Teka-Teki

7.4K 277 17
                                    

Untuk kesekian kalinya, Luna harus makan sendirian. Dominik ternyata memiliki sesuatu yang harus dibicarakan dengan Harry secara pribadi. Karena itulah, Luna turun sendiri untuk makan di kafetaria. Sayangnya, kafetaria kali ini lebih ramai daripada sebelumnya. Jam makan siang Luna tepat bersamaan dengan waktu istirahat karyawan lainnya. Melihat jika tidak ada kursi yang kosong, Luna pun memilih untuk ke luar dari gedung. Toh, Luna masih merasa malu setelah perlakuan Dominik terakhir kali yang menciumnya di kafetaria tepat di hadapan banyak orang.

Wajah Luna kembali memanas. Rasanya, itu sangat memalukan. Namun, Luna sama sekali tidak bisa mengatur apa yang akan dilakukan oleh Dominik, dan pada akhirnya hanya bisa menerima apa pun yang dilakukan oleh Dominik. Entah itu karena fakta menyeramkan karena Dominik memiliki begitu banyak senjata api dan obat terlarang, atau karena perlakuannya yang manis dan tidak bisa Luna tolak. Luna sendiri bingung karenanya. Jujur saja, sejak awal Luna memang tidak berniat atau membayangkan menetap di Rusia bahkan dengan status sebagai istri seorang CEO hot yang didambakan oleh jutaan wanita.

Meskipun semua ini terasa mengejutkan dan terlalu tiba-tiba untuk diterima oleh Luna yang sebelumnya hidup dengan sederhana, Luna pikir jika tidak ada salahnya untuk menerima kehidupan yang baru ini. Dengan status dan identitas sebenarnya Dominik yang sampai saat ini belum Luna ketahui, tidak menutup kemungkinan jika hingga nanti pun Luna tidak bisa melarikan diri dari Dominik. Pria itu kemungkinan besar akan mengejar Luna bahkan ke lubang tikus sekali pun. Luna menghela napas panjang sebelum memasuki sebuah kafe yang cukup ramai, tetapi masih memiliki beberapa meja kosong. Kafe ini berada di dekat perusahaan Dominik, dan Luna akan makan siang di sini.

Jaraknya yang tidak terlalu jauh memungkinkan Luna untuk kembali tepat waktu sebelum waktu makan siang berakhir. Ia tidak membuang waktu terlalu lama untuk memesan menu makan siangnya dan duduk di kursi kosong sembari menunggu pesanannya datang. Luna memeriksa ponselnya yang terhubung dengan email kantor. Ini sengaja Luna lakukan untuk memudahkannya memeriksa email terkait pekerjaan yang harus segera ia selesaikan. Luna tenggelam dalam kegiatannya memilah satu per satu email tersebut. Hingga derit kursi yang diduduki membuat Luna mengangkat pandangannya.

Saat itulah, Luna menahan napas. Hal itu terjadi karena sosok yang duduk berhadapan dengannya dalah sosok yang tidak ingin Luna temui, apalagi saat dirinya berada dalam posisi sendiri tanpa ada Dominik di sisinya. Benar, sosok yang tengah berhadapan dengan Luna adalah Ignor. Pria yang sebenarnya memiliki tampang tampan, tetapi sayangnya kesan Luna terhadapnya sangat buruk. Itu tentu saja tidak terlepas dari pertemuan pertama mereka yang membekas diingatan Luna. Bagaimana mungkin Luna memiliki kesan baik terhadap orang yang menjadikannya sebagai barang taruhan? Itu benar-benar tidak masuk akal.

"Sepertinya saya tidak pernah mengizinkan Anda duduk di meja yang sama dengan saya," ucap Luna memberanikan diri.

Meskipun Dominik tidak berada di sisinya, Luna yakin jika Ignor tidak mungkin menyentuhnya. Di sini tempat umum, banyak pasang mata yang bisa menjadi saksi jika Ignor melakukan hal yang macam-macam. Apalagi ada kamera pengawas yang bisa langsung dihubungkan dengan kantor polisi. Karena itulah, Luna meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan aman selama berada di tengah keramaian. Melihat Luna yang tampak berani walau sempat terkejut dan takut, Ignor tidak bisa menahan diri untuk menyeringai. Seringai yang sebenarnya membuat wajahnya semakin tampan, tetapi bagi Luna itu malah membuat Ignor terlihat mengerikan.

"Aku tidak perlu izinmu untuk duduk di sini. Aku datang atas kemauanku sendiri untuk mengatakan sesuatu yang sepertinya sangat kau butuhkan," ucap Ignor sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku sama sekali tidak membutuhkan apa pun. Jadi, kau bisa pergi sebelum aku memanggil keamanan untuk mengusirmu!" Luna memberikan peringatan yang tidak main-main. Namun, Ignor tidak merasa tertekan atas peringatan itu. Ia malah semakin tertarik untuk berbincang semakin lama dengan Luna.

"Kenapa? Apa kau cemas jika aku akan melakukan sesuatu padamu? Tenang saja, aku tidak mungkin melakukannya sekarang. Ini tengah hari dan di tengah keramaian. Aku tidak sebodoh itu. Selain itu, apa kau tau jika suamimu menempatkan anjing-anjing untuk berada di sekitarmu?" tanay Ignor.

"Anjing? Apa maksudmu?" tanya Luna tidak mengerti.

"Maksudku adalah, orang-orang yang ia tempatkan untuk mengikutimu dan melaporkan setiap gerak-gerikmu padanya," jawab Ignor membuat Luna semakin mengernyitkan keningnya. Melihat hal itu, Ignor bisa menyimpulkan jika Luna memang terlalu polos hingga pada akhirnya masuk ke dalam lubang yang tidak memiliki ujung ini.

Saat itulah, netra Ignor yang semula menyorot tajam berubah sendu dipenuhi oleh kesedihan yang mendalam. Namun, sorot itu hilang begitu saja tepat sebelum Luna menyadari hal itu. Ignor tidak memiliki waktu untuk masuk ke dalam ingatan masa lalunya. Saat ini, Ignor harus fokus melakukan apa yang perlu ia lakukan. Ignor menyeringai dan berkata, "Sepertinya kau memang tidak tahu masalah itu. Tapi sekarang kau sudah tau, dan seharusnya kau bisa menyimpulkan bagaimana suamimu itu, Luna."

Luna menatap Ignor dan berkata tegas, "Jangan mencoba untuk mengahsutku. Aku tau jika hubunganmu dan suamiku sama sekali tidak baik. Aku tidak akan terlibat dalam masalah kalian, dan aku harap berhenti untuk menggangguku."

Ignor tertawa renyah. Ia menertawakan apa yang sudah dikatakan oleh Luna. Hal itu membuat Luna semakin kesal saja. Padahal, ia mengatakan hal yang serius, tetapi Ignor bereaksi seperti itu. Pepatah memang benar. Tidak ada gunanya Luna meladeni orang gila seperti Ignor. Baru saja Luna berdiri dan berniat untuk meninggalkan Ignor serta melupakan rencana makan siangnya, tangan Luna yang lembut sudah lebih dulu ditarik oleh Ignor agar kembali duduk di tempatnya. "Itu sangat tidak sopan, Cantik. Aku tengah berbicara denganmu, dan kau ingin pergi begitu saja? Apa kau pikir aku akan membiarkanmu?"

"Lepas!" seru Luna sembari menarik tangannya yang untung dilepas oleh Ignor.

"Aku datang karena niat baik. Aku ingin menolongmu, Luna. Aku tau, kau menikah dengan Dominik bukan karena cinta. Kalian bahkan baru bertemu belum lama ini, dan kalian sudah menikah. Kau akan mengatakan jika kalian menikah karena cinta pada pandangan pertama? Jangan pikir aku ini orang bodoh! Tapi, kali ini aku akan mengatakan sesuatu yang sudah pasti perlu kau camkan, Luna. Dominik menikahimu tanpa cinta. Dia hanya terobsesi. Dia terobsesi sesuatu yang terjadi di masa lalunya. Dia hanya memanfaatkanmu untuk memuaskan kehausannya itu. Lagi, Dominik bukan orang baik-baik Luna. Dia memiliki identitas yang pastinya tidak pernah kau bayangkan. Demi keselamatanmu, larilah. Larilah sejauh mungkin, dan putuskan semua hubunganmu dengan Dominik."

Luna yang mendengar perkataan Ignor hanya bisa mematung. Ia perlu waktu untuk memproses apa yang dikatakan oleh pria itu. Luna sendiri merasa sangat mustahil ketika Dominik mengatakan jika ia mencintainya. Namun, Luna bisa melihat tatapan hangat penuh cinta dan kerinduan yang bersarang di kedua netra Dominik ketika menatapnya. Jadi, Luna sendiri sempat merasa goyah dan berpikir jika Dominik memang mengalami cinta pandangan pertama padanya. Apa mungkin, ini ada kaitannya dengan obsesi yang Ignor maksud. Tidak bisa menahan diri, Luna pun bertanya, "Obsesi apa yang kau maksud ini, Ignor?"

Ignor tampak terhibur dengan apa yang ditanyakan oleh Luna. Ia menyeringai sebelum menjawab, "Sepertinya Nyonya Yakov ini mulai tertarik dengan apa yang aku katakan ya. Baik, aku akan menjawab pertanyaanmu. Tapi, aku tidak akan menjawabnya secara langsung. Akan lebih menyenangkan jika kita memainkan sebuah teka-teki, bukan?"

"Aku sama sekali tidak tengah main-main," ucap Luna.

"Lalu, apa aku saat ini terlihat seperti main-main? Aku tengah memberikan bantuan padamu, tetapi aku sendiri tidak mendapatkan keuntungan apa pun. Jadi, aku tidak akan membiarkan semuanya terlalu mudah untukmu, Luna," ucap Ignor sembari memberikan tatapan tajam. Luna rasanya ingin menampar Ignor karena perkataannya itu. Saat ini juga, Luna bisa beranjak pergi dan meninggalkan Ignor dengan permainannya yang memuakkan itu. Namun, Luna tidak bisa. Ada sisi dalam dirinya yang ingin mengetahui sisi lain dari Dominik yang tetu saja tidak akan bisa Luna dapatkan dari Dominik langsung.

Melihat keterdiaman Luna, Ignor pun mengangguk puas. "Obsesinya ada dalam dirimu, Luna. Dominik terobsesi terhadap sesuatu yang kau miliki, dan untuk saat ini kau yang harus mencari tau itu sendiri," ucap Ignor memberikan sebuah teka-teki yang sama sekali tidak bisa dimengerti oleh Luna.



.

.

.

Jangan lupa tinggalin jejak lhoo

The Hottest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang