Keluarga Adopsi

11 2 4
                                    

Cerpen ini hanya berisi 1600-an  kata. Jadi, saya tidak membuat part.

Baca tulisan orang lain jika tulisanmu ingin dibaca. Perlakukan orang-orang seperti kau ingin diperlakukan oleh mereka.
______________________________________

"Bu, lihat besok hari kelulusanku!"

"Bu, Ayah tadi menelpon dan menanyakan kabar Ibu. Ayah bilang akan segera pulang."

"Aku menyayangi Ibu"

"Bu, aku beli teh hijau. Ayah bilang Ibu suka  teh hijau."

"Bu, aku diterima di SMA yang aku dambakan."

"Bu, aku besok ke perpustakaan umum untuk mencari referensi laporan hasil pengamatanku. Aku besok pergi sendiri, jadi aku gak pulang terlalu siang."

Aku mengetuk pintu dan membuka pintu. Setiap aku berbicara, Ibu selalu mendesakku keluar kamar lalu membanting pintu. Selalu seperti itu.

Namun, aku tetap menemani Ibu dari balik pintu kamarnya. Belajar, makan, bahkan aku membeli kasur lipat agar bisa tidur di depan kamar Ibu.

Aku mencoba tak kesepian di dalam keremangan.

?????

Akankah berubah? Tuhan, ku mohon.

Krek…

Aku meletakkan senampan sarapan pagi di meja samping Ibu yang berdiri memunggungiku.

"Selamat pagi, Bu," ujarku.

Sunyi.

"Ayah akan segera pulang. Ibu pasti gak sabar, kan?"

Sunyi.

"Ibu akan berubah setelah Ayah datang, kan?" Aku menggegar pelan badan Ibu.

Ibu menepis kasar tanganku.

"Kenapa Ibu selalu begini? Berubahlah. Ada apa dengan Ibu? Sudah tiga tahun Ibu tidak berbicara dan hanya mengurung di kamar."

Ibu mendesakku keluar kamar hingga aku terduduk di ambang pintu. Aku bangkit.

"Bu, ingat, aku gak akan pernah meninggalkan Ibu. Aku akan menunggu Ibu sampai Ibu mau berbicara dan...Aku pengen lihat Ibu tersenyum. Aku pengen Ibu berubah...Aku peng"

"Kamu dan Ayahmu bukan siapa-siapa Ibu, kita bukan siapa-siapa," jerit Ibu.

Suara yang sudah lama tak terdengar.

"Akhirnya Ibu bicara. Aku gak peduli Ibu membentakku, tapi aku senang bisa mendengar suara Ibu."

"Ibu tidak peduli dengan kamu dan Ayahmu."

Brak…

Ibu membanting pintu.

"Bu, nanti aku pulang terlambat karena ada kegiatan klub dan belanja kebutuhan rumah," kataku dari luar kamar, "Aku selalu menyayangi Ibu dan tidak ingin kehilangan Ibu."

Hanya diam yang menjawab.

"Aku berangkat, Bu"

Sudah tiga tahun, sejak kejadian itu, Ibu mendekam di kamar dan membisu. Sejak Ayah kerja di luar kota dan aku hadir di rumah ini, Ibu menjadi seperti ini. Aku menunggu mereka kembali seperti dulu. Dan aku ingin mendengar suara Ibu lagi, lagi, dan lagi. Selamanya.

Semburat mentari pagi sungguh gemerlap. Kepermaian kota yang memanjakan mata. Deretan pohon hijau yang menghidupkan. Meskipun begitu, pandanganku gulita. Aku merasa hidupku hambar. Aku merasa ingin pupus dari dunia ini. Namun, aku berusaha tegar karena selamanya tak akan seperti ini, akan ada hak ku untuk bahagia kan datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keluarga AdopsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang