Missing

58.1K 1.6K 501
                                    

Menjadi kepala rumah tangga sebuah keluarga memang tidak bisa diremehkan. Meskipun hanya ada istri, dan satu anak, Jeno berpikir itu benar-benar sulit. Dirinya yang hanya pekerja kantoran biasa di sebuah percetakan kecil, yang gajinya tak seberapa itu dipaksakan cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Jeno terkadang berpikir, kenapa dirinya dahulu menikahi sang istri dengan tergesa-gesa? Istrinya itu bahkan hanya ibu rumah tangga biasa. Ya, tidak ada spesial-spesialnya sama sekali. Mungkin hanya wajahnya yang bisa dikatakan cantik dahulu, sekarang Renjun terlihat sangat lusuh setiap kali Jeno pulang dari kantornya.

Renjun, mungkin sekarang namanya Lee Renjun. Istri sah dari Jeno itu blasteran China dan Korea. Cantik, semasa gadis dulu, banyak pria-pria yang mendekati Renjun berharap mereka akan mendapatkan hati sang wanita cantik. Namun, apa mau dikata, Renjun memilih Jeno untuk menjadi suaminya.

Pernikahan mereka terbilang sederhana, pada mulanya, Jeno tidak mendapatkan restu dari orangtua Renjun karena orangtua Renjun tidak mempercayai Jeno menjaga anak semata wayang mereka. Jeno itu seperti modal nekat saja, ingin mempersunting Renjun tapi dirinya sendiri pun belum bisa mencari nafkah materi untuk dirinya sendiri. Renjun yang sudah buta karena cinta tetap kekeuh ingin menikah dengan Jeno. Orangtua Renjun pun akhirnya memberi mereka restu.

Mereka telah menjalin bahtera rumah tangga selama 3 tahun, mereka telah memiliki putra kecil berusia 2 tahun sekarang. Jeno dan Renjun awalnya menjalani kehidupan mereka dengan bahagia. Namun, saat pernikahan mereka menginjak usia 3 tahun dua bulan lalu, mereka menjadi lebih sering bertengkar.

"Jun, kamu tuh harusnya dandan kalau suami pulang kerja! Jadi istri itu harus bikin suami seneng pas pulang kerja! Lusuh terus 'kek gitu setiap aku pulang" omel Jeno. Renjun yang tengah membereskan mainan Chenle menatap suaminya takut-takut.

"Aku ngga sempet dandan, Chenle rewel hari ini, tadi minta alat tulis, pengen belajar nulis-" balas Renjun dengan nada pelan, takut membangunkan Chenle.

"Udahlah kamu tuh banyak alesan. Masa setiap hari sih Chenle rewel sampe setiap hari juga kamu kaya gini." Renjun hanya menunduk.

Jeno masuk ke kamarnya lalu membanting pintu, karena suara yang ditimbulkan cukup keras, Chenle kembali menangis. Renjun mau tidak mau menghampiri sang anak lalu menggendongnya dengan sayang.

Renjun menggendong tubuh gempal Chenle lalu mengambil sebuah cermin. Ia memperhatikan wajahnya yang tak terurus itu dengan tatapan sedih. Ugh.. dirinya kumal sekali..

Saat Chenle lebih tenang, Renjun kembali menidurkannya di sebuah kamar yang berada disamping kamar dirinya dan Jeno. Dengan perlahan mengecup sayang kening sang anak dan membisikkannya kata-kata selamat malam.

Dengan perlahan Renjun menutup kamar Chenle dan bergegas pergi ke kamarnya. Sebelum ia membuka pintu, Renjun mendengar samar-samar suara Jeno yang menelepon.

"Iya nih, udah mau tidur, kamu?"

"...."

"Mm.. iya besok aku ajak kamu kesana buat liat liat."

"...."

"... Iyaa, malam ya cantik.. mimpi indah.."

"......"

Renjun meremas bajunya kuat-kuat. Siapa yang malam-malam begini menelpon suaminya? mereka berbincang mesra sekali. Ingin sekali Renjun membuat keributan namun dirinya teringat Chenle yang tidur disebelah kamarnya.

Cklek~

"Jen?" Tidak ada jawaban. Renjun perlahan masuk dan duduk di sisi lain termpat tidur mereka.

Hyuckren : Random 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang