri hiks. Banyak teman-teman yg datang dari mancanegara, yg ukurannya lebih besar dari pada gue. Selain yg paling muda. gue juga yg paling imut disana. 

   Bersekolah di Lado nggak terasa seperti sekolah betulan. Telat masuk, makan minum di kelas, main handphone, dan ngobrol saat pelajaran berlangsung diperbolehkan. Selain itu, WiFi unlimited dan nggak loading lama. WHOAAAA! Tapi, di Lado nggak boleh membolos lebih dari tiga hari, karena akan dikeluarkan dari sekolah. Mantap!

    Selama gue sekolah di Washington Dc, gue tinggal di Gaithersburg, Maryland, sebelah barat ibu kota AS. Gue tinggal bersama Om Kamal dan Tante Lina serta anak-anak mereka. Ada Chaca, Valya dan Verli. 

     Seperti biasa gue bangun pagi dan shalat subuh, terus gue lihat weather app di HP, kalau cuaca terlalu dingin gue nggak mandi. Gue pernah nggak mandi dua minggu karena dingin banget. Selesai sarapan, gue pergi ke Metro Station. Di Washington DC, lebih dikenal dgn Metro. Kalau di New York org-org menyebutnya Subway. Gue berangkat dari stasiun Shady Grove dan berhenti di Gallery PI China Town. Kira-kira 40 menit. Gue selalu ke sekolah dgn Metro. Biasanya sembari menunggu metro tiba, gue memanfaatkan waktu utk murajaah, baca buku, mengulang pelajaran atau chatting dgn siapapun yg bisa diajak chatting. 


NEXT! Di (2)

Reach your dream by wirda mansurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang