Toxic Woman

12 3 0
                                    

Seorang wanita bergaun hitam menggunakan jaket tebal yang terbuat dari bulu yang halus dan sarung tangan berwarna merah darah. Menggunakan sebuah topi blower dengan pinta merah menyala yang menghiasinya.

Dia berjalan menelusuri jalanan kota Italia. Butiran-butiran salju berjatuhan, membuat semua orang lebih memilih berada di dalam rumah dengan berselimutkan kain tebal sebagai penghangat.

Memasuki sebuah lorong yang sangat dihindari setiap orang pada malam hari. Dia mengetuk sebuah pintu, lalu terbukalah pintu itu. Disambut oleh seorang pria bertumbuh tambun, dengan senyumnya yang membuat orang bergidik.

“Berikan segelas minuman!” ucap wanita itu dengan suara lembut khasnya.

Bartender pun meracik sebuah minuman yang biasa di pesannya. Dia hafal betul itu karena tidak akan pernah melupakan pelanggan wanita yang sangat cantik nan misterius.

Namun, tidak satu pun diantara mereka tahu siapa dia. Tidak alasan bagi mereka untuk mengetahuinya, sebab mereka tidak akan mengurusi hal-hal yang sepele.

Seorang pria mendekatinya di saat sedang menikmati minuman yang baru saja sampai di atas meja tepat di hadapannya.

“Wanita secantikmu—bagaimana bisa berada di tempat seperti ini?” tanya pria itu dengan nada menggoda.

Dia menghiraukan apa yang ditanyakan pria yang mendekatinya itu. Dalam benaknya hanya ingin menikmati minumannya untuk menghangatkan tubuh yang sedang kedinginan.

Pria itu terus saja membuat sesuatu hal yang hingga perhatian wanita itu tertuju padanya. Hingga menunjukkan suatu simbol yang menyatakan bahwa dirinya merupakan suatu anggota perkumpulan yang disegani di dunia bawah tanah.

Wanita itu tersenyum samar, lalu membisikkan sesuatu di telinga pria yang akan menyesal nantinya. Senyum pria itu timbul di kedua sisi bibirnya. Dan mengajak wanita bergaun hitam itu pergi ke suatu tempat, di mana mereka bisa bersenang-senang.

“Siapa namamu?” tanya wanita bergaun hitam ini.

“Kau bisa panggil aku Alex,” Dia menjawab sembari menyentuh bagian belakang wanita itu.

Mereka pun memasuki sebuah mobil Van berwarna hitam, menelusuri jalanan Italia menuju suatu hutan. Entah apa yang membuat Alex mengajak seorang wanita ke hutan.

Mobil terhenti, dengan senyum yang menyiratkan hasrat begitu besar Alex mengajak wanita itu keluar dari mobil. Berjalan memasuki hutan, tanpa berkata-kata Alex menggendongnya sebab jalanan bersalju.

Dengan senyum tipis nan menggoda, membuat Alex tidak bisa menahan hasratnya untuk menikmati bibir merah merona itu. Sebuah pondok kecil terlihat, Alex membuka pintu pondok itu lalu mengecup wanita yang sudah membuat hasratnya memuncak.

'Nikmatilah selagi kau bisa—dasar pria busuk!' ucap wanita itu dalam hati.

Saat Alex menikmati setiap jengkal lekuk tubuhnya, wanita itu mengeluarkan sebuah jarum kecil yang selalu di bawanya. Dia menusukkan jarum itu pada pundak pria yang membuatnya merasa jijik.

“Apa yang kau lakukan?!” pekik Alex sembari mencekik leher wanita itu.

Tanpa merasakan kesakitan akibat di cekik lehernya wanita itu bertanya, “Di mana Ernest Hariman?!”

Alex masih mencekik wanita itu lalu dia bertanya siapa namanya. Namun, sebelum menjawab pertanyaannya. Tangan Alex sudah tidak bertenaga sehingga melepaskan cengkeramannya dari leher wanita itu.

Racun itu sudah mulai bekerja dengan santainya wanita itu merapikan gaunnya yang sudah berantakan. Memakai kembali topi dan sarung tangan yang terlepas tadi.

“Kau ingin tahu namaku? Akan kuberi tahu karena sebentar lagi kau tiada!” ucapnya sembari tangannya berjalan di dada Alex dengan lembut.

“Kau tidak akan selamat dariku!” Alex berkata mengancam meski tubuhnya tidak bisa digerakkan.

“Orang busuk seperti kalian selalu memanggilku toxic woman!” ucapnya dengan lembut.

Alex terkejut, dia begitu bodoh hingga masuk kedalam jebakan wanita ini. Sudah beberapa hari ini perkumpulannya membicarakan tentang toxic woman. Wanita yang sudah membunuh satu per satu temannya.

Dia bertanya sekali lagi keberadaan Ernest Hariman, tetapi Alex tidak mau mengatakan keberadaan Ernest. Jika dia mengatakannya maka seluruh keluarganya akan dihabisi.

“Bunuh saja aku—sebab aku tidak akan mengatakan di mana Ernest Hariman!” ucapnya dengan nada marah.

Dengan senyumnya yang menggoda wanita itu menusukkan kembali sebuah jarum, lalu dia mengatakan bahwa Alex akan mati secara perlahan dan tersiksa. Tidak begitu lama rasa sakit yang begitu kuat dirasakan oleh Alex.

Alex memohon untuk membunuhnya saja dengan cepat. Namun, wanita itu tidak akan memberikan kematian yang begitu cepat. Dia ingin melihat penderitaan pria yang tidak mau bekerja sama dengannya.

“Aku tanya sekali lagi di mana Ernest?!” tanyanya kembali.

Namun, Alex masih tidak mengatakan keberadaan Ernest. Wanita itu sudah merasa sangat kesal, sebab Alex sudah membuang-buang waktunya saja. Dia berjalan keluar dengan santainya, sudah tidak ada yang perlu ditunggunya lagi. Sekarang tinggal menunggu waktu bagi Alex merasakan penderitaan sebelum nyawanya melayang.

Dia menyalakan sebatang rokok, menyalakannya lalu menghisapnya. Asap rokok menyembul dengan lembut dengan udara dingin di malam hari yang bersalju.

“Siapa kau? Mengapa kau berada di sini?!” tanya seorang pria yang berada di depannya.

Pria itu berpikir sejenak, apakah wanita ini adalah wanita yang dibawa oleh Alex ke pondok di tengah hutan. Namun, itu tidak mungkin secepat ini mereka menyelesaikannya.

Pria itu merasa curiga, dia bersiap-siap untuk mengambil senjata yang berada di balik jaket tebalnya. Wanita itu tahu apa yang akan dilakukan oleh pria yang ada di hadapannya.

Srettt!

Dengan cepat dia menyerangnya dengan jarum yang menjadi senjatanya. Jarum itu tepat mengenai kening pria itu, seketika pria itu mencabut jarum itu. Dia tidak tahu jika jarum itu mengandung racun yang mematikan.

Namun, dia masih bisa mengambil senjatanya lalu menodongkan pada wanita itu. Dengan tersenyum wanita bergaun hitam itu mendekatinya dan mengambil senjatanya dengan cepat.

Dor!

Dia menembakkan peluru yang berada di dalam senjata itu. Tepat di kaki sebelah kanannya peluru itu bersarang dengan manisnya.  Terdengar suara erangan kesakitan dari seorang pria yang terlihat tangguh itu.

“Kau teman Alex—itu artinya kau tahu di mana Ernest?!” Wanita itu bertanya dengan lirih tetapi masih bisa terdengar jelas olehnya.

“Toxic woman—itu kau, 'kan?!” tanya pria itu dengan menahan rasa sakit.

Wanita itu tersenyum dengan tipis, lalu mengatakan jika pria itu sangat pintar bisa menebak siapa dirinya. Dia memegang dagu pria itu dan bertanya kembali tentang Ernest Hariman.

Pria itu sama dengan Alex, tidak mau menjawab keberadaan Ernest Hariman. Dalam benak wanita itu berkata, apakah Ernest begitu menakutkan sehingga mereka tidak mau mengatakannya padahal nyawa mereka menjadi taruhannya.

Racunnya muslim bereaksi, rasa ngilu yang begitu kuat membuat pria itu tidak bisa menahannya. Dia berteriak dan meminta wanita itu untuk menghabisinya dengan cepat. Namun, dia tidak akan membiarkan pria itu mati dengan cepat.

“Nikmati saja semuanya—sampai kau tidak merasakannya!” Wanita itu berkata sembari meninggal tubuh pria yang sudah tidak berdaya dan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat racun dan tembakkan di kakinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOXIC WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang