18. SEBUAH MASA YANG HARUS BERCERITA

4.9K 418 34
                                    

Hai, Dears!

Long time no see, ya ...

Kangen loh Hara sama kalian. Malam ini Hara sempat nulis bab 18 cerita ini. Hara sampai baca ulang draft-nya lho saking lamanya Hara enggak nulis dan malah lupa sama alur semua cerita yang ada. Hahahhaa 🤣

Kejelekan yang satu ini jangan kalian tiru, ya! Haduh ...

So, here we are!

Semoga menghibur, ya.
Tolong share cerita ini sama teman kalian.
Jangan lupa vote di awal cerita,
Dan bagi komentar kalian di akhir cerita.

Happy reading!

***

Air mata Aira berderai mengiringi senja kali ini. Jemarinya saling bertaut, memilin tepian dress putih yang dia kenakan. Seluruh tubuhnya gemetar, bukan lagi karena tangis melainkan karena pertahanannya telah runtuh. Ternyata dadanya masih sesesak itu saat berhadapan dengan Evan langsung. Sakitnya masih terasa baru kala kata-kata Evan yang begitu menyakitkan tadi sukses membuat harga dirinya remuk.

Aira bukan wanita naif seperti perkataan lantangnya beberapa waktu lalu. Dia tahu betul bagaimana kisahnya dengan Ardi akan langsung berada di ambang kehancuran jika pria yang sangat mencintainya itu tahu seberapa bobrok diri Aira. Tatapan memuja yang selalu Ardi sematkan pasti akan langsung sirna saat mendapati Aira begitu tak sesempurna yang terlihat.

Setiap pria pasti menginginkan wanita baik-baik dan masih terjaga utuh. Begitu juga dengan Ardi. Terbukti dengan cara pria itu yang selalu berusaha menjaga kehormatan Aira yang sejatinya telah tiada. Sekalipun Aira gigih menggoda, Ardi tetaplah pria kolot yang tahu batas kapan harus berhenti sekalipun merasa tersiksa.

Gamang. Pikiran Aira begitu carut marut layaknya benang kusut yang tak kunjung bisa dia urai. Dia sadar pilihan yang tersisa hanya dua. Pertama, dia harus segera menceritakan keadaan dirinya pada Ardi dengan risiko pernikahan impian keduanya kandas. Kedua, kembali bersikap biasa sampai keduanya menjejakkan kaki di mahligai rumah tangga sehingga Ardi tahu dengan sendirinya. Namun, risiko pilihan kedua itu adalah dia terancam akan segera menyandang status janda setelahnya.

Oh, jangan lupakan kenekatan seorang Evan Parisya Laksona. Aira tidak bisa mengabaikan begitu saja ancaman Evan layaknya embusan angin lalu. Terlebih Aira tahu kalau yang Evan inginkan saat ini adalah dirinya kembali pada pelukan pria bajingan itu. Dan jika itu sampai terjadi, maka Aira memilih lebih baik mati.

"Mbak, ini tujuan kita ke mana, ya?" tanya sopir taksi.

Aira terkesiap. Dia mengusap cepat rembesan air matanya. Kemudian dia menyebutkan alamat rumah orang tua Ardi.

Akhirnya, dengan mantap Aira memutuskan untuk mengambil pilihan pertama. Setidaknya, dia bisa memberikan Ardi kesempatan untuk memilih wanita yang pantas sebagai pengganti dirinya. Bagaimanapun, sudah cukup Ardi membahagiakan dirinya selama ini. Dia sudah tidak sanggup menyimpan rahasia ini sendirian.

Setengah jam kemudian, dia sampai di kediaman Ardi. Usai membayar taksi, Aira bergegas memasuki gerbang. Pintu rumah itu tertutup, tetapi Aira tahu ada Ardi di dalam karena mobil pria itu masih terparkir rapi di garasi depan.

"Loh, Non Aira? Mau ketemu Ibu sama Bapak? Ibu sama Bapak sedang ke Bandung buat nganter undangan ke saudara di sana, Non." Bi Sumarni terlihat bingung melihat kedatangan Aira. Pasalnya, tidak ada pemberitahuan apa pun dari Gandi dan Delisa mengenai kunjungan Aira sore ini.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang